iklan banner

Sabtu, 01 Februari 2014

Tugas Terstruktur JDU



TUGAS TERSTRUKTUR
JATIDIRI UNSOED

“Saling Menghormati dan  Menghargai Perbedaan Adalah  Substansi Membangun Demokrasi Akademis”


Oleh
Nama : 1. Ramdhani Abdullah             (A1L113055)
2. Pono Tri P                           (A1L113057)
3. Qonita                                 (A1L113059)
4. Naimatul Khoiriyah            (A1L113063)
5. Razan Faishal M                 (A1L113065)
Kelas : Agroteknologi Pararel A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah member rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah yang berjudul “Saling Menghormati dan  Menghargai Perbedaan Adalah  Substansi Membangun Demokrasi Akademis” ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jatidiri Unsoed yang diberikan oleh Ibu Ir. Triana Ariati, S.U.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Jatidiri Unsoed yaitu Ibu Ir. Triana Ariati, S.U yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada kami, terlebih lagi dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Dan terimakasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
Kami berharap makalah ini dapat memberikan referensi dan pengetahuan pembaca tentang sikap saling menghormati dan  menghargai perbedaan adalah  substansi membangun demokrasi akademis. Meskipun kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam hal penulisan. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya-karya selanjutnya.

                                                                        Purwokerto, 24 November 2013
                                                                                     Hormat kami,

                                                                                     Kelompok 6

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengembangan nilai-nilai demokratis di sekolah perlu diterapkan untuk menghadapi era globalisasi yang kini diyakini akan menghadirkan banyak perubahan global seiring dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai bangsa di dunia. Itu artinya, dunia pendidikan dalam mencetak sumberdaya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan generasi yang demokratis, sehingga memiliki resistence yang kokoh di tengah-tengah konflik perbedaan.
Konflik perbedaan  inilah yang sering hadir diantara kalangan akademisi di Indonesia.Beragam budaya yang dimiliki Indonesia tak jarang menimbulkan konflik yang menyebabkan berbagai masalah yang bermunculan. Timbulnya masalah-masalah ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi kalangan akademisi. Konflik ini seharusnya tidak perlu terjadi, mengingat adanya suatu system demokrasi yang ada di Negara kita.
Makalah ini dilatari oleh maraknya konflik perbedaan yang terjadi di kalangan akademisis sangat perlu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar akademisi, salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan yang akan membangun substansi akademis.

B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang :
1.      Pengertian saling menghormati dan menghargai.
2.      Cara bersikap saling menghormati dan menghargai.
3.      Pengertian demokrasi akademis.
4.      Substansi membangun demokrasi akademis dengan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.

C.     Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini agar pembaca
1.      Dapat mengetahui pengertian sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dan demokrasi akademis.
2.      Dapat mengetahui cara bersikap saling menghormati dan menghargai perbedaan.
3.      Dapat mengetahui substansi membangun demokrasi akademis dengan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sikap Saling menghormati dan Menghargai
Sikap saling menghormati dan menghargai sering disebut juga dengan sikap toleransi. Sikap toleransi sering ditemukan dalam masyarakat contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Hal ini juga sangat berkaitan erat dengan hubungan antar masyarakat.
Sikap toleransi ini perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan. Pelajar khususnya harus memahami konteks sejauh mana mereka bergaul dengan menerapkan sikap toleransi. Hal ini akan menjadi suatu hubungan harmonis jika pelajar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Cara Bersikap Saling Menghormati dan Menghargai
Beberapa langkah dan strategis untuk memupuk jiwa toleransi beragama dan membudidayakan hidup rukun antar umat beragama. Kiat-kiat itu adalah sebagai berikut :
1.      Menonjolkan segi-segi persamaan dan tidak memperdebatkan segi-segi perbedaan.
Jika ada perbedaan tentunya ada juga persamaan. Sikap saling menghormati dan menghargai ini bisa ditunjukkan juga dengan menonjolkan segi-segi persamaan yang dimiliki dan tidak memperdebatkan segi-segi perbedaan. Hal ini tentunya akan menjadikan suatu hubungan yang harmonis.
2.      Bersikap terbuka.
Secara sederhana seseorang yang bersikap terbuka  akan bersedia dikritik dan dapat menerima pendapat dan argumentasi orang lain walaupun berbeda dari pendapatnya, apalagi jika pendapat tersebut berasal dari pakar di bidangnya. Seorang akademisi yang bersikap terbuka sangat mengharapkan pendapat dan sanggahan kritis dari orang lain terutama dari sejawatnya. Bersikap terbuka terbuka merupakan salah satu cara menghormati dan menghargai perbedaan terutama perbedaan pendapat.
3.      Mengapresiasi karya dan pemikiran orang lain.
Wujud keadilan yang paling mudah adalah mengapresiai karya dan pemikiran orang lain dengan alasan yang jelas. Menunjukkan perhatian merupakan bagian dari apresiasi, sesederhana apapun sebuah karya pasti mengandung pelajaran yang bisa kita dapatkan jika kita mempelajarinya dengan seksama, dengan demikian wawasan pengetahuan akan senantias diperkarya oleh apresiasi yang tulus. Perbuatan apresiatif mudah dilaksanakan jika seseorang beranggapan dirinya tidak tahu segalanya tentang sesuatu sehingga ia bersedia untuk belajar. Orang yang demikian ini merendahkan dirinya dalam pengetahuan.
4.      Tidak bersikap egois
Bersikap egois dapat menyebabkan berbagai konflik. Oleh karena itu kita sebaiknya menghindari sikap egois. Dalam menyampaikan pendapat kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk menyetujui pendapat kita.

C.     Demokrasi Akademis
Seperti sebuah negara, sekolah atau pendidikan akademis  juga merupakan suatu organisasi, layaknya masyarakat mini yang memiliki warga dan peraturan. Pendidikan akademis merupakan sebuah organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan tujuannya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuannya yaitu mendidik dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial. Dalam pendidikan demokrasi menekankan pada pengembangan ketrampilan intelektual, ketrampilan pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan untuk mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat.
Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan di lingkungan akademis yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara substantif, akademisi yang demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai Demokrasi Pancasila. Beane dan Apple (1995: 7) dalam Rosyada (2004: 16) mengemukakan bahwa kondisi yang sangat perlu dikembangkan dalam upaya membangun akademis demokratis adalah sebagai berikut.
1.      Keterbukaan saluran ide dan gagasan, sehingga semua orang bisa menerima informasi seoptimal mungkin.
2.      Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan akademis.
3.      Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan akademis.
4.      Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan terhadap persoalan-persoalan publik.
5.      Ada kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak minoritas.
6.      Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belumlah mencerminkan demokrasi yang diidealkan, sehingga demokrasi harus terus dikembangkan dan bisa membimbing keseluruhan hidup manusia.
7.      Terdapat sebuah institusi yang dapat terus mempromosikan dan mengembangkan cara-cara hidup demokratis.
8.      Secara prinsip demokrasi tercipta karena adanya saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Keadaan ini menciptakan suasana kesetaraan tanpa sekat-sekat kesukuan, agama, derajat atau status ekonomi. Dengan demikian manusia mempunyai ruang untuk mengekspresikan diri secara bertanggung jawab. Situasi seperti inilah yang seharusnya dibangun dalam dunia pendidikan, anak diajak untuk mengembangkan potensi diri.

D.    Pengembangan Nilai-nilai Demokrasi di Akademisi
Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Di tengah-tengah gencarnya tuntutan dan suara untuk membangun Indonesia baru yang lebih demokratis di bawah pemerintahan yang bersih, berwibawa dan reformatif  justru banyak politisi yang berkarakter oportunis, arogan dan mau menang sendiri, yang sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mengembangkan nilai kebebasan, kesamaan, persaudaraan, kejujuran, dan keadilan. Padahal harus diakui, mereka memiliki kualifikasi pendidikan formal yang tinggi. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk disimak, sebab ada kecenderungan asumsi, tinggi-rendahnya tingkat pendidikan kurang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tumbuhnya iklim demokrasi yang sehat.
Diperlukan upaya agar dunia pendidikan mampu menaburkan benih-benih demokrasi kepada peserta didik dan melahirkan demokrat-demokrat yang ulung, cerdas, dan andal.  Beratnya beban kurikulum yang harus dituntaskan telah membuat proses belajar mengajar menjadi kehilangan ruang berdiskusi, berdialog dan berdebat, guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Akibatnya setelah lulus mereka menjadi asing di tengah-tengah rakyat. Tidak mungkin out-put dari dunia pendidikan mampu menginternalisasi dan mengapresiasi nilai-nilai demokrasi kalau otak dan emosi mereka dijauhkan dari ruang berdialog. Mustahil mereka bisa menghargai pendapat sebagai salah satu esensi demokrasi kalau iklim belajarnya berlangsung monoton. Sehingga dunia pendidikan perlu diberi ruang yang cukup untuk membangun budaya demokrasi bagi peserta didik, sehingga kelak mereka sanggup menjadi demokrat sejati yang rendah hati, berjiwa besar, toleran, memiliki landasan etik moral dan spiritual. Apalagi di era millennium ketiga yang kini diyakini akan menghadirkan banyak perubahan global seiring dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai bangsa di dunia, ranah demokrasi tentu akan menjadi penentu citra, kredibilitas, dan akseptibilitas bangsa kita sebagai salah satu komunitas masyarakat dunia. Itu artinya, dunia pendidikan dalam mencetak sumberdaya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan generasi yang demokratis, sehingga memiliki resistence yang kokoh di tengah-tengah konflik peradaban.
Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam pembentukan mental peserta didik sesuai nilai-nilai demokrasi, demokrasi di sekolah juga mencakup proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini diantaranya adalah untuk menyikapi persoalan yang tentunya tekait dengan nilai-nilai demokrasi dalam hal ilmu pengetahuan, mengenai industri saat ini yang sering menimbulkan pencemaran lingkungan. Banyak pihak industri yang selalu berhadapan dengan kelompok-kelompok humanis yang anti pencemaran dan pengrusakan lingkungan. sehingga pendidikan harus merancang perubahan-perubahan ke depan yang tetap ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi, dengan peningkatan solidaritas internasional, dan keseimbangan komitmen antara produktivitas, kemajuan sains dan teknologi, yang pada gilirannya dapat mengembangkan sektor perekonomian, namun tetap memperhatikan pemeliharaan lingkungan, dan misi kemanusiaan, sehingga mampu menetralisir ketegangan-ketegangan sosial, dan mampu menjaga kelestarian alam yang tidak semata menjadi kebutuhan seluruh umat manusia dengan keseimbangan ekosistemnya, tapi juga akan diwariskan pada generasi mendatang.













BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari makalah “Saling Menghormati dan  Menghargai Perbedaan Adalah  Substansi Membangun Demokrasi Akademis” dapat ditarik kesimpulan :
1.      Tujuan pelaksanaan Demokrasi akademis yaitu mendidik akademisi dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis maupun sosial dengan menitik beratkan pada pengembangan ketrampilan intelektual, keterampilan pribadi dan sosial.
2.      Dalam pelaksanaan demokrasi akademis perlu adanya sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.
3.      Perwujudan demokrasi akademis dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan tidak terlepas dari peran para akademisi.

B.     Saran
Seperti yang dijelaskan sebelumnya sebaiknya kita memulai sikap saling mengahargai dan menghormati agar demokrasi akademis dapat terwujud.













DAFTAR PUSTAKA

Adjisoedarmo, Soediarto. 2013. Buku Ajar Jatidiri Unsoed. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Prenada Media. Jakarta
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi. Gramedia. Jakarta
Tim Penyusun. 1993. Bahan Penataran P4, UUD 1945, GBHN. BP-7 Pusat. Jakarta
Tim Penyusun. 2004. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Karya Muda. Blitar
Tim Penyusun. 2005. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Blitar: Karya Muda
Widodo. 1998. Pendidikan Pancasila dan Filsafat Pancasila.Malang: Universitas Wisnuwardana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK