iklan banner

Kamis, 30 Maret 2017

STEK BUAH NAGA



LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN













Oleh :
Qonita
NIM A1L113059











KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN





Oleh:
Qonita
NIM A1L113059





Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman





KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus sp.) DENGAN CARA STEK SERTA BUDIDAYANYA DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN







Oleh:
Qonita
NIM A1L113059







Diterima dan disetujui
Tanggal:










Mengetahui:                                                      Pembimbing,
Wakil Dekan Bidang Akademik,




Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P.                    Ir. Slamet Rohadi S., M.Agr.St.
NIP. 19601108 198601 1 001                            NIP. 19610103 198803 1 003



I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas wilayahnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Secara geografis Indonesia berada pada garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis. Keanekaragaman hayati terutama bebuahan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bebuahan tropik yang melimpah di negeri ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat.
Hortikultura adalah suatu studi yang mempelajari tentang tanaman buah, sayur, hias, obat dan rempah. Tanaman hortikultura memiliki beberapa keunikan jika dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Keunikan yang dimunculkan oleh tanaman hortikultura antara lain, keunikan rasa, warna serta bentuknya. Keunikan tersebut mampu menjadikan tanaman hortikultura sebagai tanaman yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Tanaman hortikultura selain memiliki keunikan rasa, warna dan bentuknya juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia yaitu sumber gizi yang dikandungnya.
Bebuahan tropis umumnya bersifat tahunan tetapi ada juga yang bersifat semusim atau dua musim. Bebuahan yang bersifat tahunan berbuah tergantung dengan musim atau kondisi iklim. Sejak lama bebuahan dikenal sebagai tanaman yang menjadi sumber vitamin dan mineral. Bebuahan sudah banyak diperdagangkan pada zaman sekarang bahkan hingga menembus pasar ekspor (Sunarjono, 2015).
Buah naga tergolong buah yang masih baru di kalangan masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu jenis kaktus. Buah naga mulai hangat diperbincangkan karena rasanya yang manis dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Bentuknya yang unik serta warna nya yang beragam menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri. Warna kulit dan daging buah tergantung pada tiap varietasnya. Warna daging buah naga antara lain merah, putih dan kuning.
Buah naga bukanlah berasal dari negara Indonesia, melainkan dari negara Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Meksiko, Guatemala, Costa rica, El Savador, Venezuela, Colombia, Ecuador, Curacao, Nicaragua, Panama, Bazil, dan Uruguay. Buah naga kemudian menyebar ke berbagai negara tropis dan subtropis. Saat ini buah naga telah dibudidayakan sekurang-kurangnya di 22 negara tropis termasuk Indonesia (Warisno dan Kres, 2010).
Buah naga masuk kedalam golongan bahan pangan bebuahan yang memiliki nutrisi dan khasiat bagi manusia. Buah naga juga dapat dimanfaatkan utuk pengobatan beberapa jenis penyakit (Cahyono, 2009). Manfaat dan kegunaan buah naga dapat dilihat dari aspek gizi dan kesehatan, estetika maupun ekonomi. Buah naga mengandung vitamin C, kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C tertinggi terdapat pada buah naga putih (Hylocereus undatus). Kandungan fosfor dan serat tertinggi terdapat buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Kandungan kalsium tertinggi ada pada buah naga kuning (selenicereus megalanthus), jenis ini jarang di jumpai dan ditanam di Indonesia (Warisno dan Kres, 2010).
Kebutuhan buah naga di Indonesia yang cukup besar dan peluang ekspor juga tidak kalah besarnya. Namun kebutuhan tersebut belum mampu dipenuhi baik oleh produsen di dalam negeri maupun diluar negeri. Winarsih (2007) melaporkan bahwa kebutuhan buah naga di Indonesia mencapai 200-400 ton per tahun, namun kebutuhan buah naga yang dapat di penuhi masih kurang dari 50%. Permintaan produksi buah naga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Permintaan produksi buah naga mengalami peningkatan khususnya pada saat perayaan imlek mencapai 30-40% per tahun. Peningkatan produksi buah naga dapat dilakukan dengan penyediaan bibit yang berkualitas dan perluasan daerah pengembangan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian semua kalangan dapat mengkonsumsi buah naga serta merasakan manfaatnya.
Kristanto (2008) menyatakan bahwa buah naga dapat di perbanyak secara vegetatif dengan stek cabang atau stek batang dan generatif yaitu dengan biji. Kegiatan perbanyakan bibit menjadi pokok penting dalam budidaya buah naga. Penyediaan bibit buah naga yang baik masih sedikit dan kurang optimal karena sebagai komoditas baru tentunya menjadi sangat penting untuk di perhatikan. Kebutuhan per hektarnya mencapai 6000 hingga 10.000 bibit buah naga.
Menurut Cahyono (2009), perbanyakan tanaman secara vegetatif memiliki keuntungan tersendiri yaitu ukuran dan pertumbuhan tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji. Bibit asal stek dapat berbuah pada umur 8-12 bulan mulai dari stek. Sedangkan bibit yang berasal dari biji mulai berbuah pada umur 4 tahun atau lebih. Warisno dan Kres (2010) menambahkan bahwa perbanyakan vegetatif lebih popular daripada secara generatif karena lebih mudah dan cepat meskipun jumlah bibit yang dihasilkan terbatas.
B.     Tujuan dan Sasaran Praktik Kerja Lapangan
1.      Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan bertujuan untuk:
a.       Mengetahui profil, sejarah, dan  kondisi umum dari Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
  1. Mengetahui teknik perbanyakan dan pemeliharaan tanaman induk buah naga yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
  2. Mengetahui kendala teknik perbanyakan dan pemeliharaan tanaman buah naga di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
2.      Sasaran Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
a.       Mengetahui kondisi umum dari Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
b.      Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan keterangan lebih lanjut mengenai kegiatan teknik perbanyakan dan budidaya tanaman buah naga di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.

C.    Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari berlangsungnya kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini diantaranya:
1.      Diperoleh pengalaman kerja di lapangan tentang kegiatan–kegiatan yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
2.      Diperoleh wawasan dan pengetahuan tentang kegiatan perbanyakan dan budidaya tanaman buah naga di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
3.      Mengembangkan sikap mental mahasiswa yang berorientasi dunia kerja (menumbuhkan rasa percaya diri, tangguh, dinamis, displin, bertanggung jawab, dan mampu bermasyarakat).
4.      Hasil Praktik Kerja Lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan penelitian.










II.           TINJAUAN PUSTAKA
A.      Sejarah Tanaman Buah Naga
Buah naga (Hylocereus sp.) adalah tanaman yang tergolong tanaman kaktus dan bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Buah naga awalnya dikenal sebagai tanaman hias karena bentuknya menyerupai kaktus, dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Taiwan, Vietnam dan Thailand. Asal buah naga ini adalah dari negara Amerika Tengah dan Selatan, khususnya Meksiko, Guatemala, Costa Rica, El Savador, Venezuela, Columbia, Ecuador, Curacao, Nicaragua, Panama, Brazil, dan Uruguay (Warisno dan Kres, 2010).
Pitahaya atau pitaya roja adalah nama buah naga di daerah asalnya. Buah naga sering dimanfaatkan oleh penduduk indian sebagai buah meja atau buah yang dikonsumsi dalam keadaan segar. Buah ini lebih dikenal sebagai tanaman dari asia karena diproduksi secara besar-besaran di Asia. Nama dragon fruit di Asia disebabkan oleh fungsi buahnya. Masyarakat Cina terdahulu sering meletakkan buah dari tanaman ini di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Tradisi ini dipercya akan membawa keberkahan bagi masyarakat (Kristanto, 2008).
Cahyono (2009) menyatakan bahwa masuknya buah naga dan dibudidayakan dengan baik di Indonesia mulai dekade 2000-an. Semakin populernya buah ini di kalangan masyarakat Indonesia menjadikannya peluang usaha yang cukup menjanjikan. Buah ini digemari karena rasanya yang manis serta warna dan bentuknya yang menarik. Viatamin dan mineral yang dikandung buah naga dipercaya dapat berkhasiat menyembuhkan penyakit.

B.       Manfaat Buah Naga
Buah naga isi merah beratnya mencapai 350 – 550 g (Jamilah et al.,2011) Buah naga isi merah memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan jenis yang putih. Zat makanan lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat , kalsium, zat besi, dan fosfor yang bermanfaat untuk mencegah hipertensi (Zainoldin dan Baba,2009). Buah naga merah baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena kandungan karetonoidnya yang tinggi (Raveh,et al.,1998). Fitokimia berupa flavonoid di dalam buah naga juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker (Wu et al., 2006). Berikut kandungan nutrisi dalam buah naga (Kristanto, 2008).
Tabe1 1. Kandungan Nutrisi dalam satu Buah Naga (Kristanto, 2008).
Nutrisi
Satuan
Kandungan
Kadar gula
(briks)
13-18
Air
(%)
90,20
Karbohidrat
(g)
11,5
Asam
(g)
0,139
Protein
(g)
0,53
Serat
(g)
0,71
Kalsium
(mg)
134,5
Fosfor
(mg)
8,7
Magnesium
(mg)
60,4
Lemak
(g)
0,21-0,61
Betakarotin
(mg)
0,005-0,012
Kalsium
(mg)
6,3-8,8
Besi
(mg)
0,55-0,65
Vitamin B1
(mg)
0,28-0,30
Vitamin B12
(mg)
0,043-0,045
Vitamin C
(mg)
9,4
Miasin
(mg)
1,297-1,300

Buah naga merah mengandung betacyanin sebagai anti proliferasi dan menghambat pertumbuhan tumor, serat (mencegah kanker usus dan memperlancar proses pencernaan) (Wu et al., 2006) , beta karoten (kesehatan mata, menguatkan otak dan menurunkan kadar glukosa dalam darah) (Raveh et al.,1998), kalsium (menguatkan tulang) dan fosfor (pertumbuhan badan) (Zainoldin dan Baba,2009), serta mengandung vitamin C sebagai antioksidan yang mempunyai kemampuan memproteksi oksidasi yang disebabkan radikal bebas.
Buah naga juga sumber niasin. Niasin merupakan bagian dari vitamin B komplek, yang disebut juga vitamin B3. Banyak terdapat dalam biji-bijian dan kacang-kacangan . Khasiatnya untuk menurunkan kadar kolesterol. Niasin dapat menurunkan produksi VLDL (very low density lipoprotein) di hati sehingga produksi kolesterol total , LDL (low density lipoprotein), dan trigliserida menurun. Berperan juga dalam merangsang pembentukan prostaglin I, hormon yang membantu mencegah pengumpulan (agregasi) trombosit. Buah naga juga mengandung pektin. Buah naga merah mempunyai kemampuan chelating power (menangkap logam) untuk menangkap ion besi yang dapat menimbulkan reaksi fenton penyebab timbulnya beberapa penyakit. Buah naga juga dapat untuk menurunkan kolesterol LDL, dan gula darah pada pasien DM (Sani et al., 2009).
Keunggulan kulit buah naga super merah menurut penelitian yang dilakukan oleh Li Chen Wu (2005) adalah kaya polyphenol dan sumber antioksidan yang baik. Bahkan menurut studi yang dilakukannya terhadap total phenolic konten, aktivitas antioksidan dan kegiatan antiproliferative, kulit buah naga merah adalah lebih kuat inhibitor pertumbuhan sel-sel kanker daripada dagingnya dan tidak mengandung toksik. Oleh karena itu kulit buah naga super merah sangat layak untuk dijadikan bahan baku produk olahan, salah satunya adalah dijadikan bahan tambahan untuk membuat jelly.
Kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) memenuhi kriteria pembuatan jelly karena mempunyai warna merah terang tanpa harus diberi zat pewarna tambahan lain sehingga menghilangkan keraguan akan berakibat buruk pada kesehatan (Anonymous, 2007). Menurut Saati (2009) dalam penelitiannya, ekstrak kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) dengan pelarut air mengandung 1,1 mg/100 ml antosianin. Menurut Kanner, J., Harel, S. dan Granit, R. (2001) antosianin dapat berfungsi untuk merendahkan kadar kolesterol dalam darah. Oleh karenanya kulit buah naga super merah dapat dimanfaaatkan untuk pembuatan jelly.
Konsumsi buah naga dapat mengatasi dan mencegah terjadinya beberapa penyakit berikut ini (Idawati, 2014):
Kanker
Daging buah naga mengandung likopen yang bersifat antikanker. Sifat antikanker ini mengandung fitoalbumin, serat dan antioksidan yang tinggi.
Kolesterol
Buah naga merupakan antioksidan yang sangat baik sehingga bisa melindungi tubuh dari radikal bebas dan kanker. Buah ini memiliki rasa agak hambar. Khasiat buah naga bagi tubuh yaitu menetralkan racun, dan juga mengikat logam berat. Buah naga juga mengandung vitamin B3 yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol.
Tekanan darah tinggi
 Buah naga berkhasiat dalam mengurangi tekanan darah tinggi disebabkan karena buah naga mengandung lycopene. Buah naga merah juga berfungsi untuk membantu pembentukan jaringan karena mengandung vitamin B1, B2, B3, C kalsium, protein, dan fosfor. Konsumsi buah naga secara rutin akan membantu memperoleh manfaat dari buah naga secara maksimal. Vitamin C, antioksidan flavonoid dan magnesium dalam buah naga dapat berkhasiat melenturkan pembuluh darah, sehingga gejala hipertensi seperti sakit kepala dan vertigo tidak mudah kambuh.

