iklan banner

Kamis, 30 Maret 2017

Hortikultura Lanskap



TUGAS TERSTRUKTUR
PERTANAMAN DAN HORTIKULTURA LANDSKAP


Oleh:
Qonita
A1L113059


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016


PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, terletak antara 7°.11'.20" sampai 7°.36'.24" garis lintang selatan (LS), serta 109°.44'.08" sampai 110°.04'.32" garis bujur timur (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520 Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta) berada pada rentang 250 dpl - 2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl - 1.000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada di antara jalupantai utara dan jalur pantai Selatan. Jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu - Pringsurat memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional.
Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 98.468 hektar atau 984,68 km2 ,atau 3.03 % (Persen) dari luas jawa tengah, dengan komposisi tata guna lahan atatanah sawah mencakup 18.909,72 ha (18,99 %), tankering seluas 55.140,80 ha (55,99 %), hutan negara 18.909,72 ha (19,18 %), perkebunan negara/swasta seluas 2.764,51 ha (2,80 %) dan lainnya seluas 2.968,07 ha (3,01 %). Secara administratif terbagi dalam 15 Kecamatan, 236 Desa dan 29 Kelurahan. Adapun ke 15 kecamatan tersebut yaitu (1). Kecamatan Wonosobo (2) Kecamatan Kalikajar (3) Kecamatan Sapuran (4) Kecamatan Kepil (5) Kecamatan Kertek (6) Kecamatan Kaliwiro (7) Kecamatan Wadaslintang (8) Kecamatan Leksono (9) Kecamatan Kalibawang (10) Kecamatan Selomerto (11) Kecamatan Garung (12) Kecamatan Kejajar (13) Kecamatan Watumalang (14) Kecamatan Mojotengah (15) Kecamatan Sukoharjo. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian lokasi antara 250 m hingga 2.250 m diatas permukaan laut termasuk dalam jenis pegunungan muda dengan lembah yang curam.
Secara geografis Kabupaten Wonosobo memiliki luas w98.448 ha (984,68 Km2) terletak dibebatuan prakwaker. Keadaan demikian sering menyebabkan timbul bencana alam terutama dimusim penghujan seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh dan gerakan merayap. Kondisi Wonosobo yang subur sangat mendukung untuk pengembangan pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo.
Sektor pertanian di daerah ini memiliki komoditas antara lain Padi, Teh, Tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran serta tanaman hortikultura lainnya. Wonosobo yang memiliki suhu udara antara 14,3 - 26,5 °C sangat cocok untuk pengembangan budidaya jamur, carica pepaya, asparagus dan beberapa jenis kayu sebagai komoditi ekspor non migas serta beberapa jenis tanaman khas Wonosobo seperti seperti Purwaceng, Gondorukem dan Kayu putih.

B.  Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan pertanian dengan tanaman yang akan dibudidayakan di daerah Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo.
II. PEMBAHASAN
A.      Pemasukan Wilayah
1.        Pertanian
Pada tahun 2014 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo sebesar 44,50% yang merupakan sumbangan terbesar dibandingkan sektor-sektor lain. Capaian kinerja Urusan Pertanian Tahun 2014 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah (Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan BPS 2014)
a.         Produktivitas padi atau bahan pangan utama (Produksi tanaman padi (ton) / luas areal tanaman padi (ha) = 154.870/30.343 = 5,10
b.        Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (jumlah kontribusi PDRB dari sektor pertanian / jumlah total PDRB) x 100% = 1.016.568,17/2.284.642,37 x 100% = 44,50%
Produktivitas padi di tahun 2014 adalah 5,10 di bawah target capaian tahun 2014 menurut RPJMD yaitu 6. Demikian pula, produksi tanaman padi di tahun 2014 yaitu 154.870 ton di bawah target capaian Dinas Pertanian Tanaman Pangan tahun 2014 yaitu 164.212 ton. Walaupun produktivitas pertanian sebagian menurun, namun masih dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Wonosobo.Produksi tanaman hias di tahun 2014 sebanyak 1.707.880 tangkai sedangkan tanaman biofarmaka sebanyak 2.523.071 kg.
- Ketersediaan Bahan Pangan Utama = 118,31
- Produktivitas Padi atau bahan pangan utama lainnya per hektar = 4,83
- Jumlah desa mandiri pangan = 21
- % ketersediaan bahan pangan utama = 91,01
- Jumlah lumbung pangan = 11 - Tingkat skor PPH (Pola Pangan Harapan) = 91,01
- Tingkat konsumsi protein hewani (gr/kap/th) = 4,4
- Tingkat konsumsi protein nabati (gr/kap/th) = 4.400,2
2.        Kehutanan
Indikator Kinerja Urusan Kehutanan Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) berdasakan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo dan BP DAS SOP Yogyakarta, (analisis 2015).:
- Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis : 12,20%
- Kerusakan Kawasan Hutan (Akibat Kebakaran Hutan pada musim kemarau): 0%
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2015, kerusakan kawasan hutan pada tahun 2014 adalah 0%, berarti berhasil dalam mengelola kerusakan hutan dari ancaman kebakaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas lahan telah dilaksanakan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis pada tahun 2014. yaitu 24,48% dalam kondisi tetap dibandingkan dengan tahun 2014. Perhitungan ini didasarkan pada Luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi hektar dibagi dengan luas total hutan dan lahan kritis hektar x 100%.


3.        Perikanan
Produksi perikanan = 130,24% - Konsumsi ikan = 101,92% - Jumlah produksi perikanan budidaya (ton) = 7.106 ton - Ikan Konsumsi (Kg) = 7.833.918 - Benih Ikan (ekor) = 53.579.963. Produksi perikanan pada tahun 2014 melebihi target daerah, yaitu sebanyak 30,24%. Produksi perikanan yang melebihi target produksi adalah pada budidaya kolam air tenang, karamba dasar, KJA Aqua Farm Nusantara dan KJA Petani, sedangkan yang tidak memenuhi target produksi adalah pada budidaya kolam air deras dan minapadi. Jenis ikan yang dibudidaya dan ditangkap berturutturut adalah Ikan Nila sebanyak 87,20 %, Lele 6,91% serta jenis ikan lainnya (Mas, Tawes, Nilem, Grasscarp, Gurami, Udang) sebanyak 5,89%
4.        Pariwisata
Capaian kinerja urusan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari kunjungan wisatawan, yang pada tahun 2014 sebesar 495.322 orang jika dibandingkan tahun 2013 meningkat 2,46%. Apabila dilihat dari kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB pada tahun 2014 rata-rata menyumbang 1,261%. Kontribusi ini hanya meningkat 0,32 dibandingkan tahun 2013. Peningkatan ini berasal dari sub sektor hotel, restoran dan jasa hiburan/rekreasi. dari capaian kinerja berdasarkan RPJMD 2010-2015, ada dua indikator sudah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD yaitu jumlah penerimaan obyek-obyek wisata dan jumlah tenaga kerja yang diserap di industri pariwisata. Jumlah penerimaan obyek-obyek wisata di tahun 2014 sebesar Rp. 2.092.970.000,- atau meningkat 18,26% dibandingkan tahun 2013. Nilai ini sudah melebihi target RPJMD yang ditargetkan sebesar Rp. 300.000.000,-.
Sementara jumlah tenaga kerja yang diserap di industri pariwisata berdasarkan target RPJMD adalah 183 orang sedangkan realisasi di tahun 2014 sejumlah 528 orang.Untuk mendukung pencapaian target kinerja urusan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo telah dikembangkan pariwisata secara terpadu melalui pendekatan klaster yang lebih efektif dan efisien, dalam bentuk klaster pariwisata berbasis desa wisata. Melalui pengembangan klaster pariwisata berbasis desa wisata (community-based tourism development), diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan sekitarnya sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup masyarakat.
5.        Perindustrian
Sebagian besar anggaran digunakan untuk pengembangan industri kecil dan menengah serta pengembangan sentra-sentra industri potensial. Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2014 berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah :
- Kontribusi sektor industri terhadap PDRB : 10,71%
- Pertumbuhan industry : 4,99%
Pada tahun 2014 telah berkembang 16.300 unit usaha industry (meningkat 4,99% dari tahun 2013) yang meliputi industry pangan, sandang dan kulit, kerajinan, kimia dan logam dengan nilai produksi Rp. 748.259.550.000,- (meningkat 6,71% dari tahun 2013) dan 28.910 tenaga kerja yang tertampung (meningkat 1,58% dari tahun 2013). Sebagian unit usaha tersebut sudah dalam bentuk sentra di mana sentra yang membentuk asosiasi ada dua yaitu sentra carica telah membentuk asosiasi pengusaha carica (APC) dan sebagian sentra makanan olahan telah membentuk asosiasi pengrajin makanan olahan yang dinamakan Cipta Selaras.
6.        Perdagangan
Capaian kinerja urusan perdagangan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB, yang pada tahun 2014 rata-rata menyumbang 12,08%. Jika dibandingkan tahun 2013 mengalami kenaikan 3,78%. Kenaikan tersebut disebabkan meningkatnya volume perdagangan besar dan eceran serta perdagangan ekspor. Sedangkan nilai ekspor bersih pada tahun 2014 sebesar $ 56.063.146,47. Nilai ini meningkat 33,81% dari tahun 2013. Peningkatan ini berasal dari ekspor non migas yang berasal dari empat komoditas dengan dua belas negara tujuan di mana volume ekspor terbesar didominasi oleh ekspor kayu olahan dengan negara tujuan Jepang, USA, Malaysia, Korea, China, Taiwan, Turki. Sementara apabila dilihat dari capaian berdasarkan RPJMD, dari dua belas indikator baru ada tiga indikator yang sudah memenuhi target yaitu % volume komoditas untuk keperluan ekspor dengan realisasi 5%, nilai ekspor dengan nilai $56.376.946,47 di mana nilai ekspor ini sudah melebihi target RPJMD yang hanya sebesar $380.960,53 dan jumlah UDKM yang dibina dan berkembang yang sudah mencapai 100 dimana target RPJMD adalah 95 dan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 ada kenaikan 17,65%. Untuk pengembangan infrastruktur perdagangan yang terkait dengan pembangunan dan rehabilitasi pasar sampai tahun 2014 jumlah pasar daerah ada 9 buah dengan daya tampung (kios, los, PKL) sebesar 10.078 buah, sedangkan jumlah pasar desa sampai 2014 ada 40 buahdengan daya tampung (kios, los, PKL) sejumlah 3.357 buah. Aktivitas perdagangan di Kabupaten Wonosobo sebagian besar didukung oleh keberadaan pasar di tingkat kecamatan dengan sistem perputaran penuh setiap hari.
B.       Potensi Pasar dan Kebutuhan
Mayoritas penduduk di Kabupaten Wonosobo merupakan Petani (95%) yang terdiri dari 596 keluarga petani dan 73 KK adalah buruh tani. Besarnya tekanan penduduk terhadap lahan dapat dilihat langsung di lapangan bahwa hamper seluruh daerahnya menjadi pertanian kentang, bahkan di lahan-lahan dengan kemiringan > 40 %. Pertanian di Dieng tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah konservasi (Sudibyakto dkk, 2002).
Perhitungan nilai basis (dinamic LQ dan static LQ) pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis di kabupaten Wonosobo adalah sektor Pertanian, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Sektor Pertanian merupakan sektor basis dengan predikat Unggul untuk tiga tahun terakhir tahun 2006 hingga 2008. Untuk sektor pengangkutan dan komunikasi juga merupakan sektor basis dengan predikat prospektif. Kemudian Pada sektor lain di Kabupaten Wonosobo yang merupakan sektor basis adalah sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa adalah sektor unggulan.
Selanjutnya untuk sektor diluar sektor basis adalah sektor non-basis yang meliputi sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang tidak spesialisasi di wilayah kabupaten Wonosobo terhadap sektor tertentu dibanding dengan wilayah yang lain atau kabupaten-kabupaten di daerah Propinsi Jawa Tengah. Sektor pertanian merupakan unggulan di Kabupaten Wonosobo, karena memang daerah ini memiliki lahan pertanian yang luas dan subur dengan kadar air yang cukup melimpah. Selain itu sebagian daerahnya adalah daerah pegunungan yang cocok untuk pengembangan pertanian diluar padi seperti buah-buahan, sayur-sayuran, hortikultura, maupaun subsektor lain seperti peternakan.
Berdasarkan perhitungan LQ yang ada ternyata tanaman Padi kurang berperan dalam perekonomian di Wonosobo karena cenderung masih belum merupakan komoditas basis. Kemudian untuk komoditas Jagung merupakan komoditas basis yang prospektif dengan nilai SLQ lebih besar dari satu. Kemudian untuk komoditas Ubi Kayu dan Ubi Jalar berkecenderungan menjadi sub-sektor basis yang prospektif juga. Dari olah data tersebut jika dikomperasi pada lahan pertanian dan perkebunan memang struktur tanahnya kebanyakan lebih cocok untuk lahan pertanian palawija dengan daerah pegunungan dan berpasir. Secara umum dari semua komoditas tersebut Jagung, ubi jalar dan Ubi kayu adalah komoditas yang mempunyai kestabilan produksinya dan merupakan produk yang prospektif untuk dikembangkan, dan kebutuhan akan bahan baku jagung untuk kepentingan industri pengolahan makanan ringan diperkirakan meningkat sejalan dengan majunya industrialisasi di Jawa Tengah
Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 3) pada nilai LQ pada komoditas buah-buahan, ternyata terdapat 7 (tujuh) komoditas basis di kabupaten Wonosobo, yaitu duku, pepaya, juruk siam, manggis, durian dan salak. hanya saja dari ke tujuh buah-buahan tersebut merupakan buah yang basis dan prospektif, dan tidak ada satupun yang betul-betul unggulan. Kemudian dari produk basis tersebut ternyata memeng produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, sehingga dari segi pemasaran memang relatif mudah. Untuk mengembangan dimasa depan produk durian dan salak adalah produk yang relatif prospektif mengingat dari sisi iklim daerah Wonosobo mempunyai iklim yang relatif sejuk dan juga kedua produk tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Pada Tabel 4, sub-sektor sayur-sayuran mengindikasikan bahwa produksi kubis, bawang daun dan sawi adalah produksi basis dan unggulan di daerah kabupaten Wonosobo. Produk ini mamang cocok dikembangkan di daerah yang mempunyai iklim sejuk dan cenderung tidak panas seperti Wonosobo. Dan produk ini adalah produk yang kebanyakan dikelola oleh petani pedesaan dimasyarakat sana sehingga dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat maka pemerintah daerah perlu tetap mempertahankan produk unggulan tersebut dan sekaligus juga meningkatkan produk basis yang prospektif lainnya, seperti bawang putih, kentang, tomat, boncis, kacang merah, dan labu siam.
C.       Penentuan Komoditas dan Varietas Hortikultura
Sayuran merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dimakan mentah maupun masak. Bagian tumbuhan yang dimaksud adalah yang selain buah dan biji-bijian matang. Pengertian sayur adalah bagian tanaman yang dimakan bukan sebagai pencuci mulut, pada umumnya dimasak dahulu ( kecuali dimakan untuk lalap ) dan dimakan bersama makanan pokok dan lauk pauk lainnya.
Definisi sayuran sebagian besar merupakan definisi secara kuliner dan budaya, sehingga akan ada sayuran yang dikategorikan lain berdasarkan botani. Misal mentimun disebut sayuran secara kuliner, namun disebut buah secara botani. Jamur yang secara biologi bukan merupakan tumbuhan, secara budaya disebut sayuran. Sayuran seringkali diolah menjadi salad dan dimasak sebagai makanan dengan rasa gurih atau asin. Berbeda dengan buah-buahan yang selalu disajikan dalam wujud rasa yang manis, namun hal ini bukanlah sebuah aturan yang berlaku secara universal. Umbi-umbian seperti kentang dan singkong di berbagai negara disebut dengan sayuran namun ada juga yang mengklasifikasikannya ke dalam makanan pokok bersama serealia.
Bawang daun yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada tiga macam, yaitu: 1. Bawang prei atau leek (Allium porum L.), tidak berumbi dan mempunyai daun yang lebih lebar dibandingkan dengan bawang merah maupun bawang putih, pelepahnya panjang dan liat serta bagian dalam daun berbentuk pipih. 2. Kucai (Allium schoercoprasum), mempunyai daun kecil, panjang, rongga di dalam daun kecil dan berwarna hijau, serta berumbi kecil. 3. Bawang bakung atau bawang semprong (Allium fistulosum), berdaun bulat panjang dengan rongga dalam daun seperti pipa, kadangkadang berumbi. Bawang daun yang termasuk dalam famili Liliaceae ini mempunyai aroma dan rasa yang khas, sehingga banyak digunakan untuk campuran masakan seperti soto, sop dan lainnya, dan juga banyak dibutuhkan oleh perusahan produsen mie instan.
Bawang daun cocok tumbuh, di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 250-1500 m dpl, meskipun di dataran rendah anakan bawang daun tidak terlalu banyak. Daerah dengan curah hujan 150-200 mm/tahun dan suhu harian 18-25 0 C cocok untuk pertumbuhan bawang daun. Tanaman ini menghendaki pH netral (6,5-7,5) dengan jenis tanah Andosol (bekas lahan gunung berapi) atau tanah lempung berpasir.
BUDIDAYA TANAMAN
1.        Benih
Benih bawang daun dapat berasal dari biji atau dari tunas anakan (stek tunas). Tunas anakan diperoleh dengan cara memisahkan anakan yang sehat dan bagus pertumbuhannya dari induknya. Benih bawang yang berasal dari biji mempunyai kelemahan yaitu waktu panen yang lebih lama dibandingkan dengan benih yang berasal dari tunas anakan.
2.        Persemaian
Bibit dari stek tunas dapat langsung ditanam di lapangan dengan terlebih dahulu mengurangi perakarannya untuk mengurangi penguapan. Benih dari biji harus disemai dahulu sebelum ditanam di lapangan. Media semai berupa campuran pupuk kandang dan tanah (1:1) yang telah digemburkan. Biji disebar secara merata kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis (dengan ketebalan 0,5-1 cm) dan disiram secukupnya. Bibit siap dipindahkan ke lapangan bila telah mempunyai 2-3 helai daun.
3.        Penyiapan
Lahan dan Penanaman Lahan dicangkul dengan kedalamam 30-40 cm kemudian ditambahkan pupuk kandang. Hal ini dilakukan karena bawang daun menghendaki tanah yang gembur untuk pertumbuhannya. Kemudian siapkan bedengan dengan lebar 1-1,2 m dengan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Parit antar bedengan dibuat dengan kedalaman 30 cm dan lebar 30 cm. Pembuatan parit sangat diperlukan agar drainase lancar karena bawang daun tidak menyukai adanya genangan air. Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 25 cm, 25 cm x 25 cm atau 20 cm x 30 cm. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam kecil dan bibit atau tunas anakan ditanam dengan posisi tegak lurus dan ditimbun dengan tanah kembali dan disiram.
4.        Pemeliharaan
Penyiangan terhadap gulma dapat dilakukan bersamaan dengan pendangiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan. Selain itu diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Langkah ini diperlukan untuk mendapatkan warna putih pada batang semu bawang daun. Bawang daun berkualitas mempunyai batang semu yang berwarna putih dengan panjang kurang lebih 1/3 keseluruhan tanaman. Batang semu yang berwarna putih rasanya lebih enak sedangkan yang berwarna hijau lebih liat sehingga kurang disukai. Penimbunan batang sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari pembusukan batang dan daun terutama saat tanaman masih muda. Penyiraman harus dilakukan terutama bila bawang daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan apabila ditanam dimusim penghujan drainase harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan. Pemupukan terdiri dari pupuk kandang yang diberikan pada saat pengolahan tanah dengan dosis 10-15 ton/ ha. Pupuk lain yang diperlukan adalah pupuk Urea 200 kg/ha yang diberikan 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Pupuk SP 36 dan KCl juga diberikan dua kali seperti pupuk Urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 50 kg dan KCl 50 kg, dan pemupukan kedua SP 36 50 kg dan KCl 25 kg. Pemupukan dilakukan dengan membuat larikan kurang lebih 5 cm di kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan tersebut dan menimbunnya kembali dengan tanah.
5.        Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Hama yang banyak ditemukan di pertanaman bawang daun antara lain adalah Agrotis sp. (menyebabkan batang terpotong dan putus sehingga tanaman mati), Spodoptera exigua (ulat bawang yang memakan daun bawang daun), dan Thrips tabaci (menghisap cairan daun). Pengendalian ulat bawang secara mekanis dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur dan memusnahkannya. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya. Penyakit yang menyerang tanaman bawang daun adalah Erwinia carotovora dengan gejala berupa busuk lunak, basah dan mengeluarkan bau yang tidak enak, selain itu juga serangan Alternaria porri (bercak ungu) yang menyerang daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit dan sanitasi kebun agar tidak lembab. Kondisi kebun yang kotor dan lembab menyebabkan penyakit dapat berkembang dengan cepat.
6.        Panen dan Pascapanen
Tanaman bawang daun mulai dapat dipanen pada umur 2 bulan setelah tanam. Potensi hasilnya berkisar antara 7-15 ton/ha. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar, buang akar dan daun yang busuk atau layu. Apabila bawang daun akan ditanam kembali pada pertanaman berikutnya, maka dilakukan pemilihan.






















III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa selain komoditas unggulan (Padi, Kentang, dan Carica) yang sudah dibudidayakan di daerah Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo, juga terdapat beberapa komoditas bebuahan dan sayuran yang memiliki prospek pengembangan yang cocok untuk daerah di sana. Salah satu jenis tanaman yang prospektif adalah bawang daun (lonchang).

B.     Saran
Perlu di lakukannya survey lokasi secara langsung sehingga dapat diketahui spesifik lokasinya untuk menentukan cocok tidaknya bawang daun di kembangkan.










DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.

Data Geografis Wilayah Dieng. DPRD Kabupaten Wonosobo.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo. 2014.

Prawoto, Nano. 2012. Model Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kemandirian untuk Mewujudkan Ketahanan Ekonomi dan Ketahanan Pangan. Jurnal Organisasi dan Manajemen. Vol. 8 No. 2: 135-154.

Rismunandar. 1984. Membudidayakan 5 jenis bawang. Penerbit Sinar Baru Bandung. 116 hal.

Setiawati,W., Rini M., Gina A.S., dan Tri H. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Bandung.



HANTARAN HIDROLIK