iklan banner

Kamis, 16 November 2017

PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR PANTAI

LIKE, COMMENT, SHARE. . .  .

 LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PADA LAHAN MARGINAL
ACARA 4 PEMBERIAN ARANG PADA TANAH PASIR PANTAI
I.              PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Lahan Marginal adalah suatu lahan yang mempunyai karakteristik keterbatasan dalam sesuatu hal, baik keterbatasan satu unsur/ komponen maupun lebih dari satu unsur/komponen. Lahan marjinal adalah lahan yang kehilangan kemampuannya dalam berproduktivitas, contohnya adalah lahan salin pasir pantai. Dimana pada tanah salin tersebut kandungan garam terlarut akibat adanya pasang surut air laut, menjadikan tanah kehilangan kemampuannya dalam mengikat hara, serta daya serap air yang tinggi mengakibatkan tanah menjadi kehilangan banyak air. Hal tersebut hanya salah satu dari factor pembatan lahan salin pasir pantai. Faktor pembatas tersebut akan dapat diketahui dengan manalisis teknologi dalam budidaya tanaman yang diterapkan.
Sistem tanah lahan kawasan pesisir yang mempunyai sifat marginal, sistem atmosfernya, juga mempunyai ciri kecepatan angin yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan tenaganya untuk menaikkan air sumur melalui kincir angin. Usaha budidaya pertanian harus selalu memperhitungkan kesesuaian lahan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Pentingnya pemanfataan lahan marginal, terutama pasir pantai dalam mendukung program ekstensifikasi untuk meningkatkan produksi pertanian, mengingat kebutuhan akan pangan terus melonjak naik. Hal tersebut memang bukanlah pekerjaan mudah, akan tetapi jika semua pihak yang terlibat ikut bekerjasama dalam membangun pertanian yang lebih baik, tentu saja bukan tidak mungkin Indonesia yang memiliki garis pantai yang besar menjadi salah satu penyumbang devisa Negara dan dapat memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir pantai nantinya. Selain itu,petani serta nelayan dapat bekerja sama dalam mengelola Sumber Daya Alam Indonesia.

B.            Tujuan
Praktikum pemberian arang pada tanah pasir pantai bertujuan:
1.      Mempelajari cara pemberian arang pada tanah pasir pantai.
2.      Mengetahui pengaruh pemberian arang pada pasir pantai.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu usaha mengatasi keterbatasan lahan pertanian adalah dengan menggunakan lahan alternatif seperti lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi pasir dengan kelas tekstur pasiran. Tanah pasir memiliki kandungan bahan organik dan kalsium yang sangat rendah, aerasi baik, mudah diolah, dan daya memegang air rendah. Tanah pasir pantai  memiliki KPK sangat rendah, C-organik sangat rendah, N dan K rendah, P tersedia sedang, dan P total sangat tinggi (Rajiman et al., 2008) serta daya hantar listrik yang sangat rendah (Kartonegoro, 2011). Lahan pasir pantai merupakan salah satu aset yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Lahan pasir pantai memiliki keunggulan, yaitu luas, permukaan datar, bebas banjir, sinar matahari melimpah, air tanah dangkal, pH tanah dan air m=netral, dan pengolahan lahan mudah.
Salinitas di kawasan Pantai berasal dari air laut yang masuk ke daratan (intrusi air laut) yang melewati badan-badan air maupun batuan, bahan induk dan tanah yang porus dan memiliki tekanan hidrostatika yang rendah sehingga tidak mampu menahan air laut. Tekanan hidrostatika sangat berhubungan dengan kondisi air tanah. Pengambilan air tanah yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan manusia dan rusaknya daerah aliran sungai (DAS) menyebabkan pengurasan air tanah sehingga tekanan hidrostatika tanah juga berkurang. Permasalahan salinitas daerah Pantai adalah air mampu melarutkan molekul garam dan mengangkutnya sebagai aliran permukaan (runoff) maupun pencucian (leaching) sehingga kadar garam, yang menyebabkan tanah menjadi salin, dapat berkurang (Marwanto,2009).
Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Pembangunan pertanian dapat dilakukan di lahan pasir pantai pada daerah selatan harus dipikirkan seiring menyempitnya lahan pertanian. Lahan pasir pantai tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di sekitar pantai untuk kegiatan pertanian, karena selamaini lahan pasir pantai dinilai tidak layak sebagai media tanam serta memiliki keterbatasan dan pengelolaannya lebih sulit dibandingkan lahan tegalan maupunlahan sawah. Lahan pasir pantai selatan merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia (Yuniarti, 2014).
Salinitas merupakan tingkat kadar garam yang terlarut pada air. Tanah dikatakan salin apabila mengandung garam-garam yang dapat larut dalam jumlah banyak sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyebab lahan salin terbagi atas dua bagian yaitu penyebab primer dan penyebab sekunder. Lahan salin primer terjadi secara alami dan sekitar 7 % dari permukaan bumi. Lahan salin sekunder terjadi akibat aktifitas manusia. Salinitas sekunder saat ini diperkirakan terjadi pada sekitar 80 juta ha yang awalnya cocok untuk pertanian (Samuel, 2003).
Kendala utama yang dimiliki lahan pasir pantai apabila akan dikembangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah sifst-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman (Tim FP-UGM, 2002). Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang antara laindicirikan oleh tekstur pasiran dengan kandungan hara rendah (Kartonegoro, 2003). Tindakan pemupukan yang tepat diperlukan agar lahan pasir dapat digunakan untuk pengembanagan produksi pertanian.
Lahan pasir pantai merupakan lahan bermasalah kedua setelah tanah masam, dimana lahan marginal pasiran pantai sangat potensial untuk dimanfaatkan menjadi lahan budidaya yang produktif terutama untuk budidaya tanaman hortikultura. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang 60% luas wilayahnya berupa perairan, sehingga di seluruh Indonesia terdapat kesediaan lahan pasir pantai yang sangat luas yang bisa dimanfaatkan untuk sector salah satu lahan alternatif pertaniaan seperti. Padi, Cabei, Melon, Buah Naga, Bawang Merah, Kubis (Saputro, T. E., 2015).
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000). mengatasi lahan marginal agar dapat dikondisikan sebagai lahan pertanian yang subur memerlukan motivasi, permodalan dan teknologi spesifik. Penerapan teknologi pengelolaan lahan pasir pantai ameliorasi dengan bahan ameliorant pupuk kandang, zeolit, lempung dan pupuk organik bertujuan untuk mencapai pengkodisian tanah sebagai syarat tumbuhnya tanaman untuk berproduksi secara optimal (Lestari, 2004 dan Sudiarjo, 2004).
Penyebab tanah salin antara lain: (1) tanah tersebut mempunyai bahan induk yang mengandung deposit garam; (2) intrusi air laut, akumulasi garam dari irigasi yang digunakan atau gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut; (3) Tanah salin dapat disebabkan juga oleh iklim mikro dimana tingkat penguapan melebihi tingkat curah hujan secara tahunan (Utama, 2009). Tanah salin mempunyai kadar garam (NaCl) netral yang larut dalam air sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kebanyakan tanaman. Kurang dari 15% dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah ditempati oleh natrium dan biasanya nilai pH kurang dari 8.5. Hal ini disebabkan garam yang terdapat dalam tanah adalah netral dan juga karena hanya sedikit natrium yang dijumpai (Soepardi, 2003).
Spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam rendah termasuk dalam kelompok tanaman glikofita, dan spesies-spesies tanaman yang mentoleransi konsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna sehubungan dengan berbagai akibat kerusakan atau gangguan yang ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Pengenalan gejala yang timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan struktur tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis tanaman yang cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah (Utama, 2009).
Salah satu bahan pembenah tanah untu perbaikan lahan pasir pantai adalah dengan pemberian arang. Arang adalah  sisa abu-abu gelap yang terdiri dari karbon, dan sisa abu, yang diperoleh dengan menghapus air dan konstituen yang mudah menguap lainnya dari hewan dan vegetasi zat. Arang ini biasanya dihasilkan oleh lambat pirolisis, pemanasan kayu atau bahan lainnya tanpa adanya oksigen (lihat pirolisis, arang dan biochar). Biasanya bentuk tidak murni dari karbon karena mengandung abu, namun gula arang adalah salah satu bentuk paling murni dari karbon tersedia, terutama jika tidak dibuat dengan pemanasan tetapi dengan reaksi dehidrasi dengan asam sulfat untuk meminimalkan memperkenalkan kotoran baru, kotoran dapat dihilangkan dari gula di muka. Lunak yang dihasilkan, rapuh, ringan, hitam, bahan berpori menyerupai batu bara (Paiman,2009).
Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (Gusmailina 2009). Penggunaan arang ini diharapkan dapat sebagai penyimpan air dan unsur hara tanah. Kondisi tanah bekas tambang pasir miskin hara dapat diperbaiki dengan cara penambahan unsur hara.
Pemanfaatan arang telah meluas, tidak hanya sebagai sumber energi bahan bakar tetapi arang juga dapat dijadikan sebagai bahan pembenah tanah (perbaikan-sifat-sifat tanah) dalam upaya rehabilitasi lahan dan memperbaikipertumbuhan tanaman. Arang juga dapat meningkatkan hara tanah walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, pemanfaatan arang menjadi sangat penting dengan banyaknya tanah terbuka atau lahan marginal akibat degradasi lahan yang hanya benyisakan sub soil (Komaryati, et al., 2003). Arang (giochar) merupakan salah satu bahan hasil proses pirolisis (pembakaran minim udara) yang dapat digunakan sebagai amelioran yang mampu menyimpan karbon dalam waktu lama hingga ratusan sampai ribuan tahun dibandingkan dengan teknik pengomposan bahan organik (Firmansa, 2010).

III.        METODE PAKTIKUM
A.      Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah pasir pantai, arang kayu, arang sekam, pupuk NPK mutiara dan benih tanaman kangkung. Alat yang digunakan adalah screen house, polybag, timbangan, ember, penggaris, timbangan elektrik, dan alat tulis.

B.       Prosedur Kerja
1.      Tanah pasir pantai disiapkan dengan menimbangnya 5 kg/polybag sebanyak 20 polybag.
2.      Arang sekam (AS) dan arang kayu (AK) diberikan sesuai dengan perlakuan dosis (K = 0 g, AS1 = 32 g, AS2 = 64 g, AS1 = 32 g, AS2 = 64 g), kemudian dicampur hingga merata dengan tanah pasir pantai yang sudah disiapkan.
3.      Setiap polybag disiram sampai kapasitas lapang, kemudian benih tanaman kangkung ditanam sebanyak 6 biji pada masing-masing polybag.
4.      Perlakuan dirancang secara RAKL dengan 4 ulangan.
5.      Setiap polybag dipupuk dengan NPK mutiara 10 hari setelah tanam dengan dosis 25 g/polybag.
6.      Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram setiap polybag dan penjarangan dengan menyisakan 3 tanaman/polybag.
7.      Pengendalian OPT dilakukan secara insidentil saja.
8.      Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 hari sekali.
IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
(Terlampir)
B.       Pembahasan
Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena mempunyai beberapa faktor pembatas, diantaranya: a) ketersediaan hara rendah, b) keasaman tanah tinggi, c) kandungan bahan organik rendah, d) tingkat erosivitas tinggi dan e) jika keasaman terlalu rendah mempunyai tingkat keracunan tinggi. Keadaan tanah yang demikian akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga diperlukan perlakuan-perlakuan khusus agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan adaptif terhadap kondisi lapangan (Yuwono 2009).
Arang sekam merupakan limbah tanaman padi berupa sekam yang telah melewati proses pembakaran. Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat poros, tidak kotor dan cukup untuk menahan air. Fungsi arang sekam antara lain untuk membuat media tanah menjadi kompak (tetap utuh/menyatu meskipun media dikeluarkan dari polybag, menetralkan pH tanah (kadar keasaman tanah), menggemburkan tanah, sehinga melancarkan
Arang kayu ialah kayu dari tanaman yang telah hangus terbakar dalam pengertian lain adalah residu yang terjadi dari hasil penguraian atau pemecahan kayu karena panas yang sebagian besar komponen kimianya adalah karbon. Untuk membantu proses media tanam arang kayu dianggap mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah siatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan di adaptasikan (Mia, 2011). Media arang kayu tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Sebelum dipergunakan sebagai media tanam, idelanya arang di pecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehngga memudahkan dalam penempatan di dalam pot (Sitompul, 1995).
Sirkulasi udara dan air dalam tanah, menyerap racun dan mengisolasi penyakit (mensterilkan media), menyimpan air dan akan melepas kembali pada saat tanah kering, arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan unsur hara dalam tanah untuk disajikan kepada bibit kapanpun diperlukan, hara tidak mudah tercuci sehingga kapanpun akan selalu ada dalam kondisi ibarat makanan siap saji bagi tanaman (Sutiyoso, 2004).
Menurut Septiani (2012), cara pembuatan arang kayu menggunakan tungku drum terdapat beberapa tahapan cara yang perlu diperhatikan, meliputi:
1.      Pembuatan tungku drum
Perlu diperhatikan pada saat pemotongan bagian atas drum agar tidak terdapat celah yang terlalu besar, jumlah lubang  udara yang harus dibuat pada  bagian bawah tungku, pembuatan penutup drum, dan cerobong asap. Cara pembuatan cerobong asap dan penutup memakai sisa potongan  bagian atas drum atau pelat besi dengan kombinasi bahan seng. Lubang udara pada bagian bawah drum harus diperhatikan jumlahnya  serta dibuat secukupnya
2.      Perlakuan kayu untuk bahan baku
Bahan baku kayu yang berasal dari limbah pembukaan ladang, berupa kayu sisa potongan cabang yang sudah tidak bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, serta berukuran diameter 5-10 cm dengan panjang 10-20 cm. Selain itu, potongan“dolog” berukuran besar juga dapat digunakan, namun perlu dipotong dan dibelah sesuai dengan ukuran yang dikehendaki serta sesuai dengan kapasitas tungku drum. Selain itu dapat digunakan bahan baku berupa tempurung kelapa, sekam padi, ranting daun, dsb. Limbah kayu dari pembukaan ladang yang masih dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Kayu dipotong dan dibelah, disesuaikan dengan ukuran dan kapasitas drum.
3.      Cara pengisian kayu ke dalam tungku
Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku setelah pada bagian dasar tungku diberi potongan kayu bakar atau sisa- sisa serutan kayu kering, dengan posisi mendatar dan serapat mungkin - agar dapat menampung kayu lebih banyak, serta diisi penuh hingga ke permukaan tungku. Pemberian potongan kayu kecil atau serutan kayu kering pada bagian dasar drum. Skema penyusunan kayu di dalam tungku drum - apabila kayu berukuran sangat kecil, perlu diberi lubang udara tambahan pada bagian tengah pada saat penyusunan. Penggunaan potongan dahan kecil atau batang bambu pada saat penyusunan kayu, untuk menyediakan rongga udara tambahan dalam drum. Contoh susunan kayu dalam drum yang siap untuk memulai proses pembakaran
4.      Cara pembakaran
Pada bagian dasar tungku drum diberi ganjal dengan bata merah atau batu setinggi ± 5-10 cm, pada 3 lokasi titik. Selanjutnya, di bawah tungku kemudian di beri potongan kayu bakar atau serutan kayu yang kering sebagai umpan yang telah diberi sedikit minyak tanah. Setelah api dinyalakan, tunggu sampai nyala bara api merembet ke dalam tungku melalui lubang udara sehingga bahan baku kayu yang terdapat di dalam tungku dapat terbakar dengan sempurna. Contoh pemberian ganjal bata atau kayu keras pada bagian dasar drum - kemudian diberi potongan atau serutan kayu kering yang telah diberi minyak tanah. Pemasangan tutup drum dan cerobong asap - untuk lebih mengarahkan asap hasil pembakaran yang keluar setelah pembakaran bahan baku berjalan. Proses dari pembakaran umpan sampai bahan baku terbakar dengan benar ±30 menit. Asap dari pembakaran potongan atau kayu serpih umpan terlihat tipis. Dengan berjalannya proses pembakaran, asap hasil pembakaran akan terlihat semakin berwarna putih tebal
5.      Penutupan lubang udara
Setelah proses pembakaran berjalan lancar, di bagian bawah tungku dan sekelilingnya ditutup dengan pasir atau tanah untuk memperkecil lubang udara - hanya diberi 3 lubang dengan diameter ± 3 cm. Bata atau batu pengganjal tungku diambil dan diganti dengan batu yang lebih pendek, setinggi ±3 cm. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi suplai udara ke dalam tungku drum Pembakaran kayu setelah tutup tungku drum dan cerobong asap dipasang. Setelah lubang udara
di bawah drum ditutup dengan tanah atau pasir, asap pembakaran terlihat putih dan tebal
6.      Penambahan bahan baku
Setelah proses pembakaran di dalam tungku drum sudah berjalan antara 3 sampai 4 jam, bahan kayu di dalam tungku biasanya sudah menyusut dan turun hingga kurang lebih tinggal setengahnya.Untuk menambahkan kayu, penutup tungku dibuka dan bahan kayu yang akan ditambahkan dimasukkan, kemudian diisi sampai penuh. Pasang kembali penutup tungku dan tunggu antara 3 sampai 4 jam.
7.      Pendinginan arang
Proses pengarangan biasa memerlukan waktu selama ± 7 sampai 9 jam bila kayu relatif basah. Apabila asap yang keluar sudah terlihat menipis putih atau bening kebiru-biruan, lubang udara di bagian bawah tungku ditutup serapat mungkin dengan diberi pasir atau tanah.Untuk memulai proses pendinginan, di bagian atas penutup tungku diberi tanah atau pasir serta cerobong asap ditutup dengan kain basah atau rumput yang rapat dan kemudian dilapisi tanah, sehingga tidak ada udara yang masuk ataupun keluar. Proses pendinginan arang pada tungku drum, memerlukan waktu rata-rata antara 4 - 5 jam dari awal penutupan
Salah satu bahan pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang dan abu sekam. Arang sekam sering dimanfaatkan petani untuk memperbaiki tanah pertanian. Selain itu, telah banyak penelitian yang menggunakan arang ataupun abu sekam untuk campuran media tanam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Penggunaan arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah. Abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan berat volume tanah (bulk density), sehingga tanah banyak memilki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah (Andriana, 2013).
Arang merupakan bahan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah terutama dapat memperbaiki sifat fisiko-kimia tanah (Gunawan 1987). Bahan ini mempunyai sifat absorpsi yang sangat kuat terhadap senyawa-senyawa terlarut udara dan air tanah serta endapan. Kemampuan arang dalam menyerap air dapat meningkatkan kapasitas tanah untuk untuk menyimpan air, sekaligus membatasi perkolasi air keluar dari tubuh tanah yang berarti pula membatasi perlindian hara terlarutkan. Kemampuan arang dalam menyimpan senyawa-senyawa terlarut terutama bahan organik yang larut pada air tanah dapat menjadi habitat baru bagi mikroba tanah yang dapat memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa-senyawa serapan sebagai sumber energinya (Gunawan 1987). Dari sifatsifat arang tersebut dapat diketahui arang dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Arang mempunyai banyak fungsi dalam pertumbuhan tanaman. Pembebasan unsur-unsur hara dari arang yang terjadi selama perombakan bahan organik tanah mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan tanaman yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan penambahan nutrisi biasa. Humifikasi bahan tersebut dari biomassa tanaman atau sumber yang lain tidak hanya menyediakan hara N, P, K dan nutrisi lainnya tetapi juga mempunyai pengaruh fisik dan fisiologi terhadap tanaman. Arang adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon dimana sebagian porinya tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Arang tersusun dari atom-atom yang secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya (Djatmiko et al. 1985).
Menurut Mia (2011), cara pembuatan arang sekam yaitu dengan cara disangrai, pembuatan arang sekam dengan cara dibakar dalam tong perlahan-lahan, dan pembuatan arang sekam dengan cara dibakar bersamaan dalam drum.
1.        Pembuatan arang sekam dengan cara disangrai
Pada prinsipnya pembuatan arang sekam dengan cara ini adalah dengan cara disangrai. Peralatan yang diperlukan adalah tungku dan seng. Caranya, sekam padi diletakkan di atas seng yang telah ditempatkan di atas tungku. Selanjutnya sekam disangrai sambil diaduk. Dengan cara ini akan diperoleh arang sekam sebanyak 40-50 kg dari 100 kg sekam segar.
2.        Pembuatan arang sekam dengan cara dibaar dalam tong perlahan-lahan
Caranya, masukkan sekam ke dalam tong sampai tinggi sekitar 20 cm. Tuang oli ke dalam tong dan bakar. Jika asap dari pembakaran berkurang maka sekam ditambah sedikit demi sedikit hingga tong penuh. Kemudian tong ditutup karung basah dan di atasnya diberi tutup hingga rapat. Biarkan sekam menjadi dingin. Setelah itu pisahkan arang sekam dengan abunya melalui penyaringan. Jumlah arang sekam yang diperoleh juga sekitar 40-50 kg dari 100 kg sekam segar. Cara ini kurang efisien karena memerluan waktu yang lebih lama dibandingkan cara disangrai.
3.        Pembuatan arang sekam dengan cara dibakar bersamaan dalam drum
Letakkan pralon atau bambu ditengah drum. Tuangkan sekam disekeliing bambu tadi sambil dipadatkan hingga drum terisi penuh dengan sekam. Cabut bambu/ pralon tani. Buatlah sumber api dilubang tadi menggunakan kayu bakar atau yang lain. Biarkan asap mengepul hingga sekam menjadi arang semua.
Perlakuan penggunaan arang sekam dan arang kayu memiliki pengaruh yang berbeda terhadap media tanam. Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan.  Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik.  Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia  hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali (Samuel,2003), Menurut Septiani (2012), Arang sekam sendiri memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium dalam tanah. pH arang sekam antara 8.5 - 9. pH yang tinggi ini dapat digunakan untuk meningkatkan pH tanah asam. PH tersebut memiliki keuntungan karena dibenci gulma dan bakteri. Peletakan sekam bakar pada bagian bawah dan atas media tanam dapat mencegah populasi bakteri dan gulma yang merugikan.
 Arang dari kayu sanggup mengikat air dalam jumlah sedikit. Keunikan dari media tipe arang kayu adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Apabila terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Selain itu, bahan media ini juga tak mudah lapuk jadi susah ditumbuhi jamur alias eendawan yang bisa memenyesalkan tanaman. Tetapi, media arang kayu cenderung miskin bakal unsur hara. Oleh sebabnya, ke dalam media tanam ini butuh disuplai unsur hara berupa software pemupukan. Sebelum dipakai sebagai media tanam, idealnya arang dipeceah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu jadi memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang dipakai untuk menanam dan tipe tanaman yang bakal ditanam (Paiman, 2009).
Berdasarkan praktikum pelakuan pemberian arang sekam dana rang kayu   untuk tanaman kangkung pada media pasir pantai menunjukkan bahwa dosis pemberian arang yang berbeda hasilnya tidak berbeda nyata terhadap peningkatan bobot tanaman. Sedangkan hasil penelitian Supriyanto (2010), menunjukan bahwa penambahan arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan pemupukan karena selain memperbaiki sifat fisik tanah (porositas, aerasi), arang sekam juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara, hara dilepas secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman/slow release sehingga tanaman terhindar dari keracunan dan kekurangan hara. Hasil pengamatan menunjukkan pertumbuhan tanaman di media yang ditambahkan arang sekam memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Penambahan arang sekam pada media tumbuh memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon. Penambahan arang sekam dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi semai jabon sebesar 18,31% - 28,36%. Dalam penelitiannya Yulfianti (2011), menjelaskan bahwa penambahan arang sekam dapat meningkatkan panjang akar, hal ini dikarenakan pada media yang Penambahan arang kayu menyebabkan adanya ruang yang dapat ditembus akar, sehingga akar dapat menyerap hara dalam jumlah banyak. Abu sekam mengandung SiO2, P dan K yang berasal dari proses pengabuan melalui pembakaran pada suhu tinggi, sehingga penambahan abu sekam dapat meningkatkan P dan K tanah liat. Penggunaan arang mempunyai keuntungan ganda yaitu selain dapat menyediakan unsur hara juga dapat sebagai pembenah tanah (soil amandement), yang pengaruhnya sangat diperlukan untuk memperbaki sifat fisik tanah yang berfungsi sebagai media untuk mengikat karbon dalam tanah (Herdiana et al. 2008).

V.           KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.        Pemberian arang pada praktikum ini dilakukan dengan mencampurkan arang dengan dosis yang berbeda pada tiap polybag yang berisi pasir pantai
2.        Pemberian arang pada tanah pasir pantai dengan dosis yang berbeda tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman kangkung.

B.       Saran
Praktikum harus dikerjakan dengan teliti dalam pengamatan dan perhitungan agar didapatkan hasil yang valid. Memperhatikan pemberian arang dilakukan secara tepat, sehingga dapat diketahui sejauh mana pengaruh pemberian arang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andriana H.K., M.Izzati, E.Saptiningsih. 2013. Pengaruh Penambahan Arang dan Abu Sekam. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 21, No. 1 : 1-17.
Djatmiko B, Ketaren S dan Setyahartini S. 1985. Pengolahan Arang dan Kegunaannya. Bogor (ID): Agroindutri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA-IPB.
Firmansa, M. A. Sinar Tani No. 33353. United National Development Program. Kalimantan Tengah.
Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor (ID): PAU Bioteknologi IPB.
Gusmailina. 2009. Arang kompos bioaktif : inovasi teknologi untuk menunjang pembangunan kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan.
Kertonegoro, B.D., 2003. Pengembangan Budidaya Tanaman Sayuran dan Hortikultura pada Lahan Pasir Pantai: Sebuah Model Spesifik dari D.I. Yogyakarta. Agr.UMY XI (2): 67-75.
Komarayati, S. Pari G., dan Gusmailina. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang untuk Rehabilitasi Lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Marwanto, S. A.Rachman, D.Erfandi. 2009. Tingkat salinitas Tanah Padi Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Mia, J. 2011. “Karakteristik Fisik Dan Kimia Kompos Bokashi, Arang Sekam, Dan Arang Kayu Terhadap Penyerapan Gas Amoniak (NH3)”. Ilmu Pertanian. Vol. 12, No.2 : 140 – 15.
Paiman, A. 2009. Efek Pemberian Berbagai Amelioran dan Abu terhadap Pertumbuhan dan produksi Kedelai pada Lahan Gambut. Jurnal Agronomi. Vol. 10, No. 2 : 85-92.
Prapto, Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. Harian Suara Merdeka.
Rajiman, Y.P., Sulistyaningsih, E., dan Hanudin, E. 2008. Pengaruh Pembenah Tanah terhadap Sifat Fisika dan Hasil Bawang Merah pada Lahan Pasir PantaiBugel. Jurnal Agrin 12(1):67-77.
Samuel, S. 2003. Penelitian Proses Karburisasi Padat dengan Media Arang Batok dan Energizer Barium Karbonat ,Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Saputro, T. E., 2015. AGRICULTURE RESEARCH CENTER DI LAHAN PASIR PANTAI BARU YOGYAKARTA (dengan Pendekatan Green Architecture). Artikel Publikasi.Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Septiani, D. 2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens). Seminar program stadi hortikultur. politeknik negeri Lampung.
Sitompul, S.M., dan Guritno, B., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soepardi, G. 2003. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supriyanto dan Fidryaningsih Fiona. 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba(Roxb.) Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 1 No. 1: 24-28.
Sutiyoso, Y. 2004. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tim FP-UGM, 2002. Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pantai. Propinsi DIY Kerjasama FP-UGM dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. DIY, Tim FP-UGM, Yogyakarta. 118p.
Utama, dkk. 2009. Mekanisme Fisiologi Toleransi Terhadap Cekaman Salinitas dan Al pada Spesies Legum Penutup Tanah. Jurnal Stigma. Vol. 12, No. 2 :186-191.
Yulfianti, C.E. 2011. Efek pemanfaatan Abu Kayu Sebagai Sumber Silika (Si) untuk Memperbaiki Kesuburan Tanah Sawah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Yuniarti, R. 2014. Penapisan Galur Kedelai Glycine max (L) Metil Toleran terhadap NaCl untuk Penanaman di Lahan Salin. Jurnal UI. Makara, Sains, Vol 8, No.1 , April 2004 : 21.
Yuwono NW. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan: 9 (2): 137-141.
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK