iklan banner

Jumat, 17 November 2017

How To Make Spicy Noodles ( RESEP MIE PEDAS )

How To Make Spicy Noodles ( RESEP MIE PEDAS )

by. Qonita Aminudin


bahan (ingredients):

1 siung bawang putih (garlic)
2 siung bawang merah (onion)
5 pcs cabai rawit (chili)
1 butir telur (egg)
1 pcs sosis (sausage)
   minyak (oil) 
   caisin / sayuran yang kalian suka
   garam secukupnya  (salt)
   cabai bubuk secukupnya
   air secukupnya
1 bungkus mie instan (noodles)


cara memasaknya:

1. persiapkan alat dan bahan
2. haluskan bawang merah dan bawang putih
3. potong cabai rawit, sosis dan sayuran sesuai selera
4. goreng telur dan beri garam secukupnya kemudian goreng secara orak arik
5. masukkan sosis lalu digoreng hingga matang
6. masukkan bawang yg telah dihaluskan. beri garam secukupnya
7. masukkan air secukupnya, tunggu hingga mendidih
8. masukkan mie instan dan bumbu yang ada dalam kemasan
9. masukkan sayuran, cabai rawit dan cabai bubuk sesuai selera.
10. tunggu beberapa saat hingga mie instan matang.
11. siap di sajikan.



selamat mencoba . . . . ^^
 

Kamis, 16 November 2017

PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

LIKE COMMENT SHARE. . . .





LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)
ACARA V1I
PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH
  
I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Produksi benih merupakan salah satu cara untuk mempertahankan atau mewariskan kekuatan (viabilitas, vigor suatu benih) yang dimiliki tetua kepada anaknya. atau menciptakan suatu kekuatan baru yang lebih baik dari yang sudah ada baik dari segi kualitas maupun harga. Benih suatu tanaman atau varietas tanaman tersebut. Sehingga setiap benih harus memiliki kualitas yang baik.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicle), colon daun/batang (plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim. Dengan demikian, ada dua jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas morfologi dan aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun dan batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak. Proses kimiawi berperanan sebagai penyedia energi yang akan digunakan dalam proses morfologi, dengan demikian kandungan bahan kimia yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perkecambahan biji. Tipe perkecambahan biji tanaman ada dua macam yang ber-beda terletak pada posisi keping biji (kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal dan yang kedua hipogeal. Perkecambahan biji ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah tidaknya atau cepat lambatnya perkecambahan.
B.     Tujuan
Mempelajari atau mengetahui bagaimana pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih.
 II.       TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah proses awal kegiatan pertumbuhan embrio,yang selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Di antara berbagai faktor lingkungan, cahayamerupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal (Sujarwati, 2004).
 Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain: tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi persediaan makanan dalam benih, ketidak mampuan embrio, daya tembus air dan oksigen terhadap kulit biji. Disamping faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih. Perkecambahan benih tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian,2008).
Menurut Sajad (1994) dalam konteks budidaya pertanian, benih dapat dipandang melalui empat macam titik tolak pemikiran, yaitu :
1.      Batasan structural
Mendasarkan pengertian kepada segi anatomi dari biji.  Proses pembentukan biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lingkungannya.  Ketidaksempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji akan mengakibatkan terbentuknya biji yang tidak sempurna.  Hal ini akan mengakibatkan produsen benih mengalami kerugian karena sasaran kuantitatif maupun kualitatif produksi tidak tercapai.
2.      Batasan fungsional
Bertolak dari perbedaan antara fungsi benih dan biji.  Di sini benih adalah biji tumbuhan yang digunakan oleh manusia untuk penanaman atau budidaya.  Sebagai contoh: gabah dan benih padi mempunyai bentuk fisik yang sama tetapi berbeda dalam fungsinya.  Gabah untuk diberaskan dan benih padi untuk disemaikan.
3.      Batasan agronomi/budidaya pertanian
Batasan benih  sebagai sarana budidaya pertanian mendasarkan pengertian bahwa di samping penggunaan sarana produksi lainnya yang maju maka benih yang digunakan harus memiliki tingkat kekuatan tumbuh dan daya kecambah yang tinggi sehingga mampu mencapai produksi secara maksimum.
4.      Batasan teknologi
Batasan teknologi memberikan pengertian kepada benih sebagai kehidupan biologi benih. Benih tegasnya suatu tanaman mini yang tersimpan baik didalam suatu wadah dan dalam keadaan istirahat.
III.    METODE PRAKTIKUM
A.    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu polibag, , sungkup, alat tulis, label, dan seedbox. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung, benih kedelai, pasir steril, pasir non steril, dan air.

B.     Prosedur Kerja
Perlakuan sungkup non sungkup
1.      Disiapkan benih jagung sebanyak 40 biji
2.      Benih jagung ditanam pada 2 polibag yang telah berisi pasir masing-masing 20 biji
3.      Diberi perlakuan dengan menutup polibag tersebut dengan sungkup, dan polibag lainnya tidak diberi perlakuan (tidak disungkup)
4.      Diamati perkecambahan 2 hari sekali selama 8 hari
5.      Setelah 8 hari, diambil 10 benih jagung yang telah berkecambah sebagai sampel, kemudian diukur panjang akar, tinggi tanaman dan warna batang.

Perlakuan media pasir steril
1.      Disiapkan benih kedelai sebanyak 80 biji
2.      Sebanyak 40 benih kedelai ditanam pada seed box yang telah berisi media pasir steril
3.      Sedangkan 40 benih lainnya ditanam pada seedbox berisi pasir non steril
4.      Diamati perkecambahan 2 hari sekali selama 8 hari
5.      Dihitung persentase perkecambahan pada masing-masing perlakuan

IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan

Variabel
Tanaman sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang akar (cm)
29,3
16,2
30
21,6
26
23
17,5
13,3
29,2
30,2
Warna batang
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Hijau keputihan
Tabel 1. Warna batang dan panjang akar jagung sungkup

Tabel 2. Tinggi tanaman jagung Sungkup

No.

Tanaman
Pengamatan ke-
1
2
3
4
1
1
0
3,5
8
17,2
2
2
0
6,1
9
14,4
3
3
0
4,1
11,2
20,2
4
4
0
3,5
9
16,2
5
5
0
3,2
8,7
15
6
6
0
5,4
9,3
16,2
7
7
0
4,3
10
19
8
8
0
6,9
11
14
9
9
0
4,9
9,3
15,5
10
10
-
7,8
10
16



Tabel 3. Warna batang dan panjang akar jagung non sungkup

Variabel
Tanaman sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Panjang akar (cm)
24,5
28
23,2
26,7
10,8
23,6
18,1
17
21,7
11
Warna batang
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan


Tabel 4. Tinggi tanaman jagung non Sungkup

No.

Tanaman
Pengamatan ke-
1
2
3
4
1
1
0
6
8
11
2
2
0
4
9
13
3
3
0
3,8
8,5
11,3
4
4
0
4,5
8
10,4
5
5
0
6
8,5
11,6
6
6
0
3,5
8,2
12,9
7
7
0
3
7
13,3
8
8
0
5,7
9,3
14,1
9
9
0
4
6
7,4
10
10
-
3,5
8
12,7



a.       % perkecambahan            sungkup = x 100%
                               =
                               = 100 %
Semua biji yang ditanam berkecambah semua
b.      % perkecambahan            sungkup = x 100%
                               =
                               = 100 %
Semua biji yang ditanam berkecambah semua

Kesimpulan : Faktor cahaya tidak berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman, tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman, panjang akar dan warna batang.

Tabel 5. Pengamatan pertumbuhan benih kedelai pada seedbox
No
Perlakuan
Hari
Persentase perkecambahan
Persentase kontaminasi
1.
Steril
2
-
4
-
6
-
8
2.
Non Steril
2
-
4
-
6
-
8

Kesimpulan : Media yang diteril memiliki persentase kontaminasi yang lebih kecil serta persentase perkecambahan yang lebih besar dari non-steri;

B.     Pembahasan
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin). Sterilisasi media berarti proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu media (Hadioetomo, 1993). Tahapan pembuatan media pasir steril (Zuida, 2005) :
a.        Pasir diayak dengan menggunakan ayakan pasir dengan ukuran 5 mess, sebanyak yang dikehendaki untuk melakukan pengujian.
b.       Pasir yang telah diayak dicuci di dalam bak pencuci pasir sedikit demi sedikit, dengan terus diaduk-aduk agar kotoran/tanah yang ada dalam pasir sampai air untuk mencuci kelihatan bersih.
c.        Pasir yang sudah bersih kemudian direbus dalam drum, isi dengan air bersih ½ dari tinggi drum tersebut. Setelah pasir dan air dimasukkan kemudian dilakukan perebusan hingga air mendidih, sesekali lakukan pengadukan dengan menggunakan adukan dari kayu.
d.       Pasir kemudian diturunkan dari dalam drum perebus dengan menggunakan sekop kemudian ditiriskan di atas karung.
e.       Pasir siap digunakan untuk pengujian.
Benih yang ditanam pada media pasir steril akan erkecambah dengan baik sebab tidak ada gangguan mikroorganisme yang merugikan perkecambahan benih didalam tanah. Menurut Nurahman (2007) media yang tidak steril dapat menyebabkan penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme, Penyakit ini dapat menyebabkan pembusukan dan bahkan kematian bibit dan mengakibatkan benih yang terkontaminasi lebih banyak disbanding dengan media yang steril cenderung lebih sedikit.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan penanaman benih pada media pasir steril dan media pasir non steril didapatkan hasil persentase perkecambahan benih pada media steril sebesar 2,5 % sedangkan pada media non steril 0%. Dengan demikian pada media non steril tidak terjadi perkecamahan, berarti benih pada media tersebut mati semua. Hal ini mungkn disebabkan adanya mikroorganisme yang merugikan bagi perkecambahan benih, seperti dalam literature Nurahman (2007) bahwa media yang tidak steril dapat menyebabkan penyakit yang di sebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme ini dapat mengganggu proses perkecambahan benih bahkan dapat menghambat pula. Berikut ini gambar pengamatan perkecambahan kedelai media steril dan non steril :
Gambar 8. Pengamatan perkecambahan kedelai media steril dan non steril
Seedbox H+0 (penanaman)
Media Steril
Media Non Steril
Pengamatan Hari ke-2
Pengamatan Hari ke-4
Pengamatan Hari ke-6
Pengamatan Hari ke-8

Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan ( mampu tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan  ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran. Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis (Morais et al, 2004).Tanaman yang toleran ketika ditanam diareal yang cukup cahaya justru akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik, begitu juga dengan tanaman intolean apabila di tanam pada areal yang kondisi cahaya terbatas pertumbuhan akan mengalami ketidak normalan (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Dengan intensitas cahaya yang rendah, tanaman menghasilkan daun lebih besar, lebih tipis dengan lapisan epidermis tipis, jaringan palisade sedikit, ruang antar sel lebih lebar dan jumlah stomata lebih banyak. Sebaliknya pada tanaman yang menerima intensitas cahaya tinggi menghasilkan daun yang lebih kecil, lebih tebal, lebih kompak dengan jumlah stomata lebih sedikit, lapisan kutikula dan dinding sel lebih tebal dengan ruang antar sel lebih kecil dan tekstur daun keras (Widiastuti dkk, 2004).
Biji akan berkecambah dengan baik pada tempat yang ternaungi dari pada tempat terbuka. Perlakuan tempat yang ternaungi akan membuat tanaman terlindung dari pengaruh atau gangguan lingkungan luar yang dapat merusak tanaman. Perlakuan penutupan cahaya tersebut juga akan mengatur jenis spectrum cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tanaman. tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh. Sinar matahari yang terik tidak dapat terkena langsung pada persemaian dan jika turun hujan air hujan tidak dapat merusak tanaman. Persemaian yang dilakukan di tempat terbuka mudah mendapatkan gangguan atau pengaruh dari lingkungan sekitar sehingga mempengaruhi proses perkecambahan (Jumin, 2008).
Perkecambahan benih pada kondisi ternaungi menunjukan hasil yang lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi tidak ternaungi benih berkecambah dengan normal juga namun untuk tinggi tanaman terlihat berbeda dimana tanaman yang ternaungi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak ternaungi.
Cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkecambahan.
Jika ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin.Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjanga sel di daerah belakang meristem ujung.Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil. Peristiwa ini disebut ”etiolasi” Jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, jagur, subur daun terlihat segar serta memiliki cukup klorofil
(jumin, 2008).
Cahaya dalam proses perkecambahan berpengaruh pada waktu proses imbibisi, dan kepekaan biji terhadap cahaya meningkat dengan bertambah lamanya waaktu imbibisi. Kaitan antara penyinaran dan imbibisi biji tergantung pada besarnya intensitas cahaya dan lamanya waktu sesudah imbibisi dengan penyinaran (Kamil, 1982)
Secara morfologi terdapat perbedaan antara kecambah yang diberi perlakuan dengan sungkup dan non sungkup. Perkecambahan jagung yang diberi sungkup mempunyai panjang akar yang relative lebih panjang dari pada kecambah jagung yang non sungkup. Selain panjang akar, tinggi tanaman juga terlihat berbeda, tanaman yang disungkup memiliki tinggi tanaman lebih besar dari pada yang non sungkup. Ini sesuai dalam literature Jumin (2008) bahwa jika ditanam di tempat terang, maka kecambah akan tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap. Peristiwa itu juga terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Akibatnya, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, jagur, subur daun terlihat segar serta memiliki cukup klorofil. Selain itu perbedaan secara morfologi terlihat jelas pada warna batang kecambah. Untuk kecambah dengan sungkup mempunyai warna batang hijau keputihan, sedangkan untuk yang nonsungkup warna batangnya hijau kemerahan.
Berdasarkan hasil praktikum antara benih yang disungkup dengan yang non sungkup perbedaan persentase perkecambahan tidak terlihat jelas, hal ini ditunjukan dengan adanya hasil bahwa benih baik sungkup maupun non sungkup mempunyai persentase perkecambahan yang sama yaitu 100%. Dengan kata lain bahwa untuk perlakuan ternaungi dan non naungan tidak menunjukan hasil yang terlihat nyata. Hal ini berbeda dengan literaur dari (jumin,2008) bahwa Cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkecambahan. Pada persentase perkecambahan benih baik yang naungan maupun non naungan tidak terlihat perbedaan secara nyata. Hanya saja perbedaan terlihat pada kenampakan secara morfologi dari kecambah masing-masing perlakuan. Berikut ini merupakan gambar pengamatan perkecambahan benih jagung dengan sungkup dan non sungkup .
Gambar 9. Pengamatan perkecambahan benih jagung sungkup dan non sungkup    
Pengamatan H+2
Non sungkup
Sungkup
Pengamatan H+6
Non sungkup
Sungkup
pengamatan H+8
Non sungkup
Sungkup



V.          KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dpat disimpulkan bahwa :
1.      Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji terlihat melalui kenampakan morfologi kecambah jagung yaitu panjang akar, dan tinggi tanaman kecambah yang ternaungi lebih tinggi dari kecambah yang tidak ternaungi.
2.      Perlakuan media steril memberikan pengaruh yang nyata pada persentase perkecambahan benih kedelai, dimana benih yang dikecambahkan pada media steril besar persentase perkecambahannya lebih tinggi dari pada kedelai yang dikecambahkan pada media non steril

B.     Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan seluruh kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika. Jurnal Akta Agrosia. Vol.11(1):25-23.
Darmawan dan Baharsyah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. PT Suryani Utama. Semarang.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.
Jumin, H.B. 2008.Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kamil. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Anggota IKAPI. Bandung.
Nurahman .Y. et.al., 2007. Teknis Perbanyakan Tanaman Cemara Laut (Casuaria equisetifolia) pada Media Pasir.Info Teknis.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman.Vol 5. No 1.
Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta.
Sujarwati dan Santosa. 2004. Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Jepang  (Actinophloeus macarthurii Becc.) Akibat Perendaman Biji dalam  Lumpur. Natur Indonesia 6(2): 99-103.
Widiastuti dkk. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 11 No. 2:35-42.
Zuida, Refni. 2005. Manfaat Sterilisasi dan Jenis Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 3 No.2 :37-41.

HANTARAN HIDROLIK