iklan banner
Sabtu, 18 November 2017
Jumat, 17 November 2017
How To Make Spicy Noodles ( RESEP MIE PEDAS )
How To Make Spicy Noodles ( RESEP MIE PEDAS )
by. Qonita Aminudin
bahan (ingredients):
1 siung bawang putih (garlic)
2 siung bawang merah (onion)
5 pcs cabai rawit (chili)
1 butir telur (egg)
1 pcs sosis (sausage)
minyak (oil)
caisin / sayuran yang kalian suka
garam secukupnya (salt)
cabai bubuk secukupnya
air secukupnya
1 bungkus mie instan (noodles)
cara memasaknya:
1. persiapkan alat dan bahan
2. haluskan bawang merah dan bawang putih
3. potong cabai rawit, sosis dan sayuran sesuai selera
4. goreng telur dan beri garam secukupnya kemudian goreng secara orak arik
5. masukkan sosis lalu digoreng hingga matang
6. masukkan bawang yg telah dihaluskan. beri garam secukupnya
7. masukkan air secukupnya, tunggu hingga mendidih
8. masukkan mie instan dan bumbu yang ada dalam kemasan
9. masukkan sayuran, cabai rawit dan cabai bubuk sesuai selera.
10. tunggu beberapa saat hingga mie instan matang.
11. siap di sajikan.
selamat mencoba . . . . ^^
Kamis, 16 November 2017
PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
LIKE COMMENT SHARE. . . .
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT
225)
ACARA V1I
PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA
TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang
dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih
baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu
tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki
kualitas yang baik.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan
embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji
yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicle), colon daun/batang
(plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio memulai aktivitasnya, selalu didahului
dengan proses fisiologis hormon dan enzim. Dengan demikian, ada dua jenis
aktivitas di sini, yaitu aktivitas morfologi dan aktivitas kimiawi. Aktivitas
morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun dan
batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan aktivitas hormon dan enzim
yang menyebabkan terjadinya perombakan zat cadangan makanan seperti
karbohidrat, protein, lemak. Proses kimiawi berperanan sebagai penyedia energi
yang akan digunakan dalam proses morfologi, dengan demikian kandungan bahan
kimia yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
perkecambahan biji. Tipe perkecambahan biji tanaman ada dua macam yang ber-beda
terletak pada posisi keping biji (kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama
adalah epigeal dan yang kedua hipogeal. Perkecambahan biji ditentukan oleh
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dikontrol oleh genetik tanaman
menentukan mudah tidaknya atau cepat lambatnya perkecambahan.
B.
Tujuan
Mempelajari atau mengetahui bagaimana
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah proses awal kegiatan pertumbuhan embrio,yang selalu
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Di antara berbagai faktor lingkungan,
cahayamerupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Perkecambahan
diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara dalam
bentuk embun atau
uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel
embrio membesar dan biji melunak. Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ
penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal (Sujarwati, 2004).
Ada beberapa faktor
internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain: tingkat kematangan
benih, ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan dalam benih,
ketidak mampuan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji.
Disamping faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, oksigen dan
cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih. Perkecambahan benih tidak dapat
terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian,2008).
Menurut Sajad (1994) dalam konteks
budidaya pertanian, benih dapat dipandang melalui empat macam titik tolak
pemikiran, yaitu :
1. Batasan structural
Mendasarkan pengertian kepada segi anatomi dari
biji. Proses pembentukan biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama,
baik disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungannya.
Ketidaksempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan mengakibatkan
terbentuknya biji yang tidak sempurna. Hal ini akan mengakibatkan
produsen benih mengalami kerugian karena sasaran kuantitatif maupun kualitatif
produksi tidak tercapai.
2. Batasan fungsional
Bertolak dari perbedaan antara fungsi benih dan
biji. Di sini benih adalah biji tumbuhan yang digunakan oleh manusia
untuk penanaman atau budidaya. Sebagai contoh: gabah dan benih padi
mempunyai bentuk fisik yang sama tetapi berbeda dalam fungsinya. Gabah
untuk diberaskan dan benih padi untuk disemaikan.
3. Batasan agronomi/budidaya pertanian
Batasan benih sebagai sarana budidaya pertanian
mendasarkan pengertian bahwa di samping penggunaan sarana produksi lainnya yang
maju maka benih yang digunakan harus memiliki tingkat kekuatan tumbuh dan daya
kecambah yang tinggi sehingga mampu mencapai produksi secara maksimum.
4. Batasan teknologi
Batasan teknologi memberikan pengertian kepada benih
sebagai kehidupan biologi benih. Benih tegasnya suatu tanaman mini yang
tersimpan baik didalam suatu wadah dan dalam keadaan istirahat.
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu polibag, , sungkup, alat tulis,
label, dan seedbox. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung, benih
kedelai, pasir steril, pasir non steril, dan air.
B.
Prosedur
Kerja
Perlakuan sungkup non sungkup
1.
Disiapkan benih jagung sebanyak 40 biji
2.
Benih jagung ditanam pada 2 polibag yang
telah berisi pasir masing-masing 20 biji
3. Diberi
perlakuan dengan menutup polibag tersebut dengan sungkup, dan polibag lainnya
tidak diberi perlakuan (tidak disungkup)
4.
Diamati perkecambahan 2 hari sekali selama
8 hari
5.
Setelah 8 hari, diambil 10 benih jagung
yang telah berkecambah sebagai sampel, kemudian diukur panjang akar, tinggi
tanaman dan warna batang.
Perlakuan
media pasir steril
1. Disiapkan
benih kedelai sebanyak 80 biji
2. Sebanyak
40 benih kedelai ditanam pada seed box yang telah berisi media pasir steril
3. Sedangkan
40 benih lainnya ditanam pada seedbox berisi pasir non steril
4. Diamati
perkecambahan 2 hari sekali selama 8 hari
5. Dihitung
persentase perkecambahan pada masing-masing perlakuan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Variabel
|
Tanaman sampel
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Panjang akar (cm)
|
29,3
|
16,2
|
30
|
21,6
|
26
|
23
|
17,5
|
13,3
|
29,2
|
30,2
|
Warna batang
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Hijau keputihan
|
Tabel 1. Warna batang
dan panjang akar jagung sungkup
Tabel
2. Tinggi tanaman jagung Sungkup
No.
|
Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
1
|
0
|
3,5
|
8
|
17,2
|
2
|
2
|
0
|
6,1
|
9
|
14,4
|
3
|
3
|
0
|
4,1
|
11,2
|
20,2
|
4
|
4
|
0
|
3,5
|
9
|
16,2
|
5
|
5
|
0
|
3,2
|
8,7
|
15
|
6
|
6
|
0
|
5,4
|
9,3
|
16,2
|
7
|
7
|
0
|
4,3
|
10
|
19
|
8
|
8
|
0
|
6,9
|
11
|
14
|
9
|
9
|
0
|
4,9
|
9,3
|
15,5
|
10
|
10
|
-
|
7,8
|
10
|
16
|
Tabel 3. Warna batang dan panjang akar
jagung non sungkup
Variabel
|
Tanaman sampel
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Panjang akar (cm)
|
24,5
|
28
|
23,2
|
26,7
|
10,8
|
23,6
|
18,1
|
17
|
21,7
|
11
|
Warna batang
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Hijau kemerahan
|
Tabel
4. Tinggi tanaman jagung non Sungkup
No.
|
Tanaman
|
Pengamatan
ke-
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
1
|
0
|
6
|
8
|
11
|
2
|
2
|
0
|
4
|
9
|
13
|
3
|
3
|
0
|
3,8
|
8,5
|
11,3
|
4
|
4
|
0
|
4,5
|
8
|
10,4
|
5
|
5
|
0
|
6
|
8,5
|
11,6
|
6
|
6
|
0
|
3,5
|
8,2
|
12,9
|
7
|
7
|
0
|
3
|
7
|
13,3
|
8
|
8
|
0
|
5,7
|
9,3
|
14,1
|
9
|
9
|
0
|
4
|
6
|
7,4
|
10
|
10
|
-
|
3,5
|
8
|
12,7
|
a.
%
perkecambahan sungkup =
x
100%
=
= 100 %
Semua
biji yang ditanam berkecambah semua
b.
%
perkecambahan sungkup =
x
100%
=
= 100 %
Semua
biji yang ditanam berkecambah semua
Kesimpulan : Faktor cahaya
tidak berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman, tetapi berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, panjang akar dan warna batang.
Tabel 5. Pengamatan pertumbuhan benih
kedelai pada seedbox
No
|
Perlakuan
|
Hari
|
Persentase
perkecambahan
|
Persentase
kontaminasi
|
1.
|
Steril
|
2
|
-
|
|
4
|
-
|
|
||
6
|
-
|
|
||
8
|
|
|
||
2.
|
Non
Steril
|
2
|
-
|
|
4
|
-
|
|
||
6
|
-
|
|
||
8
|
|
|
Kesimpulan
: Media yang diteril memiliki persentase kontaminasi yang
lebih kecil serta persentase perkecambahan yang lebih besar dari non-steri;
B.
Pembahasan
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan
bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida
alkalin). Sterilisasi media berarti proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada suatu media (Hadioetomo, 1993). Tahapan pembuatan media
pasir steril (Zuida, 2005) :
a. Pasir diayak dengan menggunakan ayakan pasir
dengan ukuran 5 mess, sebanyak yang dikehendaki untuk melakukan pengujian.
b. Pasir yang telah diayak dicuci di dalam bak
pencuci pasir sedikit demi sedikit, dengan terus diaduk-aduk agar kotoran/tanah
yang ada dalam pasir sampai air untuk mencuci kelihatan bersih.
c. Pasir yang sudah bersih kemudian direbus dalam
drum, isi dengan air bersih ½ dari tinggi drum tersebut. Setelah pasir dan air
dimasukkan kemudian dilakukan perebusan hingga air mendidih, sesekali lakukan
pengadukan dengan menggunakan adukan dari kayu.
d. Pasir kemudian diturunkan dari dalam drum
perebus dengan menggunakan sekop kemudian ditiriskan di atas karung.
e. Pasir
siap digunakan untuk pengujian.
Benih yang ditanam pada
media pasir steril akan erkecambah dengan baik sebab tidak ada gangguan
mikroorganisme yang merugikan perkecambahan benih didalam tanah. Menurut
Nurahman (2007) media yang tidak steril dapat menyebabkan penyakit yang di
sebabkan oleh mikroorganisme, Penyakit ini dapat menyebabkan pembusukan dan bahkan
kematian bibit dan mengakibatkan benih yang terkontaminasi lebih banyak
disbanding dengan media yang steril cenderung lebih sedikit.
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan dengan penanaman benih pada media pasir steril dan media pasir
non steril didapatkan hasil persentase perkecambahan benih pada media steril
sebesar 2,5 % sedangkan pada media non steril 0%. Dengan demikian pada media
non steril tidak terjadi perkecamahan, berarti benih pada media tersebut mati
semua. Hal ini mungkn disebabkan adanya mikroorganisme yang merugikan bagi
perkecambahan benih, seperti dalam literature Nurahman (2007)
bahwa media yang tidak steril dapat menyebabkan penyakit yang di sebabkan oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme ini dapat mengganggu proses perkecambahan benih
bahkan dapat menghambat pula. Berikut ini gambar pengamatan perkecambahan
kedelai media steril dan non steril :
Gambar 8. Pengamatan
perkecambahan kedelai media steril dan non steril
Seedbox H+0
(penanaman)
|
|
Media Steril
|
Media Non Steril
|
|
|
Pengamatan Hari
ke-2
|
|
|
|
Pengamatan Hari
ke-4
|
|
|
|
Pengamatan Hari
ke-6
|
|
|
|
Pengamatan Hari
ke-8
|
|
|
|
Respon tanaman terhadap cahaya
berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (
mampu tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman
toleran dan ada tanaman yang tidak mampu
tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran. Kedua kondisi
cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik
secara anatomis maupun secara morfologis (Morais et al, 2004).Tanaman
yang toleran ketika ditanam diareal yang cukup cahaya justru akan mengalami
pertumbuhan yang kurang baik, begitu juga dengan tanaman intolean apabila di
tanam pada areal yang kondisi cahaya terbatas pertumbuhan akan mengalami
ketidak normalan (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Dengan intensitas cahaya
yang rendah, tanaman menghasilkan daun lebih besar, lebih tipis dengan lapisan
epidermis tipis, jaringan palisade sedikit, ruang antar sel lebih lebar dan
jumlah stomata lebih banyak. Sebaliknya pada tanaman yang menerima intensitas
cahaya tinggi menghasilkan daun yang lebih kecil, lebih tebal, lebih kompak
dengan jumlah stomata lebih sedikit, lapisan kutikula dan dinding sel lebih
tebal dengan ruang antar sel lebih kecil dan tekstur daun keras (Widiastuti
dkk, 2004).
Biji akan
berkecambah dengan baik pada tempat yang ternaungi dari pada tempat terbuka.
Perlakuan tempat yang ternaungi akan membuat tanaman terlindung dari pengaruh
atau gangguan lingkungan luar yang dapat merusak tanaman. Perlakuan penutupan
cahaya tersebut juga akan mengatur jenis spectrum cahaya matahari yang dibutuhkan
oleh tanaman. tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan
fungsi auksin untuk penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang
tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat
dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar
dan batang kecambah lebih kokoh. Sinar matahari yang terik tidak dapat terkena
langsung pada persemaian dan jika turun hujan air hujan tidak dapat merusak
tanaman. Persemaian yang dilakukan di tempat terbuka mudah mendapatkan gangguan
atau pengaruh dari lingkungan sekitar sehingga mempengaruhi proses
perkecambahan (Jumin, 2008).
Perkecambahan
benih pada kondisi ternaungi menunjukan hasil yang lebih tinggi. Sedangkan pada
kondisi tidak ternaungi benih berkecambah dengan normal juga namun untuk tinggi
tanaman terlihat berbeda dimana tanaman yang ternaungi lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang tidak ternaungi.
Cahaya memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap perkecambahan.
Jika ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin.Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjanga sel di daerah belakang meristem ujung.Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil. Peristiwa ini disebut ”etiolasi” Jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, jagur, subur daun terlihat segar serta memiliki cukup klorofil (jumin, 2008).
Jika ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin.Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjanga sel di daerah belakang meristem ujung.Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil. Peristiwa ini disebut ”etiolasi” Jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, jagur, subur daun terlihat segar serta memiliki cukup klorofil (jumin, 2008).
Cahaya dalam proses perkecambahan
berpengaruh pada waktu proses imbibisi, dan kepekaan biji terhadap cahaya
meningkat dengan bertambah lamanya waaktu imbibisi. Kaitan antara penyinaran
dan imbibisi biji tergantung pada besarnya intensitas cahaya dan lamanya waktu
sesudah imbibisi dengan penyinaran (Kamil, 1982)
Secara morfologi terdapat perbedaan
antara kecambah yang diberi perlakuan dengan sungkup dan non sungkup.
Perkecambahan jagung yang diberi sungkup mempunyai panjang akar yang relative
lebih panjang dari pada kecambah jagung yang non sungkup. Selain panjang akar,
tinggi tanaman juga terlihat berbeda, tanaman yang disungkup memiliki tinggi
tanaman lebih besar dari pada yang non sungkup. Ini sesuai dalam literature
Jumin (2008) bahwa jika ditanam di tempat terang, maka
kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap.
Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak
sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang
tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat,
jagur, subur daun terlihat segar serta memiliki cukup klorofil. Selain itu
perbedaan secara morfologi terlihat jelas pada warna batang kecambah. Untuk
kecambah dengan sungkup mempunyai warna batang hijau keputihan, sedangkan untuk
yang nonsungkup warna batangnya hijau kemerahan.
Berdasarkan hasil
praktikum antara benih yang disungkup dengan yang non sungkup perbedaan
persentase perkecambahan tidak terlihat jelas, hal ini ditunjukan dengan adanya
hasil bahwa benih baik sungkup maupun non sungkup mempunyai persentase
perkecambahan yang sama yaitu 100%. Dengan kata lain bahwa untuk perlakuan
ternaungi dan non naungan tidak menunjukan hasil yang terlihat nyata. Hal ini berbeda
dengan literaur dari (jumin,2008) bahwa Cahaya memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap perkecambahan. Pada persentase
perkecambahan benih baik yang naungan maupun non naungan tidak terlihat
perbedaan secara nyata. Hanya saja perbedaan terlihat pada kenampakan secara
morfologi dari kecambah masing-masing perlakuan. Berikut ini merupakan gambar
pengamatan perkecambahan benih jagung dengan sungkup dan non sungkup .
Gambar 9. Pengamatan
perkecambahan benih jagung sungkup dan non sungkup
Pengamatan H+2
|
||
Non sungkup
|
Sungkup
|
|
|
||
Pengamatan H+6
|
||
Non sungkup
|
Sungkup
|
|
|
||
pengamatan H+8
|
||
Non sungkup
|
Sungkup
|
|
|
|
|
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka dpat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh
cahaya terhadap perkecambahan biji terlihat melalui kenampakan morfologi
kecambah jagung yaitu panjang akar, dan tinggi tanaman kecambah yang ternaungi
lebih tinggi dari kecambah yang tidak ternaungi.
2. Perlakuan
media steril memberikan pengaruh yang nyata pada persentase perkecambahan benih
kedelai, dimana benih yang dikecambahkan pada media steril besar persentase
perkecambahannya lebih tinggi dari pada kedelai yang dikecambahkan pada media
non steril
B.
Saran
Sebaiknya
praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan seluruh kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian.
2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan
Kopi Arabika. Jurnal Akta Agrosia.
Vol.11(1):25-23.
Darmawan
dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar
Fisiologi Tanaman. PT Suryani Utama. Semarang.
Hadioetomo,
R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek. Gramedia, Jakarta.
Jumin, H.B. 2008.Dasar-Dasar
Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kamil. 1979. Teknologi
Benih 1. Angkasa Raya. Anggota IKAPI. Bandung.
Nurahman .Y. et.al., 2007. Teknis
Perbanyakan Tanaman Cemara Laut (Casuaria equisetifolia) pada Media Pasir.Info
Teknis.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman.Vol 5. No
1.
Sadjad,
S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih.
Grasindo. Jakarta.
Sujarwati
dan Santosa. 2004. Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Jepang (Actinophloeus macarthurii Becc.) Akibat
Perendaman Biji dalam Lumpur. Natur Indonesia 6(2): 99-103.
Widiastuti
dkk. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro
dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal
Ilmu Pertanian. Vol 11 No. 2:35-42.
Zuida,
Refni. 2005. Manfaat Sterilisasi dan Jenis Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian
Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 3 No.2 :37-41.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH ACARA II PENGUJIAN KADAR AIR BENIH I. PENDAHULUAN A. Lat...
-
SEBELUM BACA... LIKE COMMENT SHARE.... ACARA 1 PENGUKURAN ENERGI KINETIK HUJAN DENGAN METODE SPLASH I. ...
-
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH ACARA III STRATIFIKASI DAN SCARIFIKASI BENIH I. PENDAHULUAN A. ...