C.      Botani
1.    Taksonomi buah naga
Buah naga termasuk tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Klasifikasi buah naga disajikan sebagai berikut (Hardjadinata, 2010):
Divisi                  : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas                  : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo                  : Cactales
Famili                  : Cactaceae
Subfamili             : Hylocereanea
Genus                 : Hylocereus
Spesies               : Hylocereus undatus (daging putih), Hylocereus polyrhizus (daging merah), Hylocereus costaricensis (daging super merah atau super red), Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik).
2.    Morfologi buah naga
Menurut Hardjadinata (2010), buah naga secara morfologi termasuk tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Tanaman ini memiliki duri di sepanjang batang dan cabangnya untuk beradaptasi dengan lingkungan gurun dengan cara mengurangi penguapan. Tanaman ini merupakan tanaman memanjat dan bersifat epifit. Berikut penjelasan mengenai morfologi buah naga Hardjadinata (2010):
a.    Akar
Perakaran buah naga saat fase vegetatife umumnya dangkal berkisar 20-30 cm. Ketika memasiuki fase generatife perakarannya dapat mencapai kedalaman 50-60 cm. Akarnya mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi kekeringan (kurang air) sehingga dapat bertahan di daerah kering. Umumnya akar buah naga tidak tahan terhadap genangan air dalam jangka waktu yang lama karena akan menyebabkan busuk pada akar.
Buah naga memiliki akar yang tumbuh dari batang atau biasa disebut akar aerial (akar udara). Akar tersebut bersifat epifit dan berfungsi untuk menempel serta merambat pada tanaman lain. Tanaman buah naga akan tetap hidup meski akarnya dicabut dari tanah, yaitu dengan cara menyerap makanan dan air dari akar udara yang tumbuh pada batang. Akar tanaman buah naga sangat peka terhadap kemasaman tanah (pH < 5). Buah naga umumnya menghendaki pH tanah normal (pH 6-7) dan akan tumbuh sebur serta mampu berproduksi dengan baik. Saat pH tanah dibawah 5 (masam), akar menjadi pendek dan rusak. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan lambat.
b.    Batang dan cabang
Batang buah naga memiliki warna hijau tua atau hijau kebiruan atau kehitaman. Batang tersebut berukuran panjang dan berbentuk segitiga dan sukulen (mengandung banyak lendir). Dari batang ini tumbuh banyak cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabangnya berfungsi sebagai daun untuk proses fotosintesis. Fotosintesis berperan untuk menghasilkan fotosintat atau cadangan makanan yang penting selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah naga. Duri-duri pendek dan keras tumbuh di sepanjang tepi sudut batang dan cabang buah naga dan terdiri atas 4-5 buah duri pada setiap titik tumbuh.
c.    Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm. Seluruh permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik. Kelopak bunga berwana hijau, saat kelopaknya berwarna merah maka tanda bahwa bunga tersebut tidak akan menjadi bunga. Bunga akan mekar pada sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari sekitar pukul 22.00. Setelah terjadi penyerbukan bunga akan layuyang berarti tahap pembuahan dimulai.
d.    Buah
Buahnya ada yang bentuknya bulat dan ada juga yang bulat pajang. Buah bisa tumbuh lebih dari satu pada setiap cabang sehingga memungkinkan posisi buah saling berdekatan. Kulit buah berwarna merah atau kuning tergantung varietasnya dengan sirip berwarna hijau berukuran sekitar 2 cm. Warna daging buah juga tergantung varietasnya ada yang merah, putih, atau hitam. Daging buah dihiasi dengan tebaran biji-biji kecil berwarna hitam pekat. Ketebalan kulit buah berkisar 1-4 mm dan rata-rata bobot buahnya berkisar 400-800 g/buah.
e.    Biji
Biji buah naga berbentuk bulat kecil, pipih, dan sangat keras serta berwarna hitam. Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji. Biji tersebut dapat dimakan bersama daging buahnya selain itu juga dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif. Cara perbanyakan dengan biji jarang diterapkan karena dianggap membutuhkan waktu yang lama dan hasil yang didapat kurang sesuai.

D.      Syarat Tumbuh
Tanaman buah naga tergolong tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca. Curah hujan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini berkisar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Hujan yang deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan pada akar dan bisa merambat pada pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang disukainya berkisar 70%-80% dan sirkulasi udaranya harus baik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik apabila ditanam di daerah dataran rendah antara 0-350 m dpl. Suhu ideal tanaman ini antara 26o-36oC dengan kelembapan 70-90% dan tanah harus beraerasi baik.
Media tanamnya harus subur, gembur, dan mengandung banyak bahan organik dengan kandungan kalsium yang tinggi untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil maksimal. Bahan organik yang digunakan harus benar-benar matang. Bahan organik ini memiliki fungsi sebagai penjaga kelembapan, penyangga kation, dalam aktivitas mikroorganisme dan penyedia hara. Drainase tanahnya harus baik dan bersifat porous.

E.       Pembibitan
Perbanyakan bibit dilakukan secara getatif dengan menggunakan stek cabang atau batang. Batang atau cabang yang digunakan dalam keadaan sehat, keras, tua, sudah berbuah, dan berwarna hijau kelabu. Ukuran stek yang ideal antara 20-30 cm. Bibit yang baik sangat dipengaruhi oleh diameter batang. Apabila batangnya berukuran besar tanaman cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal (Kristanto, 2008).
Pemilihan bibit merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan budidaya tanaman buah naga. Dalam pemilihan bibit, selain memilih jenis atau varietas tertentu juga memilih kualitas bibit itu sendiri. Bibit yang baik mempunyai pengaruh dan manfaat yang sangat besar pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta proses pembuahannya (Triatminingsih, 2009). Berikut adalah contoh stek pada tanaman buah naga.
Gambar 1. Stek buah naga naga (Kristanto, 2008)

Salah satu keuntungan menggunakan stek adalah bibit yang dihasilkan seragam, sama dengan induknya dengan waktu berbuah 7-8 bulan setelah tanam. Pemilihan bagian stek yang digunakan pada perbanyakan akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan bibit suatu tanaman. Stek bisa berasal dari bagian ujung batang dan bisa berasal dari bagian tengah atau bawah batang, akan tetapi percepatan dalam pertumbuhannya berbeda dikarena kandungan auksin yang terdapat dimasing-masing bagian tanaman berbeda. Auksin paling banyak terdapat dibagian ujung dari tanaman semakin kebawah atau semakin jauh dari ujung tanaman maka kandungan auksin semakin berkurang. Salah satu upaya dalam meningkatkan jumlah bibit buah naga yang sudah siap tanam dapat dilakukan dengan penambahan zat pengatur tumbuh (Ramadan, 2016). Menurut Zuryanisa (2006), salah satu usaha untuk meningkatkan keberhasilan stek tunas adalah dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang tepat.
Gambar 2. Hasil stek buah naga (Hardjadinata, 2010)
F.       Budidaya Buah Naga
Budidaya buah naga bisa dilakukan di kebun, pekarangan dan juga di dalam pot. Sebelum kegiatan budidaya dilakukan perlu persiapan yang baik sehingga diperoleh hasil maksimal. Adapun kegiatan budidaya buah naga sebagai berikut (Kristanto, 2008).
1.        Pengolahan tanah
Tanaman buah naga baik tumbuh di tanah yang gembur, hal ini disebabkan perakarannya tumbuh merayap di permukaan tanah. Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan rerumputan sebelum digemburkan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Tanah selanjutnya digemburkan dengan cara dicangkul sedalam satu cangkulan dan dibolak-balik.
2.        Pengairan
Terdapat dua sistem pengairan yang biasa digunakan dalam budidaya buah naga, yaitu sistem leb dan sistem pipa. Pengairan tersebut disesuaikan dengan sumber air yang ada di lingkungan budidaya buah naga. Pengairan sistem leb biasanya diterapkan pada lahan areal persawahan. Pengairan ini dilakukan secara tradisional dengan peralatan sederhana. Sistem leb merupakan pengairan yang hanya menggunakan parit atau saluran air di sekitar barisan tanaman. Pengairan sistem pipa plastik atau karet merupakan sistem pengairan dengan menggunakan pipa yang terbuat dari plastik atau karet dan lebih menghemat air disbanding dengan sistem leb. Sistem ini berfungsi memberikan pupuk cair kocoran yang terlebih dahulu dilarutkan dalam tendon. Sistem ini akan lebih menghemat tenaga kerja dan biaya pupuk dapat dihemat.
3.        Penanaman
a.         Sistem tunggal
Penanaman bibit stek buah naga dengan sistem tunggal sebagai berikut.
1)        Sebanyak empat batang stek untuk setiap tiang penyangga dipersiapkan.
2)        Tiang penyangga diolesi dengan fungisida Ridomil dengan dosis 40 g yang dilarutkan dalam satu liter air untuk mencegah terjadinya pembusukan pangkal batang stek.
3)        Lubang tanam dibuat menggunakan tugal pendek dengan kedalaman lubang sesuai dengan ukuran panjang bibit.
4)        Bibit dimasukkan kedalam tanah sedalam 10 cm bila panjang stek berukuran 50-80 cm.
b.        Sistem kelompok
Sistem penanaman buah naga dengan sistem tiang penyangga bentuk kelompok sebagai berikut.
1)        Jarak tanam antar pasangan tanaman ditentukan 30 cm sehingga nantinya setiap 30 cm akan terdapat sepasang lubang tanam.
2)        Lubang tanam dibuat menggunakan tugal pada tempat yang sudah ditentukan.
3)        Penanaman bibit stek dilakukan seperti pada penanaman sistem tunggal.
4)        Lahan diberikan air setelah semua bibit ditanam.
4.        Pemeliharaan
Budidaya tanaman buah naga membutuhkan beberapa tindakan perawatan diantaranya penyulaman, penyiraman, pemupukan dan pembumbunan, serta pemangkasan.
a.         Penyulaman
Penyulaman pada buah naga bertujuan untuk mengganti tanaman yang rusak akibat penyakit busuk pangkal, mati, tidak tumbuh, atau kerusakan fisik lainnya. Stek tersebut harus diganti dengan stek yang baru. Biasanya penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Sebelum penanaman bibit yang baru, lubang tanamnya perlu ditaburi kapur atau belerang, sedangkan pangkal bibit diolesi dengan fungisida Ridomil.
b.        Penyiraman
Tanaman buah naga membutuhkan pengairan rutin utnuk membantu proses fisiologis dari tanaman. Penyiraman dilakukan mulai hari ke-10 setelah tanam dengan frekuensi yang berbeda antara fase vegetatif dan fase generatif. Penyiraman fase vegetatif dilakukan seminggu sekali hingga umur enam bulan. Saat tanaman mulai memproduksi bunga dan buah maka penyiraman harus dikurangi agar pertumbuhan tunas baru menjadi lambat dan berhenti. Penyiraman dihentikan bila sudah tampak tanda-tanda adanya kuncup bunga.
c.         Pemupukan dan pembumbunan
Tanaman buah naga membutuhkan hara untuk hidupnya, namun harus seimbang. Jenis pupuk yang diberikan disesuaikan dengan fase pertumbuhannya. Pemupukan dapat dilakukan secara larikan dan menggunakan tugal.
d.        Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan utnuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Pemangkasan terbaik harus dilakukan sedini mungkin dan berkala sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih teratur. Bila pemangkasan tidak dilakukan maka percabangannya akan saling bersaing dan akhirnya menjadi tidak produktif. Pemangkasan buah naga sat fase vegetatif untuk membentuk percabangan dan saat fase generatif untuk membentuk cabang produktif.

5.        Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit menjadi salah satu factor penting dalam usaha tani buah naga. Serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan. Gangguan yang ada mengakibatkan hasil produksi tidak optimal dan menimbulkan kerugian. Pengenalan terhadap hama dan penyakit penting untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendaliannya (Hardjadinata, 2010).
a.    Pengendalian hama
1)        Tungau (Tetranychus sp.)
Tungau ini berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polybag). Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 mm. bentuknya mirip laba-laba dan aktif di siang hari. Siklus hidupnya berkisar 14-15 hari. Tungau ini menyerang tanaman buah naga dengan cara mengisap cairan sel batang atau cabang tanaman, akibatnya muncul bintik-bintik kuning atau cokelat. Serangan berat mengakibatkan batang buah naga tumbuh tidak normal. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan pestisida nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok atau rumput laut.
2)        Kutu kebul (Bemicia tabaci)
Serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil (1-1,5 mm), berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Gejala serangan berupa bercak nekrotik pada cabang akibat rusaknya sel-sel dan jaringan batang. Kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Hal tersebut dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20-100%. Pengendalian dapat dilakukan dengan kultur teknis seperti menanami pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai pembatas (barrier) dan memperbanyak populasi agen hayati, dan juga pergiliran tanaman. Cara lainnya yaitu dengan sanitasi lingkungan, pengaturan pola tanam, dan pemasangan perangkap berwarna kuning atau juga dengan kelambu.
Gambar 3. Kutu Kebul (Rizka, 2012)
3)        Kutu sisik (Pseudococcus sp.)
Hama ini umumnya berada pada bagian cabang yang tidak terkena matahari langsung. Cabang yang diserang akan terlihat kusam. Biasanya menyerang pada sela-sela tanaman. Biasanya menyerang pada sela-sela tanaman yang ternaungi dari sinar matahari.
4)        Kutu batok (Aspidiotus sp.)
Hama ini menyerang tanaman dengan mengisap cairan pada batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya dapat menggunakan cara yang sama seperti hama kutu kebul dan kutu sisik. Cara lainnya dengan menyemprotkan larutan belerang pada batang yang terkena kutu, dengan dosis rendah yaitu 1-2 g/liter air.
5)        Bekicot
Bekicot sangat merugikan karena merusak batang atau cabang terutama pada saat musim hujan. Bekicot menggerogoti batang dan cabang tanaman sehingga terjadi pembusukan. Penyebaran hama ini terjadi karena kebersihan kebun kurang diperhatikan. Pengendalian dengan mengambil satu per satu bekicot yang menempel di batang atau cabang. Jika terjadi serangan berat dapat dilakukan penyemprotan larutan garam dngan dosis tinggi 5-10 g/liter air.
Gambar 4. Bekicot (Rizka, 2012)
6)        Semut
Semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga. Bunga buah naga mengeluarkan aroma khas dan juga menghasilkan zat yang berasa manis. Semut mengakibatkan kulit buah naga menjadi berbintik-bintik cokelat. Kondisi buah demikian menyebabkan kualitas buah turun dan harga di pasaran menjadi rendah. Pencegahan dari serangan semut adalah dengan menaburkan kapur mengelilingi batang utama buah naga.
Gambar 5. Semut
b.    Pengendalian penyakit
1)        Busuk pangkal batang
Gambar 6. Penyakit busuk pangkal (balitbu.litbang.pertanian.go.id)
Penyakit ini menyerang pada awal penanaman buah naga. Gejalanya berupa pembusukan pada pangkal batang sehingga mengakibatkan batang berair dan berwarna kecokelatan. Gejala ini biasanya diikuti dengan adanya bulu putih di sekitar daerah yang terserang. Pembusukan tersebut disebabkan oleh kelembapan tanah yang berlebihan sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan. Penyakit sering terjadi pada bibit stek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan. Pengobatan tanaman buah naga yang terserang penyakit dengan penyemprotan. Tindakan pencegahan penyakit dilakukan dengan pengairan secukupnya.
2)        Busuk bakteri
Gejala tanaman yang terserang adalah terlihat layu, kusam, terdapat lendir putih kekuningan pada tanaman yang mengalami kebusukan. Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas sp. Pengendalian terhadap penyakit ini adalah dengan mencabut tanaman yang sakit dan ditanam bibit baru.
3)        Fusarium
Penyakit ini disebabkan Fusarium oxysporium Schl. Gejala yang ditimbulkan antara lain cabang tanaman berkerut, layu, dan busuk berwarna kecokelatan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga lahan agar tidak tergenang air.
6.        Panen
Tanaman buah naga yang berasal dari bibit pembiakan vegetatif sudah mulai berbunga dan menghasilkan buah pada umur 8-12 bulan, tergantung dari kesuburan tanah, kondisi iklim, dan teknik budidayanya. Tanaman ini berbuah satu tahun 1-2 kali dan tanaman akan terus-menerus berbunga setiap kali setelah panen (berbunga sepanjang tahun). Produksi pada tahun pertama berkisar antara 3-4 kg sekali panen/pohon. Produksi di tahun kedua berkisar antara 8-12 kg sekali panen/pohon (Cahyono, 2009).
Kualitas buah naga yang dipanen sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Buah yang dipetik dalam keadaan matang rasanya manis, daging buahnya lunak dan sangat segar. Kriteria buah yang siap panen adalah umur tanaman sejak kuntum bunga hingga berbuah telah mencapai 50-55 hari, warna kulit buah merah mengilap dengan sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan, mahkota buah telah mengecil, kedua pangkal buah keriput, dan bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan bobot sekitar 400-600 g (Cahyono, 2009).
Pemanenan buah naga yang telah matang optimal dilakukan dengan cara memangkas tangkai buahnya dengan menggunakan pisau yang tajam atau gunting pangkas. Pemanenan dilakukan pada pagi hari setelah embun yang menemper pada permukaan buah dan daun sudah menguap dan pada keadaan cuaca cerah. Setelah dipanen buah naga disortir berdasarkan ukuran buah dan dikemas (Cahyono, 2009).







III.             METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A.  Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan selama 25 hari pada bulan Juli-Agustus 2016.

B.  Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi atau objek yang dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah teknik perbanyakan dan budidaya tanaman buah naga (Hylocereus sp.).

C.      Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
1.        Observasi partisipasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan berperan aktif di lapangan mengenai teknik perbanyakan tanaman buah naga (Hylocereus sp.) dan budidayanya di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
2.        Wawancara, mengajukan pertanyaan kepada para staff, pembimbing lapang, dan pekerja setempat yang menangani teknik perbanyakan bibit tanaman buah naga (Hylocereus sp.) dan budidayanya di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar Kabupaten Pekalongan.
3.        Mencatat data yang ada tentang struktur, tugas, dan fungsi organisasi.


D.      Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan
Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder:
1.    Data primer
Data primer ini diperoleh dari:
a.    Pengamatan secara visual dari pengamatan dan praktik secara langsung serta pencatatan data di lapangan.
b.    Foto atau dokumentasi yang diambil saat pelaksanaan kerja praktik.
2.    Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumentasi instansi, literatur, buku dan telaah pustaka lain yang berhubungan dengan teknik budidaya untuk perbanyakan bibit tanaman buah naga (Hylocereus sp.).












IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Profil Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
1.        Sejarah Perkembangan
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berdiri sejak tahun 1952 dan masih dikelola Pertanian Rakyat yang berada dibawah tanggung jawab Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Pekalongan atas usulan dari Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Ksrisidenan Pekalongan. Tahun 1980 Pertanian Rakyat berubah menjadi Balai Benih Utama (BBU) dan masuki tahun 1985 BBU melebur menjadi UPTD. Memasuki tahun 1996 dilakukan prosek Pembangunan  Daerah dan Belanja Rutin Daerah Tahun Anggaran 1996/1997 dengan memilih langsung pimpinan dan bendaharawan Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK). Pembentukan coordinator UPTD di enam wilayah karisidenan Jawa Tengah sejak 1996 dan pada tahun 2002 telah berubah nama menjadi Kebun Benih Hortikultura Karanganyar dibawah tanggung jawab UPTD Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah.
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berada pada tanggung jawab Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah melalui Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (B2TPH) Wilayah Banyumas. Banyak kegiatan yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar, salah satunya adalah perbanyakan bibit bermutu dari tanaman buah yang telah memenuhi standar produksi pemerintah. Produksi bibit telah lolos uji dan disertifikasi oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jawa Tengah. Bibit tanaman buah yang di produksi pada Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah bibit tanaman kelengkeng, durian, manga, rambutan, buah naga, dan Jambu Air. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar juga menghasilkan buah segar yang dapat dinikmati saat itu juga.
Gambar 7. Kantor Kebun Benih Hortikultura Karanganyar
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar memiliki Motto, Visi, dan Misi sebagai berikut:
a.         Motto
1.        Benih bersertifikat panen meningkat
2.        Benih bermutu petani maju
b.        Visi
“Menjadikan Kebun Benih sebagai mitra petani dan sentra perbenihan hortikultura yang maju dan mandiri.”
c.         Misi
1.        Menyediakan dan memasyarakatkan benih bersertifikat.
2.        Menerapkan teknologi budidaya ramah lingkungan (better farming practices).
3.        Meningkatkan profesionalisme petugas perbenihan.
4.        Meningkatkan produksi benih dan nilai tambah hasil-hasil potensi kebun.
5.        Mengembangkan kemitraan infrastruktur kebun benih.
2.        Tugas Pokok dan Struktur Organisasi
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah lembaga pemerintah yang mengacu pada pelayanan masyarakat yang bergerak pada bidang pertanian, khususnya dalam pembentukan bibit tanaman buah bermutu. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar memiliki 2 tugas pokok bagi masyarakat yaitu memproduksi benih hortikultura secara terarah dan memberikan informasi tentang perbenihan.
Pengolahan Kebun Benih Hortikultura Karanaganyar sesuai dengan tugas pokoknya, tetapi saat ini kondisi SDM masih terbatas sehingga belum dapat terlaksana secara optimal. Pada system kelolanya, kebun ini diketuai oleh seorang pemimpin dan dibantu oleh tiga orang staff dengan ditambah tenaga musiman yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Susunan organisasinya sebagai berikut:





PIMPINAN
Eny Nurhidayanti, SP.
NIP. 196909041998032008

 



STAFF ADMINISTRASI

Sismurwanto
NIP. 195807221984101001
Yantin
NIP. 19690

STAFF TEKNIS LAPANGAN

Dalari
NIP. 196003251988031002

Dio Purwanto




 



Gambar 8. Struktur Organisasi
Adapun peranan dan tugas menurut struktur organisasi di atas antara lain:
a.         Tugas pimpinan Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengelola kebun serta mengarahkan dan mengawasi kegiatan kerja para pegawai.
b.        Tugas staff teknis lapangan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengembangkan proses teknologi perbanyakan bibit tanaman.
c.         Tugas staff administrasi Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu mengurus administrasi pengelolaan pembibitan dan haasil panen tanaman serta mengurus administrasi kepegawaian.
3.        Lokasi dan Kondisi Tanah
Kebun Benih Hortikultura Karanganyar terletak di Jalan Raya Karanganyar – Kajen, Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Luas lahan kebun ini sekitar 3,5 Ha yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti bangunan kantor screen house, gudang peralatan dan lahan yang ditanami tanaman hortikultura khususnya buah-buahan.
Kebun benih hortikultura Karanganyar terletak pada ketinggian sekitar 80 m dpl, memiliki topografi berbukit sehingga keadaanya tidak rata dan bergelombang karena daerah tersebut termasuk pada daerah pegunungan. Tipe tanah berupa latosol dengan tekstur lempung berpasir dengan tingkat kemasaman (pH) adalah 5,5-6,8. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar memiliki tipe iklim basah dengan Sembilan bulan basah dan tiga bulan iklim kering. Curah hujan mencapai 260 mm/tahun dengan suhu udara 26o C.

B.       Proses Pembibitan Tanaman Buah Naga
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 25 hari kerja (18 Juli-19 Agustus 2016) di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar. Kebun Benih Hortikultura Karanganyar merupakan kebun yang memproduksi bibit tanaman hortikultura khususnya tanaman buah-buahan. Proses produksi bibit tanaman buah naga yang digunakan yaitu perbanyakan vegetatif dengan cara stek batang atau stak cabang. Teknik stek buah naga yang digunakan di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah stek cabang.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan perbanyakan bibit tanaman buah naga antara lain:



1.        Persiapan cabang untuk stek
Cabang yang digunakan untuk stek buah naga berasal dari tanaman buah naga yang sehat dan pernah berbuah. Cabang dipilih yang memiliki diameter sekitar 2 cm dan tidak terkena penyakit.
2.        Penggunaan alat-alat steril
Alat-alat yang digunakan harus steril sehingga cabang yang akan di stek tidak terkontaminasi oleh jamur atau organisme lain yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bibit buah naga.
3.        Waktu pembibitan
Stek buah naga dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 WIB dengan memperhatikan kondisi cuaca setempat. Cuaca yang disarankan untuk stek buah naga ketika cuaca cerah atau ketika tidak sedang turun hujan.
4.        Pemeliharaan bibit dan tanaman buah naga
Pemeliharaan bibit buah naga dengan cara melakukan penyiangan secara rutin sehingga lingkungan pembibitan menjadi bersih dan tidak terjadi persaingan unsur hara. Pemeliharaan tanaman buah naga yang dilakukan ada 4 tahap, yaitu penyiangan, pemupukan, penyiraman dan pemangkasan. Penyiangan pada tanaman buah naga bertujuan untuk menjaga pertanaman dari gulma yang tumbuh dan juga untuk menjaga system perakaran buah naga sehingga tidak terganggu oleh pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan dalam rentan waktu yang tidak ditentukan, hal ini dikarenakan pertumbuhan gulma yang tidak seragam. Pemupukan hanya diberikan pada tanaman buah naga yang, sedangkan bibit buah naga tidak diberi pupuk. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK. Dosis pupuk untuk satu tanaman buah naga adalah 2,5 kg pupuk kandang dan 5 kg pupuk NPK. Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi cuaca, saat musim penghujan penyiraman tidak dilaksanakan mengingat morfologi tanaman buah naga yang berbentuk sulur batang yang termodifikasi dari daun. Pemangkasan bertujuan untuk memelihara bentuk tanaman buah naga, membuang sulur yang mati, dan untuk persiapan stek tanaman buah naga.
5.        Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman buah naga menggunakan
6.        Penggantian polybag atau pindah tanam
Bibit tanaman buah naga hasil stek selama 2 minggu pembibitan atau sampai tanaman telah siap pindah lahan selanjutnya di pindahkan ke polybag untuk segera dipasarkan sebagai bibit buah naga siap tanam.

C.      Pelaksanaan Pembibitan
Usaha perkebunan buah naga yang masih terbatas, menyebabkan produksi buah naga masih rendah, dan hanya tersedia di pasar-pasar tertentu, seperti pasar swalayan. Terbatasnya ketersediaan buah naga menyebabkan harga jual buah ini cukup tinggi, sehingga tidak semua kalangan dapat menikmati manfaatnya (Andrina, 2009). Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar swalayan yang masih sering terjadi kekosongan, maka dapat disimpulkan bahwa prospek buah naga ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan Vietnam yang merupakanpemasok buah terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi permintaan kurang dari 50 % permintaan pasar (Hastuti, 2009).
Dengan bertambahnya permintaan konsumen terhadap buah naga, maka perlu dilakukan penyediaan bibit yang cukup dan berkualitas serta tepat guna produksinya dan pemenuhan kebutuhan akan permintaan buah naga dapat terpenuhi dengan baik. Agar bibit tetap tersedia, maka perlu dilakukan tindakan perbanyakan atau pembudidayaan tanaman (Shofiana,et al., 2013). Buah naga dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Sistem perbanyakan secara vegetatif dan generatif mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing. Namun dalam praktiknya, orang lebih cenderung melakukan perbanyakan secara vegetatif (Andrina, 2009).
Kegiatan stek cabang merupakan pembibitan buah naga secara vegetatif yang umum digunakan karena lebih cepat dalam proses pertumbuhannya. Menurut Suprapto (2004), keuntungan yang diperoleh dalam perbanyakan melalui setek, yaitu diperoleh tanaman baru dalam jumlah yang cukup banyak dengan induk yang terbatas, biaya lebih murah, penggunaan lahan pembibitan dapat di lahan sempit, dalam pelaksanaannya lebih cepat dan sederhana. Namun demikian, sistem perbanyakan setek juga mempunyai kekurangan, yaitu faktor dalam; menyangkut sifat- sifat genetik atau pembawaan dari biji tanaman itu sendiri, dan faktor luar; termasuk di dalamnya media tanam, suhu, kelembaban, serta perlakuan zat kimia atau zat pengatur tumbuh. Proses stek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai pendukung keberhasilannya. Faktor tersebut yaitu keahlihan dan ketelatenan dalam pengerjaan, sterilisasi dan sanitasi, serta cuaca dan waktu pembibitan.
Keahlian dan ketelatenan dalam pengerjaan akan menunjang tingkat keberhasilan perbanyakan. Setiap pekerjaan pasti membutuhkan keahlian dan ketelatenan, seperti halnya saat melakukan perbanyakan buah naga dengan cara stek. Keahlian dan ketelatenan yang harus dimiliki diantaranya dalam kegiatan memotong cabang tanaman buah naga serta posisi penanaman cabang tersebut. Sterilisasi menyangkut alat-alat yang digunakan saat persiapan cabang stekan yang akan ditanam, sedangkan sanitasi berkaitan dengan kondisi lingkungan yang nyaman untuk media tumbuh bibit buah naga tersebut. Kebersihan alat dan lingkungan akan mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi jamur atau organisme lainnya yang dapat menghambat proses pembibitan. Cuaca dan waktu pembibitan buah naga harus diperhatikan sehingga pertumbuhan bibit dapat berlangsung dengan baik. Waktu pelaksanaan stek buah naga di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yaitu pagi hari (pukul 08.00-10.00).
Proses stek pada tanaman buah naga yang dilakukan sebagai berikut:
1.        Cabang tanaman buah naga diambil dari tanaman yang telah berbuah sebelumnya. Cabang dipilih dari yang berdiameter sekitar 2 cm, cabang tersebut tidak terlalu muda artinya yang sudah lebih kokoh. Cabang di potong dari tanaman sekitar 30 cm dari ujung cabang.
  
Gambar 9. Pemotongan cabang untuk stek
2.        Cabang yang telah dipotong dari tanaman kemudian dikumpulkan dalam kereta dorong untuk dipindahkan ke lahan pembibitan.
Gambar 10. Pengumpulan cabang untuk stek
3.        Lahan pembibitan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan mengolah tanah dan dicampur dengan pupuk kandang. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang sapi. Tanah kemudian ditugal dengan jarak tanam 15 x 15 cm, selanjutnya cabang buah naga di tanam dengan posisi ujung yang runcing di bawah dan duri menghadap ke atas.
Gambar 11. Pembuatan lubang tanam
4.        Cabang dipersiapkan yaitu memotong salah satu ujung cabang dengan memperhatikan arah duri. Arah duri harus menghadap ke atas, kemudian ujung yang di bawah dipotong meruncing seperti pasak.
 
Gambar 12. Pemotongan ujung cabang
5.        Cabang yang telah ditanam selanjutnya disiram air dengan cara dipercikkan hingga keadaan tanah menjadi lembab.
 
Gambar 13. Penyiraman stek tanaman buah naga

D.      Pemeliharaan Tanaman Induk
Pemeliharaan tanaman induk di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar antara lain: penyiangan, pemupukan, pengairan, pemeliharaan cabang dan pengendalian hama dan penyakit.
1.      Penyiangan
Penyiangan tanaman induk buah naga bertujuan untuk memelihara agar pertumbuhan akar tidak terganggu oleh gulma atau tanaman lain. Penyiangan pada tanaman induk dilakukan saat gulma atau tanaman lainnya tumbuh subur pada pertanaman buah naga.
2.      Pemupukan
Pemupukan pada tanaman induk buah naga hanya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, NPK mutiara dan pupuk kandang. Mula-mula tanaman induk buah naga dibumbun dengan tanah, selanjutnya diberi campuran pupuk ZA dan NPK sebanyak 2,5 kg pada bagian luar tajuk tanaman buah naga. Tanah bagian dalam tajuk diberi pupuk kandang sebanyak 2,5 kg per tanaman.
Gambar 14. Campuran pupuk NPK mutiara dan ZA
3.      Pengairan
Pengairan tanaman induk buah naga dilakukan 4 kali seminggu saat musim kemarau dan 1 kali seminggu saat musim penghujan. Pengairan yang dilakukan di kebun benih hortikultura Karanganyar menggunakan system leb, yaitu dengan membuka salah satu pintu air irigasi sehingga air dapat memasuki areal pertanaman hortikultura.
4.      Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan sebagai pemeliharaan terhadap pertumbuhan tanaman buah naga. Pemangkasan yang dilakukan disini untuk membuang cabang atau sulur buah naga yang sudah tidak berfungsi yaitu sulur mati, rusak, dan berpenyakit.
5.      Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit yang menyerang pertanaman buah naga. Pengendalian buah naga tidak begitu diperhatikan, namun sesekali perlu dilakukan. Bahan yang digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit adalah antracol, dangke, ppc dan air. Mula-mula kedalam air 1 Liter dimasukkan antracol 2 sendok makan, dangke 2 sendok makan dan ppc 50 ml diaduk hingga merata. Selanjutnya dimasukkan kedalam tangka penyemprot dan ditambahkan air sebanyak 4 Liter.
Gambar 15. bahan pengendalian hama penyakit
Gambar 16. alat tangki penyemprot

E.       Evaluasi situasi, kondisi, organisasi, dan Kegiatan Kebun
Suatu instansi baik swasta atau milik pemerintah perlu mengetahui analisis SWOT demi kelancaran jalannya instansi. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) yang dimiliki oleh instansi terutama Kebun Benih Hortikultura Karanganyar. Dengan demikian, analisis SWOT juga dapat digunakan untuk menyusun strategi untuk mengembangkan usaha, meningkatkan produktivitas dan mempertahankan kelangsungan serta keberlanjutan perusahaan. Analisis SWOT di Kebun Benih Hortikultura Karanganyar adalah sebagai berikut.
1.    Kekuatan (Strenght)
a.    Kondisi alam yang sangat mendukung dan cocok untuk usaha dalam bidang pertanian terutama dalam pengembangan tanaman hortikultura.
b.    Kebun Benih Hortikultura Karanganyar mempunyai pohon induk yang digunakan sebagai bahan perbanyakan bibit di sudah dipastikan telah lolos uji dan di sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat menjadi jaminan bahwa bibit yang dihasilkan merupakan produk yang sudah terjamin mutunya, sehingga masyarakat diharapkan akan lebih tertarik terhadap produk tersebut.
c.    Pegawai lapang yang sudah berpengalamn dalam bidang perbanyakan bibit. Kedisiplinan dan tanggung jawab pegawai tinggi.
2.    Kelemahan (Weakness)
a.    Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Kebun benih Hortikultura Karanganyar belum sepenuhnya memiliki fasilitas yang memadai, hal ini dilihat dari bangunan dengan kondisi yang kurang baik terutama pada bangunan screenhouse. Screenhouse ini kondisinya rusak dan berkarat pada bagian atapnya. Hal tersebut dapat berakibat pada tanaman yang berada didalamnya menjadi kurang terlindungi secara maksimum.



b.    Tenaga Kerja Kurang
Tenaga kerja yang dimaksud yakni staff pembantu dalam kegiatan di kebun sehingga banyak kegiatan yang terbengkalai misalnya target administrasi tahunan yang tidak tercapai.
c.    Serangan OPT
Serangan OPT menjadi salah satu masalah yang menyebabkan tanaman hasil perbanyakan vegetatif yang dilakukan persentasenya jadi menurun, karena serangan OPT berdampak pada matinya tanaman tersebut. Salah satu cara mengurangi resiko kegagalan terlalu tinggi dengan melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif pada musim kemarau dan pada musim penghujan hanya dilakukan pemeliharaan.
3.    Peluang (Opportunities)
Kedudukan Kebun Benih Hortikultura Karanganyar yang berada dibawah tanggung jawab Pemerintah Wilayah Provinsi Jawa Tengah memberi peluang akan kesempatan menjalin kemitraan dengan instansi- instansi terutama yang bergerak di bidang pertanian sekitar wilayah Jawa Tengah khususnya dalam pemberian bantuan, seperti pembeian bantuan berupa bibit tanaman hortikultura. Bibit yang dihasilkan juga dijual langsung kepada konsumen baik secara eceran maupun besar-besaran. Dengan demikian, sasaran pasar sudah jelas sehingga memudahkan dalam menjual bibit. Pemasaran yang sudah jelas dapat dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas bagi KBH Karanganyar.
Selain memproduksi bibit bermutu, Kebun Benih Hortikultura Karanganyar juga menghasilkan buah-buahan segar yang dapat dinikmati dan dibeli langsung oleh konsumen. Selain itu, kondisi jalan kebun yang sudah tertata rapi juga sangat nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut dapat memberi peluang yang luas bagi Kebun Benih Hortikultura Karanganyar untuk mengembangkan tempat wisata yang bergerak di bidang pertanian atau sering juga disebut agrowisata.
Pasar yang jelas akan memudahkan Kebun Benih Hortikultura Karanganyar dalam proses penyebaran hasil perbanyakan yang dilakukan. Selain itu, perbaikan sarana dan prasarana yang ada dapat meningkatkan peluang terhadap kemajuannya pula. Perbaikan sarana dan prasarana akan mendorong terpenuhinya fasilitas yang menunjang dalam kegiatan perbanyakan tanaman dan tentunya semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam perbanyakan secara vegetatif.
4.    Ancaman (Threats)
Ancaman yang dihadapi relative tidak ada karena perusahaan swasta yang memiliki peranan sama yaitu memproduksi benih tanaman tahunan seperti Kebun Benih Hortikultura Karanganyar masih sedikit atau bahkan sangat jarang ditemukan.
Strategi yang dapat diupayakan setelah dilakukan analisis SWOT, melalui strategi dengan memperbaiki kelemahan dan memanfaatkan peluang (Weakness – Opportunities) diantaranya adalah :
a.    Perlu penambahan tenaga profesional dibidangnya.
b.    Perlu penambahan dan penyempurnaan sarana dan prasarana produksi dan pelayanan yang memadai secara bertahap.
c.    Untuk memenuhi permintaan bisa ditempuh dengan kemitraan.
d.    Menambah tenaga dari luar daerah.











V.    PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Kebun Benih Hortikultura Karanganyar berdiri sejak tahun 1952 berlokasi di Jalan Raya Karanganyar – Kajen, Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah produksi bibit unggul tanaman buah, penjualan buah langsung di tempat, dan agrowisata.
2.      Teknik perbanyakan buah naga yang diguanakan adalah stek cabang, sedangkan pemeliharaan yang dilakukan antara lain: penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit.
3.      Kendala yang dihadapi pada stek buah naga adalah tidak adanya tindakan pencegahan hama penyakit, sedangkan kendala pemeliharaan adalah kurang diperhatikannya pemeliharaan tanaman induk.

B.     Saran
Perlu adanya peningkatan kinerja pemeliharaan terhadap bibit dan tanaman buah naga sehingga dapat menekan serangan hama penyakit yang merugikan pertanaman.





DAFTAR PUSTAKA
Andrina, Y., 2009. Pengaruh Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Buah Naga Berdaging Merah (Hylocereus costaricensis (Web) Britton & Ross).Sripsi. Universitas Andalas, Padang.
Cahyono, Bambang. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina, Jakarta.
Hardjadinata, S. 2010. Budi Daya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya, Depok.
Hastuti, F., 2009. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tabulampot Buah Naga (Hylocereus Undatus (Haw.) Britt). IPB, Bogor.
Idawati, Nurul. 2014.  Budidaya Buah Naga Hitam. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Kristanto, D. 2008. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Penebar Swadaya, Depok.
Ramadan, Vani R. 2016. Kajian Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis). Jurnal Produksi Tanaman, 4(3): 180-186.
Shofiana, A., Yuni S. R., Lukas S. B.,2013. Pemberian Beberapa Konsentrasi IBA (Indole Butiryc Acid) Pada Pembentukan Akar Setek Tanaman Buah Naga. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Sunarjono, Hendro. 2015. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Depok.
Suprapto, A. 2004. Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Setek Tanaman. Universitas Tidar Magelang. 1(21): 81-90.
Triatminingsih, R. 2009. Teknologi Budidaya dan Prospek Pengembangan Buah Naga (Hylocereus sp.). Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Padang.
Warisno dan Kres Dahana. 2010. Buku Pintar Bertanam Buah Naga. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarsih, S. 2007. Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. Aneka Ilmu, Semarang.
Zuryanisa. 2006. Pengaruh waktu dan persentase pemangkasan tunas terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi buah. Jurnal Hortikultura. 4 (2):16-20.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK