LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK
PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI
KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh :
Qonita
NIM A1L113059
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK
PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI
KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh:
Qonita
NIM
A1L113059
Diajukan Sebagai Salah Satu
Syarat untuk Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Pendidikan Strata Satu
Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal
Soedirman
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK
PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI
KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN
Oleh:
Qonita
NIM
A1L113059
Diterima dan disetujui
Tanggal:
Mengetahui: Pembimbing,
Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Ir.
Heru Adi Djatmiko, M.P. Ir. Slamet Rohadi S., M.Agr.St.
NIP.
19601108 198601 1 001 NIP.
19610103
198803 1 003
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas wilayahnya dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Secara geografis Indonesia berada pada
garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis. Keanekaragaman hayati terutama
bebuahan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bebuahan tropik yang
melimpah di negeri ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan tambahan
bagi masyarakat.
Hortikultura adalah suatu studi yang mempelajari tentang tanaman buah,
sayur, hias, obat dan rempah. Tanaman hortikultura memiliki beberapa keunikan
jika dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Keunikan yang dimunculkan oleh
tanaman hortikultura antara lain, keunikan rasa, warna serta bentuknya. Keunikan
tersebut mampu menjadikan tanaman hortikultura sebagai tanaman yang sangat
prospektif untuk dikembangkan. Tanaman hortikultura selain memiliki keunikan
rasa, warna dan bentuknya juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia yaitu
sumber gizi yang dikandungnya.
Bebuahan tropis umumnya bersifat tahunan tetapi ada juga yang bersifat
semusim atau dua musim. Bebuahan yang bersifat tahunan berbuah tergantung
dengan musim atau kondisi iklim. Sejak lama bebuahan dikenal sebagai tanaman
yang menjadi sumber vitamin dan mineral. Bebuahan sudah banyak diperdagangkan
pada zaman sekarang bahkan hingga menembus pasar ekspor (Sunarjono, 2015).
Buah naga tergolong buah yang masih baru di kalangan masyarakat Indonesia
dan merupakan salah satu jenis kaktus. Buah naga mulai hangat diperbincangkan
karena rasanya yang manis dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Bentuknya
yang unik serta warna nya yang beragam menjadikannya sebagai daya tarik
tersendiri. Warna kulit dan daging buah tergantung pada tiap varietasnya. Warna
daging buah naga antara lain merah, putih dan kuning.
Buah naga bukanlah berasal dari negara Indonesia, melainkan dari negara
Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Meksiko, Guatemala, Costa rica, El Savador,
Venezuela, Colombia, Ecuador, Curacao, Nicaragua, Panama, Bazil, dan Uruguay.
Buah naga kemudian menyebar ke berbagai negara tropis dan subtropis. Saat ini
buah naga telah dibudidayakan sekurang-kurangnya di 22 negara tropis termasuk
Indonesia (Warisno dan Kres, 2010).
Buah naga masuk kedalam golongan bahan pangan bebuahan yang memiliki
nutrisi dan khasiat bagi manusia. Buah naga juga dapat dimanfaatkan utuk
pengobatan beberapa jenis penyakit (Cahyono, 2009). Manfaat dan kegunaan buah
naga dapat dilihat dari aspek gizi dan kesehatan, estetika maupun ekonomi. Buah
naga mengandung vitamin C, kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C tertinggi
terdapat pada buah naga putih (Hylocereus
undatus). Kandungan fosfor dan serat tertinggi terdapat buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Kandungan
kalsium tertinggi ada pada buah naga kuning (selenicereus megalanthus), jenis ini jarang di jumpai dan ditanam
di Indonesia (Warisno dan Kres, 2010).
Kebutuhan buah
naga di Indonesia yang cukup besar dan peluang ekspor juga tidak kalah
besarnya. Namun kebutuhan tersebut belum mampu dipenuhi baik oleh produsen di
dalam negeri maupun diluar negeri. Winarsih (2007) melaporkan bahwa kebutuhan
buah naga di Indonesia mencapai 200-400 ton per tahun, namun kebutuhan buah naga
yang dapat di penuhi masih kurang dari 50%. Permintaan produksi buah naga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Permintaan produksi buah naga mengalami
peningkatan khususnya pada saat perayaan imlek mencapai 30-40% per tahun.
Peningkatan produksi buah naga dapat dilakukan dengan penyediaan bibit yang
berkualitas dan perluasan daerah pengembangan sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar. Dengan demikian semua kalangan dapat mengkonsumsi buah naga
serta merasakan manfaatnya.
Kristanto (2008) menyatakan bahwa buah naga dapat di perbanyak secara
vegetatif dengan stek cabang atau stek batang dan generatif yaitu dengan biji.
Kegiatan perbanyakan bibit menjadi pokok penting dalam budidaya buah naga. Penyediaan
bibit buah naga yang baik masih sedikit dan kurang optimal karena sebagai
komoditas baru tentunya menjadi sangat penting untuk di perhatikan. Kebutuhan
per hektarnya mencapai 6000 hingga 10.000 bibit buah naga.
Menurut Cahyono (2009), perbanyakan tanaman secara vegetatif memiliki
keuntungan tersendiri yaitu ukuran dan pertumbuhan tanaman seragam, waktu
berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan
biji. Bibit asal stek dapat berbuah pada umur 8-12 bulan mulai dari stek.
Sedangkan bibit yang berasal dari biji mulai berbuah pada umur 4 tahun atau
lebih. Warisno dan Kres (2010) menambahkan bahwa perbanyakan vegetatif lebih
popular daripada secara generatif karena lebih mudah dan cepat meskipun jumlah
bibit yang dihasilkan terbatas.
B.
Tujuan
dan Sasaran Praktik Kerja Lapangan
1. Praktik
Kerja Lapangan yang telah
dilaksanakan bertujuan untuk:
a. Mengetahui profil, sejarah, dan kondisi umum dari Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten
Pekalongan.
- Mengetahui teknik perbanyakan dan pemeliharaan tanaman induk buah naga yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
- Mengetahui kendala teknik perbanyakan dan pemeliharaan tanaman buah naga di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
2. Sasaran
Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
a. Mengetahui
kondisi umum dari Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten
Pekalongan.
b. Memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan keterangan lebih lanjut mengenai kegiatan teknik
perbanyakan dan budidaya
tanaman buah naga
di Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
C.
Manfaat
Praktik Kerja Lapangan
Manfaat yang
diharapkan dapat diperoleh dari berlangsungnya kegiatan Praktik Kerja Lapangan
ini diantaranya:
1. Diperoleh
pengalaman kerja di lapangan tentang kegiatan–kegiatan yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten
Pekalongan.
2. Diperoleh
wawasan dan pengetahuan tentang kegiatan perbanyakan dan budidaya tanaman buah naga
di Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
3. Mengembangkan
sikap mental mahasiswa yang berorientasi dunia kerja (menumbuhkan rasa percaya
diri, tangguh, dinamis, displin, bertanggung jawab, dan mampu bermasyarakat).
4. Hasil
Praktik Kerja Lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan penelitian.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah Tanaman Buah Naga
Buah
naga (Hylocereus sp.) adalah tanaman
yang tergolong tanaman kaktus dan bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Buah
naga awalnya dikenal sebagai tanaman hias karena bentuknya menyerupai kaktus,
dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Taiwan, Vietnam dan Thailand. Asal buah
naga ini adalah dari negara Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Meksiko,
Guatemala, Costa Rica, El Savador, Venezuela, Columbia, Ecuador, Curacao,
Nicaragua, Panama, Brazil, dan Uruguay (Warisno dan Kres, 2010).
Pitahaya
atau pitaya roja adalah nama buah
naga di daerah asalnya. Buah naga sering dimanfaatkan oleh penduduk indian
sebagai buah meja atau buah yang dikonsumsi dalam keadaan segar. Buah ini lebih
dikenal sebagai tanaman dari asia karena diproduksi secara besar-besaran di
Asia. Nama dragon fruit di Asia disebabkan oleh fungsi buahnya. Masyarakat Cina
terdahulu sering meletakkan buah dari tanaman ini di antara dua ekor patung
naga berwarna hijau di atas meja altar. Tradisi ini dipercya akan membawa
keberkahan bagi masyarakat (Kristanto, 2008).
Cahyono
(2009) menyatakan bahwa masuknya buah naga dan dibudidayakan dengan baik di
Indonesia mulai dekade 2000-an. Semakin populernya buah ini di kalangan
masyarakat Indonesia menjadikannya peluang usaha yang cukup menjanjikan. Buah
ini digemari karena rasanya yang manis serta warna dan bentuknya yang menarik.
Viatamin dan mineral yang dikandung buah naga dipercaya dapat berkhasiat
menyembuhkan penyakit.
B. Manfaat Buah
Naga
Buah
naga isi merah beratnya mencapai 350 – 550 g (Jamilah et al.,2011) Buah naga
isi merah memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan jenis yang
putih. Zat makanan lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat ,
kalsium, zat besi, dan fosfor yang bermanfaat untuk mencegah hipertensi
(Zainoldin dan Baba,2009). Buah naga merah baik untuk memperbaiki penglihatan
mata karena kandungan karetonoidnya yang tinggi (Raveh,et al.,1998). Fitokimia
berupa flavonoid di dalam buah naga juga diketahui dapat mengurangi risiko
kanker (Wu et al., 2006). Berikut
kandungan nutrisi dalam buah naga (Kristanto, 2008).
Tabe1 1. Kandungan
Nutrisi dalam satu Buah
Naga (Kristanto, 2008).
Nutrisi
|
Satuan
|
Kandungan
|
Kadar gula
|
(briks)
|
13-18
|
Air
|
(%)
|
90,20
|
Karbohidrat
|
(g)
|
11,5
|
Asam
|
(g)
|
0,139
|
Protein
|
(g)
|
0,53
|
Serat
|
(g)
|
0,71
|
Kalsium
|
(mg)
|
134,5
|
Fosfor
|
(mg)
|
8,7
|
Magnesium
|
(mg)
|
60,4
|
Lemak
|
(g)
|
0,21-0,61
|
Betakarotin
|
(mg)
|
0,005-0,012
|
Kalsium
|
(mg)
|
6,3-8,8
|
Besi
|
(mg)
|
0,55-0,65
|
Vitamin B1
|
(mg)
|
0,28-0,30
|
Vitamin B12
|
(mg)
|
0,043-0,045
|
Vitamin C
|
(mg)
|
9,4
|
Miasin
|
(mg)
|
1,297-1,300
|
Buah
naga merah mengandung betacyanin sebagai anti proliferasi dan menghambat
pertumbuhan tumor, serat (mencegah kanker usus dan memperlancar proses
pencernaan) (Wu et al., 2006) , beta karoten (kesehatan mata, menguatkan otak
dan menurunkan kadar glukosa dalam darah) (Raveh et al.,1998), kalsium
(menguatkan tulang) dan fosfor (pertumbuhan badan) (Zainoldin dan Baba,2009),
serta mengandung vitamin C sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan
memproteksi oksidasi yang disebabkan radikal bebas.
Buah
naga juga sumber niasin. Niasin merupakan bagian dari vitamin B komplek, yang
disebut juga vitamin B3. Banyak terdapat dalam biji-bijian dan kacang-kacangan
. Khasiatnya untuk menurunkan kadar kolesterol. Niasin dapat menurunkan
produksi VLDL (very low density lipoprotein) di hati sehingga produksi
kolesterol total , LDL (low density lipoprotein), dan trigliserida menurun.
Berperan juga dalam merangsang pembentukan prostaglin I₂, hormon yang membantu mencegah
pengumpulan (agregasi) trombosit. Buah naga juga mengandung pektin. Buah naga
merah mempunyai kemampuan chelating power (menangkap
logam) untuk menangkap ion besi yang dapat menimbulkan reaksi fenton penyebab
timbulnya beberapa penyakit. Buah naga juga dapat untuk menurunkan kolesterol
LDL, dan gula darah pada pasien DM (Sani et al., 2009).
Keunggulan
kulit buah naga super merah menurut penelitian yang dilakukan oleh Li Chen Wu
(2005) adalah kaya polyphenol dan sumber antioksidan yang baik. Bahkan menurut
studi yang dilakukannya terhadap total phenolic konten, aktivitas antioksidan
dan kegiatan antiproliferative, kulit buah naga merah adalah lebih kuat
inhibitor pertumbuhan sel-sel kanker daripada dagingnya dan tidak mengandung
toksik. Oleh karena itu kulit buah naga super merah sangat layak untuk
dijadikan bahan baku produk olahan, salah satunya adalah dijadikan bahan
tambahan untuk membuat jelly.
Kulit
buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) memenuhi kriteria pembuatan
jelly karena mempunyai warna merah terang tanpa harus diberi zat pewarna
tambahan lain sehingga menghilangkan keraguan akan berakibat buruk pada
kesehatan (Anonymous, 2007). Menurut Saati (2009) dalam penelitiannya, ekstrak
kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) dengan pelarut air
mengandung 1,1 mg/100 ml antosianin. Menurut Kanner, J., Harel, S. dan Granit,
R. (2001) antosianin dapat berfungsi untuk merendahkan kadar kolesterol dalam
darah. Oleh karenanya kulit buah naga super
merah dapat dimanfaaatkan untuk pembuatan jelly.
Konsumsi buah naga dapat mengatasi dan mencegah
terjadinya beberapa penyakit berikut ini (Idawati, 2014):
Kanker
Daging buah naga mengandung likopen yang bersifat
antikanker. Sifat antikanker ini mengandung fitoalbumin, serat dan antioksidan
yang tinggi.
Kolesterol
Buah naga merupakan antioksidan yang sangat baik
sehingga bisa melindungi tubuh dari radikal bebas dan kanker. Buah ini memiliki
rasa agak hambar. Khasiat buah naga bagi tubuh yaitu menetralkan racun, dan
juga mengikat logam berat. Buah naga juga mengandung vitamin B3 yang berfungsi untuk
menurunkan kadar kolesterol.
Tekanan darah tinggi
Buah naga
berkhasiat dalam mengurangi tekanan darah tinggi disebabkan karena buah naga
mengandung lycopene. Buah naga merah juga berfungsi untuk membantu pembentukan
jaringan karena mengandung vitamin B1, B2, B3, C kalsium, protein, dan fosfor.
Konsumsi buah naga secara rutin akan membantu memperoleh manfaat dari buah naga
secara maksimal. Vitamin C, antioksidan flavonoid dan magnesium dalam buah naga
dapat berkhasiat melenturkan pembuluh darah, sehingga gejala hipertensi seperti
sakit kepala dan vertigo tidak mudah kambuh.
C.
Botani
1.
Taksonomi buah
naga
Buah naga termasuk tanaman kaktus atau famili
Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Klasifikasi buah naga disajikan sebagai
berikut (Hardjadinata, 2010):
Divisi :
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae
(biji tertutup)
Kelas :
Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo :
Cactales
Famili :
Cactaceae
Subfamili :
Hylocereanea
Genus :
Hylocereus
Spesies :
Hylocereus undatus (daging putih), Hylocereus polyrhizus (daging merah), Hylocereus costaricensis (daging super
merah atau super red), Selenicereus
megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik).
2.
Morfologi buah
naga
Menurut
Hardjadinata (2010), buah naga secara morfologi termasuk tanaman yang tidak
lengkap karena tidak memiliki daun. Tanaman ini memiliki duri di sepanjang
batang dan cabangnya untuk beradaptasi dengan lingkungan gurun dengan cara
mengurangi penguapan. Tanaman ini merupakan tanaman memanjat dan bersifat
epifit. Berikut penjelasan mengenai morfologi buah naga Hardjadinata (2010):
a.
Akar
Perakaran
buah naga saat fase vegetatife umumnya dangkal berkisar 20-30 cm. Ketika
memasiuki fase generatife perakarannya dapat mencapai kedalaman 50-60 cm. Akarnya
mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi kekeringan (kurang air) sehingga
dapat bertahan di daerah kering. Umumnya akar buah naga tidak tahan terhadap
genangan air dalam jangka waktu yang lama karena akan menyebabkan busuk pada
akar.
Buah
naga memiliki akar yang tumbuh dari batang atau biasa disebut akar aerial (akar
udara). Akar tersebut bersifat epifit dan berfungsi untuk menempel serta
merambat pada tanaman lain. Tanaman buah naga akan tetap hidup meski akarnya
dicabut dari tanah, yaitu dengan cara menyerap makanan dan air dari akar udara
yang tumbuh pada batang. Akar tanaman buah naga sangat peka terhadap kemasaman
tanah (pH < 5). Buah naga umumnya menghendaki pH tanah normal (pH 6-7) dan
akan tumbuh sebur serta mampu berproduksi dengan baik. Saat pH tanah dibawah 5
(masam), akar menjadi pendek dan rusak. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan
lambat.
b.
Batang dan cabang
Batang buah naga memiliki warna hijau tua atau hijau
kebiruan atau kehitaman. Batang tersebut berukuran panjang dan berbentuk
segitiga dan sukulen (mengandung banyak lendir). Dari batang ini tumbuh banyak
cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabangnya berfungsi sebagai
daun untuk proses fotosintesis. Fotosintesis berperan untuk menghasilkan
fotosintat atau cadangan makanan yang penting selama pertumbuhan dan
perkembangan tanaman buah naga. Duri-duri pendek dan keras tumbuh di sepanjang
tepi sudut batang dan cabang buah naga dan terdiri atas 4-5 buah duri pada
setiap titik tumbuh.
c.
Bunga
Bunga
buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm. Seluruh permukaan
bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik. Kelopak bunga berwana hijau, saat
kelopaknya berwarna merah maka tanda bahwa bunga tersebut tidak akan menjadi
bunga. Bunga akan mekar pada sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari
sekitar pukul 22.00. Setelah terjadi penyerbukan bunga akan layuyang berarti
tahap pembuahan dimulai.
d.
Buah
Buahnya
ada yang bentuknya bulat dan ada juga yang bulat pajang. Buah bisa tumbuh lebih
dari satu pada setiap cabang sehingga memungkinkan posisi buah saling
berdekatan. Kulit buah berwarna merah atau kuning tergantung varietasnya dengan
sirip berwarna hijau berukuran sekitar 2 cm. Warna daging buah juga tergantung
varietasnya ada yang merah, putih, atau hitam. Daging buah dihiasi dengan
tebaran biji-biji kecil berwarna hitam pekat. Ketebalan kulit buah berkisar 1-4
mm dan rata-rata bobot buahnya berkisar 400-800 g/buah.
e.
Biji
Biji
buah naga berbentuk bulat kecil, pipih, dan sangat keras serta berwarna hitam.
Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji. Biji tersebut dapat dimakan
bersama daging buahnya selain itu juga dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman
secara generatif. Cara perbanyakan dengan biji jarang diterapkan karena
dianggap membutuhkan waktu yang lama dan hasil yang didapat kurang sesuai.
D.
Syarat Tumbuh
Tanaman buah naga tergolong tanaman tropis dan sangat
mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca. Curah
hujan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini berkisar 60 mm/bulan
atau 720 mm/tahun. Hujan yang deras dan berkepanjangan akan menyebabkan
kerusakan pada akar dan bisa merambat pada pangkal batang. Intensitas sinar
matahari yang disukainya berkisar 70%-80% dan sirkulasi udaranya harus baik. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik apabila ditanam di daerah dataran
rendah antara 0-350 m dpl. Suhu ideal tanaman ini antara 26o-36oC
dengan kelembapan 70-90% dan tanah harus beraerasi baik.
Media tanamnya harus subur, gembur, dan mengandung
banyak bahan organik dengan kandungan kalsium yang tinggi untuk memperoleh
pertumbuhan dan hasil maksimal. Bahan organik yang digunakan harus benar-benar
matang. Bahan organik ini memiliki fungsi sebagai penjaga kelembapan, penyangga
kation, dalam aktivitas mikroorganisme dan penyedia hara. Drainase tanahnya
harus baik dan bersifat porous.
E.
Pembibitan
Perbanyakan
bibit dilakukan secara getatif dengan menggunakan stek cabang atau batang. Batang
atau cabang yang digunakan dalam keadaan sehat, keras, tua, sudah berbuah, dan
berwarna hijau kelabu. Ukuran stek yang ideal antara 20-30 cm. Bibit yang baik
sangat dipengaruhi oleh diameter batang. Apabila batangnya berukuran besar
tanaman cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal
(Kristanto, 2008).
Pemilihan
bibit merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan
budidaya tanaman buah naga. Dalam pemilihan bibit, selain memilih jenis atau
varietas tertentu juga memilih kualitas bibit itu sendiri. Bibit yang baik
mempunyai pengaruh dan manfaat yang sangat besar pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta proses pembuahannya (Triatminingsih, 2009). Berikut adalah contoh stek
pada tanaman buah naga.
Gambar 1. Stek buah naga naga
(Kristanto, 2008)
Salah satu
keuntungan menggunakan stek adalah bibit yang dihasilkan seragam, sama dengan
induknya dengan waktu berbuah 7-8 bulan setelah tanam. Pemilihan bagian stek
yang digunakan pada perbanyakan akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan bibit
suatu tanaman. Stek bisa berasal dari bagian ujung batang dan bisa berasal dari
bagian tengah atau bawah batang, akan tetapi percepatan dalam pertumbuhannya
berbeda dikarena kandungan auksin yang terdapat dimasing-masing bagian tanaman
berbeda. Auksin paling banyak terdapat dibagian ujung dari tanaman semakin
kebawah atau semakin jauh dari ujung tanaman maka kandungan auksin semakin
berkurang. Salah satu upaya dalam meningkatkan jumlah bibit buah naga yang
sudah siap tanam dapat dilakukan dengan penambahan zat pengatur tumbuh (Ramadan, 2016). Menurut
Zuryanisa (2006), salah satu usaha untuk meningkatkan keberhasilan stek tunas
adalah dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang tepat.
Gambar 2.
Hasil stek buah naga (Hardjadinata, 2010)
F. Budidaya Buah
Naga
Budidaya
buah naga bisa dilakukan di kebun, pekarangan dan juga di dalam pot. Sebelum
kegiatan budidaya dilakukan perlu persiapan yang baik sehingga diperoleh hasil
maksimal. Adapun kegiatan budidaya buah naga sebagai berikut (Kristanto, 2008).
1.
Pengolahan tanah
Tanaman buah naga baik tumbuh di tanah yang gembur,
hal ini disebabkan perakarannya tumbuh merayap di permukaan tanah. Tanah
terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan rerumputan sebelum digemburkan. Hal
tersebut bertujuan untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Tanah
selanjutnya digemburkan dengan cara dicangkul sedalam satu cangkulan dan
dibolak-balik.
2.
Pengairan
Terdapat dua sistem pengairan yang biasa digunakan dalam
budidaya buah naga, yaitu sistem leb dan sistem pipa. Pengairan tersebut
disesuaikan dengan sumber air yang ada di lingkungan budidaya buah naga. Pengairan
sistem leb biasanya diterapkan pada lahan areal persawahan. Pengairan ini
dilakukan secara tradisional dengan peralatan sederhana. Sistem leb merupakan
pengairan yang hanya menggunakan parit atau saluran air di sekitar barisan
tanaman. Pengairan sistem pipa plastik atau karet merupakan sistem pengairan
dengan menggunakan pipa yang terbuat dari plastik atau karet dan lebih menghemat
air disbanding dengan sistem leb. Sistem ini berfungsi memberikan pupuk cair
kocoran yang terlebih dahulu dilarutkan dalam tendon. Sistem ini akan lebih
menghemat tenaga kerja dan biaya pupuk dapat dihemat.
3.
Penanaman
a.
Sistem tunggal
Penanaman bibit stek buah naga dengan sistem tunggal sebagai berikut.
1)
Sebanyak empat
batang stek untuk setiap tiang penyangga dipersiapkan.
2)
Tiang penyangga
diolesi dengan fungisida Ridomil dengan dosis 40 g yang dilarutkan dalam satu
liter air untuk mencegah terjadinya pembusukan pangkal batang stek.
3)
Lubang tanam
dibuat menggunakan tugal pendek dengan kedalaman lubang sesuai dengan ukuran
panjang bibit.
4)
Bibit dimasukkan
kedalam tanah sedalam 10 cm bila panjang stek berukuran 50-80 cm.
b.
Sistem kelompok
Sistem penanaman buah naga dengan sistem tiang penyangga
bentuk kelompok sebagai berikut.
1)
Jarak tanam antar
pasangan tanaman ditentukan 30 cm sehingga nantinya setiap 30 cm akan terdapat
sepasang lubang tanam.
2)
Lubang tanam dibuat
menggunakan tugal pada tempat yang sudah ditentukan.
3)
Penanaman bibit
stek dilakukan seperti pada penanaman sistem tunggal.
4)
Lahan diberikan
air setelah semua bibit ditanam.
4.
Pemeliharaan
Budidaya tanaman buah naga membutuhkan beberapa
tindakan perawatan diantaranya penyulaman, penyiraman, pemupukan dan
pembumbunan, serta pemangkasan.
a.
Penyulaman
Penyulaman pada buah naga bertujuan untuk mengganti
tanaman yang rusak akibat penyakit busuk pangkal, mati, tidak tumbuh, atau
kerusakan fisik lainnya. Stek tersebut harus diganti dengan stek yang baru.
Biasanya penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Sebelum penanaman bibit
yang baru, lubang tanamnya perlu ditaburi kapur atau belerang, sedangkan
pangkal bibit diolesi dengan fungisida Ridomil.
b.
Penyiraman
Tanaman buah naga membutuhkan pengairan rutin utnuk
membantu proses fisiologis dari tanaman. Penyiraman dilakukan mulai hari ke-10
setelah tanam dengan frekuensi yang berbeda antara fase vegetatif dan fase
generatif. Penyiraman fase vegetatif dilakukan seminggu sekali hingga umur enam
bulan. Saat tanaman mulai memproduksi bunga dan buah maka penyiraman harus
dikurangi agar pertumbuhan tunas baru menjadi lambat dan berhenti. Penyiraman
dihentikan bila sudah tampak tanda-tanda adanya kuncup bunga.
c.
Pemupukan dan
pembumbunan
Tanaman buah naga membutuhkan hara untuk hidupnya,
namun harus seimbang. Jenis pupuk yang diberikan disesuaikan dengan fase
pertumbuhannya. Pemupukan dapat dilakukan secara larikan dan menggunakan tugal.
d.
Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan utnuk memperoleh keseimbangan
pertumbuhan. Pemangkasan terbaik harus dilakukan sedini mungkin dan berkala
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih teratur. Bila pemangkasan tidak
dilakukan maka percabangannya akan saling bersaing dan akhirnya menjadi tidak
produktif. Pemangkasan buah naga sat fase vegetatif untuk membentuk percabangan
dan saat fase generatif untuk membentuk cabang produktif.
5.
Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit menjadi salah satu
factor penting dalam usaha tani buah naga. Serangan hama dan penyakit dapat
mengakibatkan kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitas buah yang
dihasilkan. Gangguan yang ada mengakibatkan hasil produksi tidak optimal dan
menimbulkan kerugian. Pengenalan terhadap hama dan penyakit penting untuk
mengetahui tindakan pencegahan dan pengendaliannya (Hardjadinata, 2010).
a.
Pengendalian hama
1)
Tungau (Tetranychus sp.)
Tungau ini berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis
tanaman (polybag). Serangga dewasa
panjangnya sekitar 1 mm. bentuknya mirip laba-laba dan aktif di siang hari.
Siklus hidupnya berkisar 14-15 hari. Tungau ini menyerang tanaman buah naga
dengan cara mengisap cairan sel batang atau cabang tanaman, akibatnya muncul bintik-bintik
kuning atau cokelat. Serangan berat mengakibatkan batang buah naga tumbuh tidak
normal. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan pestisida
nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok atau rumput laut.
2)
Kutu kebul (Bemicia tabaci)
Serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil (1-1,5 mm), berwarna putih, dan
sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Gejala serangan berupa
bercak nekrotik pada cabang akibat rusaknya sel-sel dan jaringan batang. Kutu
kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Hal tersebut
dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20-100%. Pengendalian dapat
dilakukan dengan kultur teknis seperti menanami pinggiran lahan dengan tanaman
jagung atau bunga matahari sebagai pembatas (barrier) dan memperbanyak populasi agen hayati, dan juga pergiliran
tanaman. Cara lainnya yaitu dengan sanitasi lingkungan, pengaturan pola tanam,
dan pemasangan perangkap berwarna kuning atau juga dengan kelambu.
Gambar 3. Kutu Kebul (Rizka, 2012)
3)
Kutu sisik (Pseudococcus sp.)
Hama ini umumnya berada pada bagian cabang yang tidak terkena matahari
langsung. Cabang yang diserang akan terlihat kusam. Biasanya menyerang pada
sela-sela tanaman. Biasanya menyerang pada sela-sela tanaman yang ternaungi
dari sinar matahari.
4)
Kutu batok (Aspidiotus sp.)
Hama ini menyerang tanaman dengan mengisap cairan pada batang atau
cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya
dapat menggunakan cara yang sama seperti hama kutu kebul dan kutu sisik. Cara
lainnya dengan menyemprotkan larutan belerang pada batang yang terkena kutu,
dengan dosis rendah yaitu 1-2 g/liter air.
5)
Bekicot
Bekicot sangat merugikan karena merusak batang atau cabang terutama pada
saat musim hujan. Bekicot menggerogoti batang dan cabang tanaman sehingga
terjadi pembusukan. Penyebaran hama ini terjadi karena kebersihan kebun kurang
diperhatikan. Pengendalian dengan mengambil satu per satu bekicot yang menempel
di batang atau cabang. Jika terjadi serangan berat dapat dilakukan penyemprotan
larutan garam dngan dosis tinggi 5-10 g/liter air.
Gambar 4.
Bekicot (Rizka, 2012)
6)
Semut
Semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga. Bunga buah
naga mengeluarkan aroma khas dan juga menghasilkan zat yang berasa manis. Semut
mengakibatkan kulit buah naga menjadi berbintik-bintik cokelat. Kondisi buah
demikian menyebabkan kualitas buah turun dan harga di pasaran menjadi rendah.
Pencegahan dari serangan semut adalah dengan menaburkan kapur mengelilingi
batang utama buah naga.
Gambar 5. Semut
b.
Pengendalian
penyakit
1)
Busuk pangkal
batang
Gambar 6. Penyakit busuk pangkal (balitbu.litbang.pertanian.go.id)
Penyakit ini menyerang pada awal penanaman buah naga. Gejalanya berupa
pembusukan pada pangkal batang sehingga mengakibatkan batang berair dan
berwarna kecokelatan. Gejala ini biasanya diikuti dengan adanya bulu putih di
sekitar daerah yang terserang. Pembusukan tersebut disebabkan oleh kelembapan
tanah yang berlebihan sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan.
Penyakit sering terjadi pada bibit stek yang belum tumbuh akar dalam bentuk
potongan. Pengobatan tanaman buah naga yang terserang penyakit dengan
penyemprotan. Tindakan pencegahan penyakit dilakukan dengan pengairan
secukupnya.
2)
Busuk bakteri
Gejala tanaman yang terserang adalah terlihat layu, kusam, terdapat
lendir putih kekuningan pada tanaman yang mengalami kebusukan. Penyakit ini
disebabkan oleh Pseudomonas sp.
Pengendalian terhadap penyakit ini adalah dengan mencabut tanaman yang sakit
dan ditanam bibit baru.
3)
Fusarium
Penyakit ini disebabkan Fusarium
oxysporium Schl. Gejala yang ditimbulkan antara lain cabang tanaman berkerut,
layu, dan busuk berwarna kecokelatan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
menjaga lahan agar tidak tergenang air.
6.
Panen
Tanaman buah naga yang berasal
dari bibit pembiakan vegetatif sudah mulai berbunga dan menghasilkan buah pada
umur 8-12 bulan, tergantung dari kesuburan tanah, kondisi iklim, dan teknik
budidayanya. Tanaman ini berbuah satu tahun 1-2 kali dan tanaman akan
terus-menerus berbunga setiap kali setelah panen (berbunga sepanjang tahun).
Produksi pada tahun pertama berkisar antara 3-4 kg sekali panen/pohon. Produksi
di tahun kedua berkisar antara 8-12 kg sekali panen/pohon (Cahyono, 2009).
Kualitas buah naga yang
dipanen sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Buah yang dipetik
dalam keadaan matang rasanya manis, daging buahnya lunak dan sangat segar.
Kriteria buah yang siap panen adalah umur tanaman sejak kuntum bunga hingga
berbuah telah mencapai 50-55 hari, warna kulit buah merah mengilap dengan sisik
berubah warna dari hijau menjadi kemerahan, mahkota buah telah mengecil, kedua
pangkal buah keriput, dan bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan bobot
sekitar 400-600 g (Cahyono, 2009).
Pemanenan buah naga yang telah
matang optimal dilakukan dengan cara memangkas tangkai buahnya dengan
menggunakan pisau yang tajam atau gunting pangkas. Pemanenan dilakukan pada
pagi hari setelah embun yang menemper pada permukaan buah dan daun sudah
menguap dan pada keadaan cuaca cerah. Setelah dipanen buah naga disortir
berdasarkan ukuran buah dan dikemas (Cahyono, 2009).
III.
METODE
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja
Lapangan dilaksanakan di
Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar Kabupaten Pekalongan selama 25 hari pada bulan Juli-Agustus 2016.
B. Materi
Praktik Kerja Lapangan
Materi atau objek
yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah teknik perbanyakan dan budidaya tanaman buah naga
(Hylocereus sp.).
C. Metode
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Metode yang
digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
1.
Observasi partisipasi,
yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan berperan aktif di
lapangan mengenai teknik perbanyakan tanaman
buah naga
(Hylocereus sp.) dan budidayanya di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten
Pekalongan.
2.
Wawancara, mengajukan
pertanyaan kepada para staff, pembimbing lapang, dan pekerja setempat yang
menangani teknik perbanyakan bibit tanaman buah naga (Hylocereus
sp.) dan budidayanya di
Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
3.
Mencatat
data yang ada tentang struktur, tugas, dan fungsi organisasi.
D.
Pengumpulan
Data Praktik Kerja Lapangan
Pengumpulan data meliputi data primer
dan data sekunder:
1. Data
primer
Data primer ini diperoleh dari:
a. Pengamatan
secara visual dari pengamatan dan praktik secara langsung serta pencatatan data
di lapangan.
b. Foto
atau dokumentasi yang diambil saat pelaksanaan kerja praktik.
2. Data
sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau
dokumentasi instansi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan
dengan teknik budidaya untuk perbanyakan bibit tanaman
buah naga
(Hylocereus sp.).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
1.
Sejarah Perkembangan
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berdiri sejak
tahun 1952 dan masih dikelola Pertanian Rakyat yang berada dibawah tanggung
jawab Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Pekalongan atas usulan dari Dinas
Pertanian Rakyat Wilayah Ksrisidenan Pekalongan. Tahun 1980 Pertanian Rakyat
berubah menjadi Balai Benih Utama (BBU) dan masuki tahun 1985 BBU melebur
menjadi UPTD. Memasuki tahun 1996 dilakukan prosek Pembangunan Daerah dan Belanja Rutin Daerah Tahun
Anggaran 1996/1997 dengan memilih langsung pimpinan dan bendaharawan Pemegang
Uang Muka Kerja (PUMK). Pembentukan coordinator UPTD di enam wilayah
karisidenan Jawa Tengah sejak 1996 dan pada tahun 2002 telah berubah nama
menjadi Kebun Benih Hortikultura Karanganyar dibawah tanggung jawab UPTD Balai
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah.
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berada pada
tanggung jawab Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Tengah melalui Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (B2TPH) Wilayah
Banyumas. Banyak kegiatan yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar, salah satunya adalah perbanyakan bibit bermutu dari tanaman buah
yang telah memenuhi standar produksi pemerintah. Produksi bibit telah lolos uji
dan disertifikasi oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi
Jawa Tengah. Bibit tanaman buah yang di produksi pada Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar adalah bibit tanaman kelengkeng, durian, manga, rambutan, buah
naga, dan Jambu Air. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar juga menghasilkan buah
segar yang dapat dinikmati saat itu juga.
Gambar 7. Kantor Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar memiliki Motto,
Visi, dan Misi sebagai berikut:
a.
Motto
1.
Benih
bersertifikat panen meningkat
2.
Benih
bermutu petani maju
b.
Visi
“Menjadikan Kebun Benih sebagai mitra petani dan
sentra perbenihan hortikultura yang maju dan mandiri.”
c.
Misi
1.
Menyediakan
dan memasyarakatkan benih bersertifikat.
2.
Menerapkan
teknologi budidaya ramah lingkungan (better farming practices).
3.
Meningkatkan
profesionalisme petugas perbenihan.
4.
Meningkatkan
produksi benih dan nilai tambah hasil-hasil potensi kebun.
5.
Mengembangkan
kemitraan infrastruktur kebun benih.
2.
Tugas Pokok dan Struktur Organisasi
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah lembaga
pemerintah yang mengacu pada pelayanan masyarakat yang bergerak pada bidang
pertanian, khususnya dalam pembentukan bibit tanaman buah bermutu. Kebun Benih
Hortikultura Karanganyar memiliki 2 tugas pokok bagi masyarakat yaitu
memproduksi benih hortikultura secara terarah dan memberikan informasi tentang
perbenihan.
Pengolahan Kebun Benih Hortikultura Karanaganyar
sesuai dengan tugas pokoknya, tetapi saat ini kondisi SDM masih terbatas
sehingga belum dapat terlaksana secara optimal. Pada system kelolanya, kebun
ini diketuai oleh seorang pemimpin dan dibantu oleh tiga orang staff dengan
ditambah tenaga musiman yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Susunan
organisasinya sebagai berikut:
PIMPINAN
Eny Nurhidayanti, SP.
NIP. 196909041998032008
|
STAFF ADMINISTRASI
Sismurwanto
NIP. 195807221984101001
Yantin
NIP. 19690
|
STAFF TEKNIS LAPANGAN
Dalari
NIP. 196003251988031002
Dio Purwanto
|
Gambar 8. Struktur Organisasi
Adapun peranan dan tugas menurut struktur organisasi
di atas antara lain:
a.
Tugas
pimpinan Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengelola kebun serta
mengarahkan dan mengawasi kegiatan kerja para pegawai.
b.
Tugas
staff teknis lapangan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengembangkan
proses teknologi perbanyakan bibit tanaman.
c.
Tugas
staff administrasi Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengurus
administrasi pengelolaan pembibitan dan haasil panen tanaman serta mengurus
administrasi kepegawaian.
3.
Lokasi dan Kondisi Tanah
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar terletak di Jalan
Raya Karanganyar – Kajen, Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten
Pekalongan. Luas lahan kebun ini sekitar 3,5 Ha yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana seperti bangunan kantor screen
house, gudang peralatan dan lahan yang ditanami tanaman hortikultura
khususnya buah-buahan.
Kebun benih hortikultura Karanganyar terletak pada
ketinggian sekitar 80 m dpl, memiliki topografi berbukit sehingga keadaanya
tidak rata dan bergelombang karena daerah tersebut termasuk pada daerah
pegunungan. Tipe tanah berupa latosol dengan tekstur lempung berpasir dengan
tingkat kemasaman (pH) adalah 5,5-6,8. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
memiliki tipe iklim basah dengan Sembilan bulan basah dan tiga bulan iklim
kering. Curah hujan mencapai 260 mm/tahun dengan suhu udara 26o
C.
B.
Proses Pembibitan Tanaman Buah Naga
Praktik Kerja
Lapangan dilaksanakan selama 25 hari kerja (18 Juli-19 Agustus 2016) di Kebun Benih
Hortikultura Karanganyar. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar merupakan kebun
yang memproduksi bibit tanaman hortikultura khususnya tanaman buah-buahan. Proses
produksi bibit tanaman buah naga yang digunakan yaitu perbanyakan vegetatif
dengan cara stek batang atau stak cabang. Teknik stek buah naga yang digunakan
di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah stek cabang.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menunjang
keberhasilan perbanyakan bibit tanaman buah naga antara lain:
1.
Persiapan
cabang untuk stek
Cabang
yang digunakan untuk stek buah naga berasal dari tanaman buah naga yang sehat
dan pernah berbuah. Cabang dipilih yang memiliki diameter sekitar 2 cm dan
tidak terkena penyakit.
2.
Penggunaan
alat-alat steril
Alat-alat
yang digunakan harus steril sehingga cabang yang akan di stek tidak
terkontaminasi oleh jamur atau organisme lain yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan bibit buah naga.
3.
Waktu
pembibitan
Stek
buah naga dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 WIB dengan
memperhatikan kondisi cuaca setempat. Cuaca yang disarankan untuk stek buah
naga ketika cuaca cerah atau ketika tidak sedang turun hujan.
4.
Pemeliharaan
bibit dan tanaman buah naga
Pemeliharaan
bibit buah naga dengan cara melakukan penyiangan secara rutin sehingga
lingkungan pembibitan menjadi bersih dan tidak terjadi persaingan unsur hara.
Pemeliharaan tanaman buah naga yang dilakukan ada 4 tahap, yaitu penyiangan, pemupukan,
penyiraman dan pemangkasan. Penyiangan pada tanaman buah naga bertujuan untuk
menjaga pertanaman dari gulma yang tumbuh dan juga untuk menjaga system
perakaran buah naga sehingga tidak terganggu oleh pertumbuhan gulma. Penyiangan
dilakukan dalam rentan waktu yang tidak ditentukan, hal ini dikarenakan
pertumbuhan gulma yang tidak seragam. Pemupukan hanya diberikan pada tanaman
buah naga yang, sedangkan bibit buah naga tidak diberi pupuk. Pemupukan dilakukan
2 kali dalam setahun menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK. Dosis pupuk untuk
satu tanaman buah naga adalah 2,5 kg pupuk kandang dan 5 kg pupuk NPK.
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi cuaca, saat musim penghujan
penyiraman tidak dilaksanakan mengingat morfologi tanaman buah naga yang
berbentuk sulur batang yang termodifikasi dari daun. Pemangkasan bertujuan
untuk memelihara bentuk tanaman buah naga, membuang sulur yang mati, dan untuk
persiapan stek tanaman buah naga.
5.
Pengendalian
hama dan penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit tanaman buah naga menggunakan
6.
Penggantian
polybag atau pindah tanam
Bibit
tanaman buah naga hasil stek selama 2 minggu pembibitan atau sampai tanaman
telah siap pindah lahan selanjutnya di pindahkan ke polybag untuk segera dipasarkan
sebagai bibit buah naga siap tanam.
C.
Pelaksanaan Pembibitan
Usaha
perkebunan buah naga yang masih terbatas, menyebabkan produksi buah naga masih
rendah, dan hanya tersedia di pasar-pasar tertentu, seperti pasar swalayan.
Terbatasnya ketersediaan buah naga menyebabkan harga jual buah ini cukup
tinggi, sehingga tidak semua kalangan dapat menikmati manfaatnya (Andrina,
2009). Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar
swalayan yang masih sering terjadi kekosongan, maka dapat disimpulkan bahwa
prospek buah naga ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan Vietnam yang
merupakanpemasok buah terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi permintaan kurang
dari 50 % permintaan pasar (Hastuti, 2009).
Dengan
bertambahnya permintaan konsumen terhadap buah naga, maka perlu dilakukan
penyediaan bibit yang cukup dan berkualitas serta tepat guna produksinya dan
pemenuhan kebutuhan akan permintaan buah naga dapat terpenuhi dengan baik. Agar
bibit tetap tersedia, maka perlu dilakukan tindakan perbanyakan atau
pembudidayaan tanaman (Shofiana,et al., 2013). Buah naga dapat diperbanyak
secara vegetatif dan generatif. Sistem perbanyakan secara vegetatif dan
generatif mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing. Namun dalam praktiknya, orang lebih cenderung
melakukan perbanyakan secara vegetatif (Andrina, 2009).
Kegiatan stek cabang merupakan pembibitan buah naga secara
vegetatif yang umum digunakan karena lebih cepat dalam proses pertumbuhannya. Menurut
Suprapto (2004), keuntungan yang diperoleh dalam perbanyakan melalui setek,
yaitu diperoleh tanaman baru dalam jumlah yang cukup banyak dengan induk yang
terbatas, biaya lebih murah, penggunaan lahan pembibitan dapat di lahan sempit,
dalam pelaksanaannya lebih cepat dan sederhana. Namun demikian, sistem
perbanyakan setek juga mempunyai kekurangan, yaitu faktor dalam; menyangkut
sifat- sifat genetik atau pembawaan dari biji tanaman itu sendiri, dan faktor
luar; termasuk di dalamnya media tanam, suhu, kelembaban, serta perlakuan zat
kimia atau zat pengatur tumbuh. Proses stek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai pendukung keberhasilannya. Faktor tersebut yaitu keahlihan dan
ketelatenan dalam pengerjaan, sterilisasi dan sanitasi, serta cuaca dan waktu
pembibitan.
Keahlian dan ketelatenan dalam pengerjaan akan
menunjang tingkat keberhasilan perbanyakan. Setiap pekerjaan pasti membutuhkan
keahlian dan ketelatenan, seperti halnya saat melakukan perbanyakan buah naga
dengan cara stek. Keahlian dan ketelatenan yang harus dimiliki diantaranya dalam
kegiatan memotong cabang tanaman buah naga serta posisi penanaman cabang tersebut.
Sterilisasi menyangkut alat-alat yang digunakan saat persiapan cabang stekan
yang akan ditanam, sedangkan sanitasi berkaitan dengan kondisi lingkungan yang
nyaman untuk media tumbuh bibit buah naga tersebut. Kebersihan alat dan
lingkungan akan mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi jamur atau
organisme lainnya yang dapat menghambat proses pembibitan. Cuaca dan waktu
pembibitan buah naga harus diperhatikan sehingga pertumbuhan bibit dapat
berlangsung dengan baik. Waktu pelaksanaan stek buah naga di Kebun Benih
Hortikultura Karanganyar yaitu pagi hari (pukul 08.00-10.00).
Proses stek pada tanaman buah naga yang dilakukan
sebagai berikut:
1.
Cabang
tanaman buah naga diambil dari tanaman yang telah berbuah sebelumnya. Cabang
dipilih dari yang berdiameter sekitar 2 cm, cabang tersebut tidak terlalu muda
artinya yang sudah lebih kokoh. Cabang di potong dari tanaman sekitar 30 cm
dari ujung cabang.
Gambar 9.
Pemotongan cabang untuk stek
2.
Cabang
yang telah dipotong dari tanaman kemudian dikumpulkan dalam kereta dorong untuk
dipindahkan ke lahan pembibitan.
Gambar 10. Pengumpulan cabang untuk stek
3.
Lahan
pembibitan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan mengolah tanah dan
dicampur dengan pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk
kandang sapi. Tanah kemudian ditugal dengan jarak tanam 15 x 15 cm, selanjutnya
cabang buah naga di tanam dengan posisi ujung yang runcing di bawah dan duri
menghadap ke atas.
Gambar 11. Pembuatan lubang tanam
4.
Cabang
dipersiapkan yaitu memotong salah satu ujung cabang dengan memperhatikan arah
duri. Arah duri harus menghadap ke atas, kemudian ujung yang di bawah dipotong
meruncing seperti pasak.
Gambar 12. Pemotongan ujung cabang
5.
Cabang
yang telah ditanam selanjutnya disiram air dengan cara dipercikkan hingga
keadaan tanah menjadi lembab.
Gambar 13. Penyiraman stek tanaman buah naga
D.
Pemeliharaan Tanaman Induk
Pemeliharaan tanaman induk di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
antara lain: penyiangan, pemupukan, pengairan, pemeliharaan cabang dan
pengendalian hama dan penyakit.
1.
Penyiangan
Penyiangan
tanaman induk buah naga bertujuan untuk memelihara agar pertumbuhan akar tidak
terganggu oleh gulma atau tanaman lain. Penyiangan pada tanaman induk dilakukan
saat gulma atau tanaman lainnya tumbuh subur pada pertanaman buah naga.
2.
Pemupukan
Pemupukan
pada tanaman induk buah naga hanya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk ZA, NPK mutiara dan pupuk kandang. Mula-mula
tanaman induk buah naga dibumbun dengan tanah, selanjutnya diberi campuran
pupuk ZA dan NPK sebanyak 2,5 kg pada bagian luar tajuk tanaman buah naga.
Tanah bagian dalam tajuk diberi pupuk kandang sebanyak 2,5 kg per tanaman.
Gambar 14. Campuran pupuk NPK mutiara dan ZA
3.
Pengairan
Pengairan
tanaman induk buah naga dilakukan 4 kali seminggu saat musim kemarau dan 1 kali
seminggu saat musim penghujan. Pengairan yang dilakukan di kebun benih
hortikultura Karanganyar menggunakan system leb, yaitu dengan membuka salah
satu pintu air irigasi sehingga air dapat memasuki areal pertanaman
hortikultura.
4.
Pemangkasan
Pemangkasan
dilakukan sebagai pemeliharaan terhadap pertumbuhan tanaman buah naga.
Pemangkasan yang dilakukan disini untuk membuang cabang atau sulur buah naga
yang sudah tidak berfungsi yaitu sulur mati, rusak, dan berpenyakit.
5.
Pengendalian
hama dan penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit bertujuan untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit yang
menyerang pertanaman buah naga. Pengendalian buah naga tidak begitu
diperhatikan, namun sesekali perlu dilakukan. Bahan yang digunakan dalam
pengendalian hama dan penyakit adalah antracol, dangke, ppc dan air. Mula-mula
kedalam air 1 Liter dimasukkan antracol 2 sendok makan, dangke 2 sendok makan
dan ppc 50 ml diaduk hingga merata. Selanjutnya dimasukkan kedalam tangka
penyemprot dan ditambahkan air sebanyak 4 Liter.
Gambar
15. bahan pengendalian hama penyakit
Gambar 16. alat tangki penyemprot
E.
Evaluasi situasi, kondisi, organisasi, dan Kegiatan
Kebun
Suatu instansi
baik swasta atau milik pemerintah perlu mengetahui analisis SWOT demi
kelancaran jalannya instansi. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan
(Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats)
yang dimiliki oleh instansi terutama Kebun Benih Hortikultura Karanganyar.
Dengan demikian, analisis SWOT juga dapat digunakan untuk menyusun strategi
untuk mengembangkan usaha, meningkatkan produktivitas dan mempertahankan kelangsungan
serta keberlanjutan perusahaan. Analisis SWOT di Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan
(Strenght)
a. Kondisi
alam yang sangat mendukung dan cocok untuk usaha dalam bidang pertanian
terutama dalam pengembangan tanaman hortikultura.
b. Kebun
Benih Hortikultura Karanganyar mempunyai pohon induk yang digunakan sebagai
bahan perbanyakan bibit di sudah dipastikan telah lolos uji dan di sertifikasi oleh
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat
menjadi jaminan bahwa bibit yang dihasilkan merupakan produk yang sudah
terjamin mutunya, sehingga masyarakat diharapkan akan lebih tertarik terhadap
produk tersebut.
c. Pegawai
lapang yang sudah berpengalamn dalam bidang perbanyakan bibit. Kedisiplinan dan tanggung
jawab pegawai tinggi.
2.
Kelemahan
(Weakness)
a. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Kebun
benih Hortikultura Karanganyar belum sepenuhnya memiliki fasilitas yang
memadai, hal ini dilihat dari bangunan dengan kondisi yang kurang baik terutama
pada bangunan screenhouse. Screenhouse ini kondisinya rusak dan
berkarat pada bagian atapnya. Hal tersebut dapat berakibat pada tanaman yang
berada didalamnya menjadi kurang terlindungi secara maksimum.
b. Tenaga Kerja Kurang
Tenaga
kerja yang dimaksud yakni staff pembantu dalam kegiatan di kebun sehingga
banyak kegiatan yang terbengkalai misalnya target administrasi tahunan yang
tidak tercapai.
c. Serangan OPT
Serangan
OPT menjadi salah satu masalah yang menyebabkan tanaman hasil perbanyakan
vegetatif yang dilakukan persentasenya jadi menurun, karena serangan OPT
berdampak pada matinya tanaman tersebut. Salah satu cara mengurangi resiko
kegagalan terlalu tinggi dengan melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif
pada musim kemarau dan pada musim penghujan hanya dilakukan pemeliharaan.
3.
Peluang
(Opportunities)
Kedudukan
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yang berada dibawah tanggung jawab
Pemerintah Wilayah Provinsi Jawa Tengah memberi peluang akan kesempatan
menjalin kemitraan dengan instansi- instansi terutama yang bergerak di bidang
pertanian sekitar wilayah Jawa Tengah khususnya dalam pemberian bantuan,
seperti pembeian bantuan berupa bibit tanaman hortikultura. Bibit yang
dihasilkan juga dijual langsung kepada konsumen baik secara eceran maupun
besar-besaran. Dengan demikian, sasaran pasar sudah jelas sehingga memudahkan
dalam menjual bibit. Pemasaran yang sudah jelas dapat dapat meningkatkan
kualitas dan produktivitas bagi KBH Karanganyar.
Selain
memproduksi bibit bermutu, Kebun Benih Hortikultura Karanganyar juga
menghasilkan buah-buahan segar yang dapat dinikmati dan dibeli langsung oleh
konsumen. Selain itu, kondisi jalan kebun yang sudah tertata rapi juga sangat
nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut dapat memberi peluang yang luas bagi
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar untuk mengembangkan tempat wisata yang
bergerak di bidang pertanian atau sering juga disebut agrowisata.
Pasar yang jelas akan memudahkan Kebun Benih
Hortikultura Karanganyar dalam proses penyebaran hasil perbanyakan yang
dilakukan. Selain itu, perbaikan sarana dan prasarana yang ada dapat
meningkatkan peluang terhadap kemajuannya pula. Perbaikan sarana dan prasarana
akan mendorong terpenuhinya fasilitas yang menunjang dalam kegiatan perbanyakan
tanaman dan tentunya semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam perbanyakan
secara vegetatif.
4.
Ancaman
(Threats)
Ancaman
yang dihadapi relative tidak ada karena perusahaan swasta yang memiliki peranan
sama yaitu memproduksi benih tanaman tahunan seperti Kebun Benih Hortikultura
Karanganyar masih sedikit atau bahkan sangat jarang ditemukan.
Strategi
yang dapat diupayakan setelah dilakukan analisis SWOT, melalui strategi dengan
memperbaiki kelemahan dan memanfaatkan peluang (Weakness – Opportunities) diantaranya adalah :
a. Perlu
penambahan tenaga profesional dibidangnya.
b. Perlu
penambahan dan penyempurnaan sarana dan prasarana produksi dan pelayanan yang
memadai secara bertahap.
c. Untuk
memenuhi permintaan bisa ditempuh dengan kemitraan.
d. Menambah
tenaga dari luar daerah.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berdiri sejak
tahun 1952 berlokasi di Jalan Raya Karanganyar – Kajen, Desa Kulu, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah
produksi bibit unggul tanaman buah, penjualan buah langsung di tempat, dan
agrowisata.
2. Teknik perbanyakan buah naga yang diguanakan adalah
stek cabang, sedangkan pemeliharaan yang dilakukan antara lain: penyiangan,
pemupukan, pemangkasan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit.
3. Kendala yang dihadapi pada stek buah naga adalah tidak
adanya tindakan pencegahan hama penyakit, sedangkan kendala pemeliharaan adalah
kurang diperhatikannya pemeliharaan tanaman induk.
B.
Saran
Perlu adanya peningkatan kinerja pemeliharaan terhadap
bibit dan tanaman buah naga sehingga dapat menekan serangan hama penyakit yang
merugikan pertanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Andrina, Y., 2009. Pengaruh
Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Buah Naga
Berdaging Merah (Hylocereus costaricensis (Web) Britton & Ross).Sripsi.
Universitas Andalas, Padang.
Cahyono, Bambang.
2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam
Buah Naga. Pustaka Mina, Jakarta.
Hardjadinata, S.
2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya, Depok.
Hastuti, F., 2009. Pengaruh
Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga
(Hylocereus Undatus (Haw.) Britt). IPB, Bogor.
Idawati,
Nurul. 2014. Budidaya Buah Naga Hitam. Pustaka Baru
Press, Yogyakarta.
Kristanto, D. 2008.
Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun.
Penebar Swadaya, Depok.
Ramadan, Vani R.
2016. Kajian Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman
Buah Naga (Hylocereus costaricensis).
Jurnal Produksi Tanaman, 4(3):
180-186.
Shofiana, A., Yuni S. R., Lukas S.
B.,2013. Pemberian Beberapa Konsentrasi IBA (Indole Butiryc Acid) Pada Pembentukan
Akar Setek Tanaman Buah Naga. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Sunarjono, Hendro.
2015. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya, Depok.
Suprapto, A. 2004. Auksin : Zat
Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Setek Tanaman. Universitas Tidar
Magelang. 1(21): 81-90.
Triatminingsih, R. 2009. Teknologi
Budidaya dan Prospek Pengembangan Buah Naga (Hylocereus sp.). Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Padang.
Warisno dan Kres Dahana. 2010. Buku Pintar Bertanam Buah Naga. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarsih, S. 2007. Mengenal
dan Membudidayakan Buah Naga. Aneka Ilmu, Semarang.
Zuryanisa. 2006. Pengaruh waktu dan persentase
pemangkasan tunas terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi buah. Jurnal
Hortikultura. 4 (2):16-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar