iklan banner

Kamis, 16 November 2017

PERKECAMBAHAN



like, comment, share

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)
ACARA V1
PERKECAMBAHAN

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beranekaragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik.
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performasi fenotif kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahanannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa.
Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Untuk itu sangat dibutuhkan benih-benih yang berkualitas. Berbicara mengenai kualitas benih, istilah ini dapat ditafsirkan secara umum bahwa kualitas benih harus mewakili penampilan kemampuan pada faktor-faktor seperti kebenaran varietas, presentase perkecambahan, presentase biji rerumputan, kekuatan tumbuh, bebas dari hama dan penyakit serta kontaminan-kontaminan lainnya.

B.     Tujuan
Mengetahui proses perkecambahan benih


II.          TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas benih yang terbaik adalah pada saat benih masak fisiologis karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan vigornya tertinggi. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas dan vigornya. Kemuduran benih didefinisikan sebagai menurunnya kualitas benih, baik secara fisik maupun fisiologis yang mengakibatkan rendahnya viabilitas dan vigor benih sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menurun. Laju kemunduran benih dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1.         Merupakan Sifat Genetis Benih
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung.
2.         Karena Faktor Lingkungan
Proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis. Proses ini terjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan benih, atau terjadi proses penyimpangan selama pembentukan dan prosesing benih (Harjadi, 1979).
Perkecambahan dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler, respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Bewley et al., 1994).
Perkecambahan biji adalah suatu proses pada biji yang terjadi sesudah panen dengan kata lain biji tersebut masak. Walau dari sebuah penelitian yang mendalam diperoleh bahwa biji bisa berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum,akan tetapi bibit tanaman yang berasal dari biji yang sangat muda bersifat sangat lemah, karena berat kering biji rendah, secara fisiologi belum masak dan jaringan penunjang tidak tumbuh dengan baik (Kamil, 1979).
Hasil penelitian Steinbauer (1958) menerangkan bahwa terdapat hubungan yang erat antar kecepatan berkecambah dengan vigor tanamannya, bahwa benih yang kecepatannya tinggi, tanaman yang akan dihasilkan akan lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan demikian jelas bahwa kecepatan berkecambah benih merupakan aspek penting dari vigornya, serta memberikan indeks vigor dari setiap kelompok benih. Karena itu perlu pula dilakukan pengujian tentang kecepatan berkecambah benih (Rineka cipta, 1992).

III.       METODE PRAKTIKUM
A.    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Petridis, kertas filter sebagai medium, dan pinset. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih padi A (benih baru) dan benih padi B (benih lama).

B.     Prosedur Kerja
1.      Benih padi A dan benih padi B masing-masing sebanyak 20 butir dikecambahkan di atas kertas filler sebagai medium yang telah diletakkan pada petridish.
2.      Petridish yang berisi benih padi tersebut kemudian disemprot dengan air.
3.      Dilakukan pengamatan setiap hari selama 8 hari dan kertas filler jangan sampai kering.
4.      Dihitung benih yang berkecambah (diambil). Sebagai kriteria berkecambah adalah setelah keluar akar sepanjang 5 mm.
5.      Dibandingkan perkecambahan antara benih A dan benih B

IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Benih A (Baru)
Jumlah benih berkecambah = 16
Jumlah benih yang dikecambahkan = 20
Benih B (Lama)
Jumlah benih berkecambah = 4
Jumlah benih yang dikecambahkan = 20


B.     Pembahasan
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. (Sutopo, 1984). indeks vigor benih diperoleh dari panjang akar seminal ditambah panjang tunas lalu dikalikan persentase perkecambahan  (Ballo dkk, 2012). Menurut  L.O Copeland (1977) telah mengemukakan rumus mencari indeks vigor perkeambahan benih adalah sebagai berikut :
Indeks vigor =
Dimana:  I.V = Indeks vigor
   G = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
   D = waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut
   n  = jumlah hari pada perhitungan akhir
Dalam penyimpanan benih perlu diperhatikan faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu, cahaya dan lain-lain. Faktor-faktor ini akan sangat mempengaruhi kualitas benih. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan benih berkecambah. Oleh karena itu faktor lingkungan harus dikontrol sedemikian rupa agar benih tidak berkecambah atau mengalami degradasi kualitas benih. Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang terjadi didalam benih. Semakin lama disimpan, daya kecambah benih akan semakin menurun (Lesilolo, 2012).
Tidak semua benih yang dikecambahkan dapat tumbuh  atau berkecambah 100%. Hal ini terjadi karena adanya faktor penghambat perkecambahan baik faktor dari dalam benih itu sendiri maupun faktor dari luar benih.
1.      Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a.    Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)
b.    Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c.    Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
d.    Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2.      Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a.    Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
b.    Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c.    Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d.    Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
e.    Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dihitung persentase perkecambahan benih A (benih baru) dan benih B (benih lama). Total benih yang dikecambahkan pada masing-masing jenis beni adalah 20 benih. Persentase perkecambahan pada benih A diperoleh sebesar 80%, sedangkan pada benih B diperoleh persentase perkecambahan sebesar 20% saja. Benih lama disini merupakan benih yang telah mengalami penyimpanan terlebih dahulu. Dengan demikian bahwa benih baru (benih A) memiliki daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih lama (benih B). Hal ini karena benih lama telah megalami penyimpanan dimana menurut Lesilolo (2012) semakin lama disimpan, daya kecambah benih akan semakin menurun. Sehingga otomatis persentase perkecambahan benih akan menurun atau rendah. Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang tinggi. Perkecambahan dan pertumbuhan embrio merupakan proses penting pada tanaman untuk pertanian dan ekosistem alami (Morla et al.,2011). Berikut ini merupakan gambar pengamatan hari pertama dan hari kedelapan perkecambahan padi A dan padi B :
Gambar 7. Perkecambahan hari ke1 dan hari ke 8 benih padi A dan padi B

V.          KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa benih yang mempunyai daya kecambah lebih tinggi adalah benih yang baru (benih A), sedangkan benih lama (benih B) mempunyai daya kecambah yang rendah akibat adanya penyimpanan pada benih

B.     Saran
Dalam pelaksanaan praktikum, praktikan harus melaksanakannya dengan sungguh – sungguh dan rajin dalam melakukan pengamatan terutama dalam menyemprot benih agar kertas filler tidak kering.

DAFTAR PUSTAKA
Ballo, Maria dkk. 2012. Respons Morfologis Beberapa Varietas Padi terhadap Kekeringan pada Fase Perkecambahan. Jurnal Bioslogos. Vol 2 No. 2. Agustus 2012.
Bewley, J. Derek and Michael Black. 1994. Seed Physicology of Development and Germination. Plenum Press, New York
Copeland, L.O.,. 1977. Principles of Seed Sciences and Technology, Burgess Publ. Comp., Minneapolis, Minnesota, USA.
Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Garmedia. Jakarta.
Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih 1. Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.
Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta
Lesilolo, M. K. dkk. 2012. Penggunaan Desikan Abu dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Benih Jagung pada Penyimpanan Ruang Terbuka. Jurnal Agrologia. Vol. 1 No. 1 : 51-59
Morla,S.,C.S.V.Ramachandra Rao,R.Chakrapani.2011.Factors affecting seed germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro conditions.Journal of Chemical,Biological and Physical Sciences 1: 328-334
Redaksi Rineka Cipta. 1992. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum). Jakarta: Rineka Cipta
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Terjemahan. Kerjasama Direktorat Jenderal Rehabiltasi Lahan dan Perhutanan Sosial dengan Indonesia Forest Seed Project. Jakarta.
Sutopo, Lita. 1984. Teknologi Benih.  PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
________    . 2002. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK