iklan banner

Minggu, 04 Agustus 2024

HANTARAN HIDROLIK










LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI DAN REKLAMASI LAHAN (PNA3522)

ACARA 2

HANTARAN HIDROLIK (HIDRAULIC CONDUCTIVITY)

Qonita

NIM A1L113059

Rombongan 11

 

 

 

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2016       




I.              PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di planet ini adalah sama walaupun manusia, binatang dan tumbuhan banyak menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas, namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi di mana air yang kotor dan bercampur dengan banyak zat dibersihkan kembali melalui proses alam.

Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain, disamping campuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon – horison. Tanah akan kehilangan bahan – bahan mineral tersebut jika tanah dipergunakan secara terus - menerus tanpa memperhatikan kaedah – kaedah konservasi maupun pengelolaan tanah yang baik.

Sumber daya alam utama, yaitu tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, terkumpulnya garam didaerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tanaman, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersaebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan jasa atau barang.

Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan, pembukaan areal lain untuk tempat tanaman, perladangan dan lain sebagainya. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri selagi manusia tidak bersedia untuk mengubah sikap dan tindakannya sebagaimana mestinya, demi mencegah atau menekan laju erosi. Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakan akan rusak atau tidak berproduksi atau justru menjadi baik.

 

B.            Tujuan

Praktikum Konservasi dan Reklamasi Lahan acara Hantara Hidrolik (Hidraulic Conductivity) bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu tanah untuk meloloskan atau melewatkan air.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.           TINJAUAN PUSTAKA

Secara kuantitatif hantaran hidrolik adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh atau didefinisikan sebagai kecepatan air untuk menembus tanah pada periode waktu tertentu yang dinyatakandalam sentimeter per jam (Baver dalam Winarni, 2007). Hillel dalam Darmansyah (2004) menyatakan bahwa hantaran hidrolik dipengaruhi oleh tekstur, struktur, porositas total dan distribusi ukuran pori. Hal tersebut didukung oleh Hillel dalam Darmansyah, 2004) yang menyatakan bahwa hantaran hidrolik tanah dipengaruhi oleh ukuran serta bentuk ruang pori yang dilalui airdan viskositas cairan tanah. Hantaran hidrolik nyata dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah. Semakin sarang (porous) suatu tanah, serta mengandung retakan-retakan akan semakin besar nilai hantaran hidroliknya dengan yang kompak. Hantaran hidrolik dipengaruhi oleh total porositas, kondisi ukuran pori, pengembangan dan pengerutan tanah, jenis kation dalam tanah (kimia tanah) serta aktivitas biologi tanah. Tanah liat memiliki hantaran hidrolik yang lebih kecil daripada tanah berpasir (Gardner dalam Mariana, 2000). Menurut Foth (1984), hantaran hidrolik dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk ruang pori yang dilalui air, dimana hantaran hidrolik yang mempunyai porositas tinggi dengan jumlah pori besar sedikit akan lebih rendah daripada tanah-tanah yang mempunyai porositas rendah dengan jumlah pori besar banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi dan hantaran hidrolik tanah antara lain karakteristik tanah (tekstur, struktur, jenis mineral liat, stabilitas agregat, pemadatan tanah, bahan organik serta kadar air tanah) dan penggunaan lahan.

1.        Karakteristik tanah

Tekstur tanah merupakan salah satu karakteristik tanah yang mempengaruhi infiltrasi. Tanah berpasir mempunyai proporsi pori makro yang lebih besar, sedangkan tanah bertekstur liat didominasi oleh pori-pori mikro. Pori tanah yang berukuran makro lebih berperan dalam proses pertukaran air dan udara di dalam tanah di bandingkan dengan tanah yang berukuran mikro (Baver et al.,1972). Kapasitas infiltrasi pada fraksi pasir lebih besar daripada fraksi liat karena liat banyak mengandung pori mikro, sedangkan fraksi pasir pori mikronya sedikit (Kartasapoetra dalam Darmansyah, 2004).

2.        Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan juga merupakan faktor yang mempengaruhi infiltrasi dan hantaran hidrolik karena berkaitan dengan vegetasi dan teknik pengelolaan lahan. Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi serta teknik pengelolaan lahan yang berbeda pada penggunaan lahan hutan dan kebun teh menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap infiltrasi dan hantaran hidrolik tanah. Vegetasi berperan menghalangi butiran air hujan supaya tidak langsung di permukaan tanah sehingga kekuatan menghancurkan tanah berkurang, menghambat aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi (Mariana, 2000).

Hukum dasar tentang pergerakan air di dalam tanah adalah hukum Darcy. Hukum ini memberikan hubungan antara flux, q, dan konduktivitas hidrolik, K, dan beda tinggi hidrolik (hydraulic head gradient),H:

q = - K .H                                                              

Untuk gerakan air satu dimensi berlaku persamaan:

H = (hi +  zi )- (ho + zo ) / L

dimana: hi + zi = Hi = tinggi hidrolik pada titik dimana air memasuki kolom atau lapisan tanah

ho + zo= Ho = adalah tinggi hidrolik pada titik dimana air keluar dari kolom tanah

L = panjang kolom tanah

Hantaran hidrolik memiliki manfaat, diantaranya adalah :

1.    Untuk membandingkan kecepatan hantaran hidrolik pada horizon – horizon  tanah tanah yang berbeda sebagai petunjuk pergerakan air dan permasalahan drainase yang mungkin terdapat dalam profil tanah tersebut (Rohmat, 2009).

2.    Dengan mengetahui hantaran hidrolik, maka dapat dirancang sistem drainase lapangan terutama kedalaman dan jarak antar saluran (Rohmat, 2009).

Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia ataupun biologi. Perubahan-perubahan ini terutama terjadi karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia.Kerusakan tubuh tanah mengakibatkan berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan misalnya kerusakan dengan lenyapnya lapisan olah tanah yang dikenal dengan istilah erosi tanah ( Irianto, G., 2006 ).

Daerah yang paling banyak mengalami erosi umumnya terbatas pada daerah di antara 40o Lintang Utara dan 40o Lintang Selatan. Keadaan iklim menentukan kecenderungan terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan pola hujan. Selain pola hujan, jenis, dan pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis. Dalam buku yang sama, juga mengatakan bahwa hujan merupakan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dalam hal ini besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi (Harsono, 1995 ).

Adanya tanaman yang selalu tumbuh di atas tanah akan selalu menutupi permukaan tanah dari daya perusak butir hujan.  Di samping itu tanaman yang ada di lapangan dapat meninggalkan residu, yang merupakan sumber bahan organik. besarnya  proporsi   curah   hujan  yang   diintersepsi   oleh tanaman yang telah dilepaskan kembali sebagai tetesan gravitasi yang besar dimana lebih erosive. Namun tetesan butir hujan yang jatuh pada ketinggian kurang dari 30 cm di atas permukaan tanah memiliki erosivitas yang dapat diabaikan, sehingga penutupan serasah dan sisa tanaman dapat mengubah raindrops menjadi impact droplets yang hampir tidak erosive karena kecilnya kecepatan jatuh dan ukuran butir hujan.  Penutupan ruang diameter antara 1-3 mm oleh bahan tanaman (misalnya rumput, daun-daun dan serasah) terutama efektif dalam mengurangi crusting akibat hujan (Enni Dwi Wahjunie, 2003).

Pertumbuhan tanaman di lapangan juga dapat mempengaruhi stabilitas agregat makro tanah oleh pengaruh perakaran, hifa fungi, dan eksudat yang dihasilkan, baik oleh mikroba maupun perakaran tanaman.  Dekompossi sisa tanaman menyebabkan lingkungan di sekitarnya membentuk agregat akibat terikatnya partikel-partikel tanah oleh hifa fungi maupun mucilages oleh mikroba dekompuser Perubahan dari bera menjadi system pertanaman telah merubah agregasi tanah yang dicerminkan oleh banyaknya  fraksi berukuran besar (>2 mm) ( Asdak, C. 2002).

Beberapa penelitian dengan menggunakan splash-cup menunjukan bahwa butir-butir air yang jatuh di bawah tegakan hutan menghasilkan dampak erosi percikan (splash erosion) yang lebih besar dibandingkan butir air hujan yang jatuh bebas di luar hutan. Implikasinya, kegiatan pengambilan serasah hutan sebagai pengganti bahan bakar kayu atau untuk keperluan lainya, serta pembakaran / kebakaran hutan berpengaruh sangat besar pada fungsi hutan sebagai pengendali banjir ( Edi Suharto. 2007).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.        METODE PAKTIKUM

A.      Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain bor tanah, pelampung, mistar rol 2 meteran, tali, ember, gayung, dan stopwatch.

 

B.       Prosedur Kerja

1.        Alat Tanah dibor sampai kedalaman tertentu ( kira – kira mencapai horizon B).

2.        Lubang dan tanah disekitar lubang disiram oleh air.

3.        Lubang diisi dengan air hingga jenuh.

4.        Alat pelampung diturunkan untuk mengukur infiltrasi.

5.        Penurunan permukaan air untuk tiap periode waktu tertentu dihitung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil

Tabel 1. data hasil pengamatan hantaran hidrolik :

No

t

Δt

H (cm)

Δh (cm)

1

 1

1

28

3

2

2

1

34

6

3

3

1

37

3

4

4

1

40

3

5

5

1

42

2

6

7

2

46

4

7

10

3

50

4

8

13

3

53

3

9

16

3

57

4

10

21

5

67

10

11

26

5

76

9

12

31

5

84

8

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Tabulasi data pengamatan hantaran hidrolik lanjut


X

Y

XY

 1

28

1

28

2

34

4

68

3

37

9

111

4

40

16

160

5

42

25

210

7

46

49

322

10

50

100

500

13

53

169

689

16

57

256

912

21

67

441

1407

26

76

676

1976

31

84

961

2604

= 139

= 614

= 2707

= 8987


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

𝚺xy      = 𝚺XY –                          ∑x²      = ∑x² - 

= 8987 –                                = 2707 -

            = 8987 – 7112,17                                = 2707 – 1610,08

= 1874,83                                            = 1096,92

    

tan α    =  =  

= 1,70

K         = 1,5 . r . tan α

= 1,15 x 6 x 1,70

= 8,85

Kesimpulan : Jadi, besaran hantaran hidrolik pada tanah menggunakan metode inverse auger hole adalah 8,85 cm/ menit


B.       Pembahasan

Sumber daya alam utama, yaitu tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, (2) terkumpulnya garam didaerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tanaman, (3) penjenuhan tanah oleh air, (4) erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersaebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan jasa atau barang (Riquer, 1977).

Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air.Hilangnya atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan peristiwa erosi, hilangnya secara berlebihan satu atau beberapa unsur hara dari daerah perakaran menyebabkan merosotnya kesuburan tanah sehingga tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang normal sehingga produktivitas tanah menjadi sangat rendah.Kerusakan bentuk ini terjadi sebagai akibat perombakan bahan organik dan pelapukan mineral serta pencucian unsur hara yang berlangsung dengan cepat dibawah iklim tropika panas dan basah dan kehilangan unsur hara terangkut melalui panen tanpa ada usaha untuk mengembalikannya. (Baver, 1959)

Arsyad (1989) mengemukakan bahwa dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik, seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi.Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan, tetapi juga menghambat pengangkutan partikel tanah.Perakaran tanaman dapat berperan sebagai pemantap agregat tanah. Dengan demikian tanah akan mempunyai perakaran banyak dan akan menentukan jumlah air yang diserap dalam tanah tergantung dari kemampuan akar untuk menembus lapisan tanah, sehingga merupakan faktor penunjang yang penting dalam hubunganya dengan pengendalian erosi.

HC (hidraulic conductivity) dapat ditentukan dengan metode pendugaan (metode kolerasi) dan dapat melalui pengukuran.Pendugaan HC melalui metode kolerasi dilakukan dengan memakai metode distribusi ukuran butir atau metode permukaan spesifik. Kedua metode dapat digunakan untuk pendugaan HC karena adanya hubungan yang erat antara ukuran dan jumlah pori serta ukuran butir dengan HC. Penetapan nilai HC melalui pengukuran dapat dapat dilakukan di laboratorium atau lapangan.Metode yang sering digunakan adalah metode Constand Head, Falling Head, dan Ring Sample (di laboratorium).Sedangkan di lapangan dipergunakan metode Auger Hole, Inverse Auger Hole dan Peizometer.(Franklin and Hubao Zhang, 2002).

Metode constant head merupakan metode yang digunakan untuk menentukan permeabilitas tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi. Metode constant head lebih sesuai untuk batuan yang mempunyai angka pori yang besar dengan jumlah aliran yang besar untuk mempertinggi ketepatan perhitungan (Pongtuluran, 2013). Constant head dilakukan berdasarkan penurunan tinggi air di permeameter  yang sudah  ditentukan  dan waktu yang dibutuhkan. Metode constant  head merupakan metode pengukuran dengan tinggi genangan air di dalam infiltrometer dipertahankan atau tinggi  genangan air konstan. Tinggi genangan yang konstan menyebabkan besarnya tekanan air di dalam infiltrometer konstan (Fadhli, 2013). Rumus uji ini adalah:

Q = k.A.i.t

k  = (Q.L) / (h.A.t)
Dengan :
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)

Metode falling headdigunakan untuk mengukur tanah  yang memiliki  butiran  halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah. Metode ini lebih ekonomis dan untuk pengujian berjangka waktu lama (Pongtuluran, 2013).Prinsip metode ini adalah mengukur dengan tinggi genangan  dibiarkan  menurun.  Penurunan tinggi genangan pada saat pengukuran menyebabkan penurunan besarnya tekanan air terhadap permukaan tanah. Penurunan besarnya tekanan air dapat menurunkan laju infiltrasi tanah (Fadhli, 2013). Rumus uji ini adalah:

k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm
)

Metode falling head merupakan metode yang digunakan saat praktikum. Pada pelaksanaannya pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang biopori, kemudian lubang diisi dengan air dan diberi pelampung dan di biarkan pelampung turun mengikuti turunnya permukaan air. Penurunan inilah yang diukur selama beberapa periode waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan penghitungan hantaran hidrolik.

Di sektor pertanian dan kehutanan, nilai konduktivitas hidrolik tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan (run off) atau tergenang bila hujan turun. Bila nilai konduktivitas hidroliklebih rendah dari intesitas hujan maka tanah tersebut cenderung akan mengalami runoff dan tererosi bila lahanya miring dan tergenang bila lahannya datar atau cekung. Pengukuran konduktivitas hidrolik juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh tanah melalui perembesan seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan petak-petak sawah. Oleh sebab itu, penetapan konduktivitas hidrolik sangat penting diilakukan di daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.

Biopori (biophore) merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti fauna tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) dan bercabang-cabang yang sangat efektif untuk menyalurkan air ke dan di dalam tanah. Liang pada biopori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman di dalam tanah serta meningkatnya aktivitas fauna tanah, seperti cacing tanah, rayap, dan semut yang menggali liang di dalam tanah. Jumlah dan ukuran biopori akan terus bertambah mengikuti pertumbuhan akar tanaman serta peningkatan populasi dan aktivitas organisme tanah (Brata dan Nelistya, 2008)

Manfaat biopori dibidang pertanian adalah antara lain (1) menyediakan liang yang mudah ditembus akar tanaman (Wang, Hesketh, dan Woolley dalam Brata dan Nelistya, 2008), (2) lebih mantap karena dilapisi oleh senyawa organik yang dikeluarkan oleh tubuh cacing (Leedalam Brata dan Nelistya, 2008), dan (3) menyediakan saluran bagi peresapan air (infiltrasi) yang lancar ke dalam tanah (Smettemdalam Brata dan Nelistya, 2008). Selain itu manfaat lainnya menurut Publikasi Tim Biopori IPB (2007) adalah biopori dapat meningkatkan daya resapan air. Karena kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Kemudian biopori mengubah Sampah Organik menjadi Kompos karena lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya.

Cara pembuatan biopori menurut Tim Biopori IPB (2007) adalah sebagai berikut:

1.      Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10-30 cm. Kedalaman kurang lebih 80-100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.

2.      Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.

3.      Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.

4.      Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.

5.      Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.

Sampah organik dalam lubang biopori tersebut berfungsi sebagai makanan bagi cacing dan mikroorganisma tanah lainnya, yang akan beraktifitas dan membuat lubang-lubang kecil (biopori) pada dinding LRB yang dibuat. Keberadaan lubang-lubang inilah yang akan meningkatkan dan mempercepat daya resap tanah terhadap air. Untuk mencegah masuknya tikus atau hewan lain kedalam lubang atau agar anak kecil tidak terperosok, maka dapat diberikan alternatif dengan menutup lubang biopori denganloster yang sebelumnya diberi penutup kasa.

Dalam  hukum  Darcy  hantaran  hidrolik  dinyatakan  sebagai faktor K dalam persamaan sebagai berikut :

V = -K dH/dz

dimana : V    =  kecepatan aliran (LT-1)

K     =  hantaran hidrolik (lT-1)

DH/dz  =  gradien potensial hidrolik

Dalam  hukum  ini  tanah  dianggap  sebagi  sekelompok tabung  kapiler  halus  dan  lurus  denga  jari-jari  yang  seragam. Sehingga  gerakan  air  dalam  tabung  tersebut  dianggap mempunyai kecepatan yang sama.Disamping dipengaruhi oleh porositas, hantaran hidrolik juga  tergantung  dari  viskositas  dan  berat  jenis  air  tanah. Hubungan  ini  dapat  ditunjukkan  dengan  persamaan  sebagai berikut :

K = (K”  η  ) / (g p ),

dimana 

K = hantaran hidrolik jenuh (m s-1)

K”=  permeabilitas tergantung berat oleh jenis dan viskositas (m2)

p  = berat jenis cairan (gas) (kg m-3)

g  = percepatan grafitasi (m s-2)

n  = viskositas cairan (gas) (kg m-1s-1) 

Batas suatu horison dengan horison lain dalam suatu profil tanah dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata ( lebar peralihan kurang dari 2,5 cm ), jelas ( lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur ( lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm), dan baur ( lebar peralihan lebih dari 12,5 cm ). Bentuk tofografi dari batas horison dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus (Marshal, 1998).

Konduktivitas hidrolik adalah properti dari tumbuhan vaskular, tanah atau batu, yang menggambarkan kemudahan yang air dapat bergerak melalui ruang pori atau patah tulang. Hal ini tergantung pada permeabilitas intrinsik bahan dan pada tingkat kejenuhan. Ada dua kategori besar untuk menentukan konduktivitas hidrolik:

1.    Pendekatan empiris oleh konduktivitas hidrolik yang berkorelasi dengan sifat tanah seperti ukuran pori dan ukuran partikel (ukuran butir) distribusi, dan tekstur tanah.

2.    Pendekatan eksperimental dimana konduktivitas hidrolik ditentukan dari percobaan hidrolik menggunakan hukum Darcy's

Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan tindakan pengolahan tanah            (angka Atterberg) adalah batas mengalir / liquid limit (jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah), batas melekat (kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain), batas menggolek (kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi), indesk plastisitas / palsticity indeks (perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan batas menggolek), jangka olah (besarnya perbedaan kandungan air pada batas melekat dengan batas menggolek), dan batas ganti warna / titik ubah (batas terendah kadar air yang dapat diserap tanaman) (Subagyo, 1990).

Pendekatan eksperimental secara luas diklasifikasikan menjadi:

a.    Laboratorium pengujian menggunakan sampel tanah dikenakan hidrolik percobaan.

b.    Lapangan tes (lokasi) yang dibedakan menjadi:

1)   Uji lapangan skala kecil, dengan menggunakan pengamatan tingkat air di rongga – rongga dalam tanah.

2)   Besar tes skala lapangan, seperti tes pompa di sumur atau dengan mengamati fungsi yang ada horizontal drainase sistem.

Pengukuran HC di lapangan dapat dilakukan dengan metode Auger Hole, Inverse Auger Hole dan Peizometer.

1.    Metode Auger Hole

Metode ini biasanya dipakai untuk daerah-daerah yang permukaan air tanahnya (ground water) berada agak dangkal (tidak terlalu dalam) dengan demikian pengukuran hanya sedalam profil. Metode ini biasanya digunakan untuk daerah pertanian. Prinsip metode ini ialah pengukuran kenaikan permukaan air (Marshal, 1998).

Metode ini kurang sesuai jika dipakai pada profil tanah yang homogen, tekstur kasar dan berbatu, dan pada tempat – tempat dimana terdapat sumber artesis. Komponen – komponen yang diukur dalam metode ini adalah kedalaman lubang, kedalaman muka air tanah, jari – jari  lubang, jarak dasar lubang denagn lapisan kedap air, jarak atas mula – mula  dengan permukaan air, jarak atas dengan permukaan air setelah ditimba, dan kedalaman lubang dikurangi kedalaman muka air tanah (Subagyo, 1990).

2.    Metode Inverse Auger Hole (kebalikan Auger Hole)

Metode ini digunakan jika permukaan air sangat dalam, pada metode ini yang diukur adalah penurunan permukaan air pada lubang setelah tanah dibuat dalam keadaan jenuh. Jadi pengukuran hantaran hidrolik pada horizon tanah diatas permukaan tanah (ground water). Persyaratan daerah sama dengan metode Auger Hole (Marshal, 1998).

3.    Metode Piezometer

Untuk tanah yang mempunyai permukaan air tanah tinggi (tergenang) dan tanah dengan nilai hantaran hidrolik sangat tinggi. Dengan demikian banyak dipakai untuk daerah pasang surut. Pipa paralon yang dipasang di dinding lubang bor adalah untuk mengurangi kecepatan kenaiakan permuakan air tanah dalam lubang (kenaikan air diusahakan tidak melalui sisa-sisa lubang) (Marshal, 1998).

Pengujian lapangan kecil kemudian dibagi lagi menjadi:

a)      Infiltrasi tes di rongga di atas tabel air.

b)      Slug tes di rongga bawah meja air.

Faktor konduktivitas ini pada suatu tanah atau batuan besarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik termasuk porositas, agihan dan ukuran dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:

dimana :

            R         = jari – jari hidrolik ruang pori

            n          = porositas

            Ks        = faktor bentuk dari ruang pori

            T          = efek kelokan dari lintasan

g          = berat spesifik fluida (air)

m          = kekentalan dinamis fluida (air)

(Rohmat, 2009)

Konduktivitas hidrolik merupakan salah satu sifat hidrolik tanah, yang lain melibatkan's retensi cairan karakteristik tanah. Properti ini menentukan perilaku fluida tanah dalam sistem tanah dalam kondisi tertentu. Lebih khusus, konduktivitas hidrolik menentukan kemampuan tanah fluida mengalir melalui tanah sistem matriks di bawah gradien hidrolik ditentukan; tanah karakteristik retensi cairan menentukan kemampuan sistem tanah untuk mempertahankan cairan tanah di bawah kondisi tekanan tertentu (Marshal, 1998).

Konduktivitas hidrolik tergantung pada ukuran butir tanah, struktur tanah matriks, jenis cairan tanah, dan jumlah relatif fluida tanah (jenuh) yang ada di tanah matriks. Sifat – sifat penting yang relevan dengan matriks padat tanah meliputi distribusi ukuran pori, bentuk pori, ketidakjujuran, permukaan spesifik, dan porositas. Sehubungan dengan cairan tanah, sifat penting adalah densitas fluida, dan viskositas fluida (Marshal, 1998).

Harga konduktivitas hidrolik biasanya menunjukkan keragaman dalam suatu sistem ruang pada formasi geologi yang ditinjau (horizon tanah). Konduktivitas hidrolik juga akan bearagam dengan arah pengukuran yang dilakukan pada sembarang titik di formasi geologi tersebut. Jika harga konduktivitas hidrolik tersebut bebas (tidak dipengaruhi) oleh posisi di dalam formasi geologi tersebut maka dikatakan formasi geologi tersebut adalah homogen. Sebaliknya jika harga konduktivitas hidrolik tersebut dipengaruhi oleh posisi di dalam formasi geologi, maka dikatakan formasi tersebut bersifat homogen. Atau dikatakan bahwa dalam sistem koordinat xyz dari suatu formasi geologis, keadaan homogen terjadi apabila K (x,y,z) = c, dengan c adalah konstanta, sebaliknya apabila K (x,y,z) ¹ c maka, formasi tersebut dikatakan heterogen (Marshal, 1998).

Praktikum ini diperoleh nilai hantaran hidrolik jenuh sebesar 9,92. Menurut Uhland and O’neil (1951) dalam Darmansyah (2004) nilai hantaran hidrolik ini tergolong agak cepat. Hal ini berhubungan dengan sifat-sifat pori tanah pada lahan praktikum yang cenderung gembur sehingga mempunya kandungan pori yang banyak. Sebagaimana pendapat Raja (2009) hantaran hidrolik jenuh tidak berkaitan erat dengan sifat-sifat fisika tanah.Secara umum hantaran hidrolik jenuh dipengaruhi oleh tekstur, struktur, porositas,ukuran pori, kemantapan agregat serta peristiwa yang terjadi selama proses aliran.Akan tetapi pengaruh sifat fisika tanah terhadap hantaran hidrolik jenuh tidak sama. Penggunaan lahan sangat mempengaruhi karakteristik hantaran hidrolik jenuhtanah. Penggunaan lahan yang bijaksana dapat menjamin kerusakan sifat fisika tanahminimum, sedangkan penggunaan lahan yang buruk dapat merusak sifat fisika tanahsehingga mengganggu hantaran hidrolik jenuh tanah. Penetapan hantaran hidrolik tanah baik vertikal maupun horizontal sangat penting peranannya dalam pengolahan tanah dan air. Baver dalam Darmansyah (2004) mengemukakan bahwa tanah dengan hantaran hidrolik lambat lebih mudah tererosi daripada tanah dengan hantaran hidrolik cepat. Namun sebaliknya hantaran hidrolik yang terlalu besar akan menurunkan produktivitas lahan pertanian akibat proses pencucian unsur hara tanah. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan jumlah, waktu aliran, dan kualitas air sejauh mungkin melalui cara pengelolaan dan penggunaan tanah yang baik.

 

 

 

 

 

 

 

V.           KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa besarnya hantaran hidrolik pada tanah disekitar stasiun percobaan dengan metode inverse auger hole yang mampu meloloskan atau melewatkan air adalah 8,85 cm/menit.

 

B.       Saran

Praktikum harus dilaksanakan dengan teliti sehingga data yang diperoleh lebih valid.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan Suganda. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisinya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB press, Bogor.

Brata, K. R. 2008. Implementasi Sistem Peresapan Biopori Untuk Konservasi Sumber  Daya Air . Makalah.disampaikan pada Paparan Sistem Peresapan Biopori. Direktorat Bina Pengelolaan Sumberdaya Air, Direktorat Jenderal SDA. Jakarta, 9 Februari 2008.

Baver, L.D. 1959. Soil Physics.John Wiley and Sons, Inc. New York.

Darcy, H.P.G. 1856. Les Fontaines Publuques de la Ville de dijon. Victor dalmont :pris.

Darmansyah, A. 2004. Hantaran Hidrolik Jenuh Tanah sebagai Akibat Berbagai Pengelolaan Lahan. Skripsi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fadhli, A. 2013. Studi metode infiltrasi falling head dan constant headpada beberapa variasi ketinggian genangan air. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Foth, D. H. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Fundamental of Soil        Science. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Frankli W.S. and Hubao Zhang. 2002. Fundamental of Ground Water. John Wiley &  Sons : INC.

Gembala, Russell G. 1989."Correlations of permeability and grain-size". Ground Water27 (5): 633–638. doi : 10.1111/j.1745-6584.1989.tb00476.x .Korelasi Permeabilitas Dan Butir-UkuranAir. Ground27 (5): 633-638. DOI : 10.1111/j.1745-6584.1989.tb00476.x.

Mariana, Z. T. 2000. Pergerakan Air pada Tanah Bertekstur Halus dan Kasar         Akibat Pengaruh Kapur dan Senyawa Humat dari Air Gambut. Tesis.       Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marshal, T. J., and W. Holmes. 1998. Soil Physics. Cambridg University Press. New York.

Pongtuluran, E. H. 2013. Uji Laboratorium Resapan Berpori Sebagai Penanggulangan Banjir Daerah Genangan Kota Makassar. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/8168. Diakses 25 Desember 2015.

Raja, C. P. 2009. Hantaran Hidrolik Jenuh dan Kaitannya dengan Beberapa Sifat Fisika Tanah pada Tegalan Hutan Bambu. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rohmat, dede. 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut karaktereristik lahan. Bandung.

Riquer, J. 1977. Philosophy of the World Assessment of Soil Degradation and  Items for Discussion : FAO Soil Bull. 34. Rome : 36-38.

Subagyo, S. 1990. Dasar – dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tim Biopori IPB, 2007. Keunggulan dan Manfaat Biopori, http://www.biopori.com/keunggulan_lbr.php, diunduh 25 Desember 2015.

Winarni, M. 2007. Karakteristik Infiltrasi dan Hantaran Hidrolik Tanah di Sub DAS Ciliwung Hulu. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK