LIKE, COMMENT, SHARE . . .
LAPORAN RAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN DI LAHAN MARGINAL
ACARA 1
PERLAKUAN
PEMBENAH TANAH PADA LAHAN MARGINAL
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemberian bahan organik
sebagai pembenah tanah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas
lahan, meskipun kandungan hara dari bahan organik umumnya jauh lebih rendah
dibanding pupuk kimia. Bahan pembenah tanah dapat berbeda dalam hal sumber,
sifat, dan karakteristiknya. Beberapa pembenah organik seperti pupuk hijau dan
pupuk kandang segar bersifat mudah terdekomposisi dan cenderung melepaskan
kandungan hara secara cepat. Sebaliknya pembenah organik seperti jerami dan
pupuk kandang yang sudah mengalami pengomposan bersifat lebih stabil dan
melepaskan hara secara lambat. Pembenah organik di lahan kering biasanya
diperoleh dari lingkungan petani seperti pupuk kandang, sisa tanaman dan pupuk
hijau.
Tanaman
yang subur ditandai dengan kemampuannya untuk menyempurnakan siklus hidup yakni
pertumbuhan, perkembangan dan regenerasi. Tanah hanyalah hancuran batu dalam
perjalanannya bermuara ke laut. Tanah yang baik adalah tanah yang subur, karena
dari tanah lah tanaman mengambil sebagian besar hara esensial penyusun
tubuhnya.
Lahan marginal dapat
diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa
faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya
faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus
dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di lahan marginal
tidak akan memberikan keuntungan.
B.
Tujuan
Praktikum
acara 1 Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal bertujuan:
1. Mempelajari
cara pemberian pembenah tanah pada lahan marginal
2. Mengetahui
pengaruh pemberian pembenah tanah pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan
tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah dengan daya lulus air sangat tinggi
dan bertekstur pasir mempunyai potensi produksi pertanian rendah. Hal ini
disebabkan kehilangan air dan unsur hara yang sangat tinggi dari zona perakaran
efektif selama musim hujan atau di bawah irigasi yang berat (Mathan dan
Natesan, 1993). Keadaan tanah pasir pantai yang didominasi fraksi pasir dengan
kandungan bahan organik sagat rendah menyebabkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman rendah sedangkkan penambahan unsur hara melalui pemupukan mudah hilang
karena pelindian oleh air hujan atau irigasi.
Pembatas produksi tanaman yang utama pada
tanah pasir pantai adalah laju infiltrasi yang tinggi, daya simpan air yang
rendah, kehilangan unsur hara yang tinggi akibat pelindian, dan status
kesuburan tanah yang sangat rendah sehingga usaha perbaikan kondisi tanah
tersebut dapat membantu meningkatkan produksi (Laxminarayana dan Subbaiah,
1995). Perbaikan kondisi tanah pasir pantai dapat dilakukan dengan menambahkan
ke dalam tanah tersebut pupuk kandang sebagai bahan pembenah tanah.
Teknologi pembenah tangan telah digunakan
oleh petani lahan pasir pantai, yaitu dengan menggunakan bahan tanah lempung
sebagai pembenah tanah anorganik dan pupuk kandang sebagai bahan pembenah tanah
organik. Sumber bahan organik yang penting bagi tanaman antara lain adalah
pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, dan berbagai kotoran binatang (FAO, 1984).
Bahan organik tanah atau humus meliputi total senyawa organik di dalam tanah selain
jaringan tanaman dan hewan yang belum busuk, hasil sebagian peruraiannya, dan
biomassa tanah (Stevenson 1982 cit Spark, 1995). Bahan organik tanah memiliki
beberapa fungsi penting, antara lain adalah membentuk agregat tanah sehingga
dapat memelihara kehilangan tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi tanah,
meningkatkan daya memegang air dan unsur hara sehingga dapat mencegah
kehilangan hara akibat pelindian, meningkatkan kapasitas air tersedia bagi
tanah pasir, memasok sejumlah hara mikro dan senyawa pemacu pertumbuhan (FAO,
1984).
Pembenah anorganik
diantaranya adalah zeolit yang merupakan bahan alumino-silikat hanya mengandung
sedikit unsur hara, dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi,
mampu menyerap dan melepaskan unsur hara/air tanpa merubah sifat zeolit itu
sendiri. Kemampuan tersebut disebabkan oleh mineral-mineral yang porous namun
mempunyai struktur kimia yang stabil. Zeolit meningkatkan manfaat pupuk dengan
membuatnya tahan terhadap pencucian, imobilisasi dan hilang dalam bentuk gas
(Suryatini, 2015).
Beberapa pembenah tanah
telah diuji efektivitasnya pada tanaman kacang tanah varietas Kancil. Bahan
pembenah tersebut adalah zeolit, pupuk kandang sapi, dan dua pembenah formulasi
Balitkabi yaitu Formula-1 dan Formula-2. Masing-masing pembenah diberikan
dengan takaran 1% berat tanah per pot. Sebagai media tanam digunakan tanah
Alfisol dari lahan kering Malang Selatan yang merupakan lahan marginal dengan
pH 7,50 (agak alkalis), kadar C-organik 1,06% dan N total 0,18% (rendah), kadar
P 3,29 ppm (sangat rendah), sedangkan kadar K 0,52 me/100 g (sedang) (Suryatini,
2015).
Sumber daya lahan merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu sistem usaha
pertanian, karena hampir semua usaha pertanian berbasis pada sumber daya lahan.
Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena
memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan
tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan,
atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya
pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan
pembangunan pertanian di daerah marginal hampir dijumpai di semua sektor, baik
biofisik, infrastruktur, kelembagaan usahatani maupun akses informasi untuk
petani miskin yang kurang mendapat perhatian (Yuwono, 2009).
Untuk mengetahui apakah
suatu lahan termasuk marginal jika digunakan untuk buidaya pertanian dapat
dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Semakin banyak sifat tanah yang memiliki
harkat tidak sesuai, menunjukkan lahan tersebut marginal. Teknologi dan masukan
yang diterapkan pada suatu lahan dapat mengubah sifat tanah sehingga harkatnya
menjadi lebih sesuai untuk pertanian (Yuwono, 2009).
Lahan pasir pantai di
Indonesia dengan luas ± 1.060.000 ha (Kertonegoro, 2009) merupakan salah satu
potensi penting untuk pengembangan pertanian, dan diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti penyusutan lahan akibat alih fungsi menjadi non-pertanian.
Lahan tersebut merupakan lahan marginal dengan produktivitas yang rendah,
dicirikan oleh bahan penyusun tanah yang dominan terdiri dari pasir, sehingga
daya menahan air sangat rendah. Pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budidaya
tanaman secara produktif masih terbuka luas (Kastono, 2007). Budidaya wijen
akan berpotensi meningkatkan produktivitas lahan ini jika dipilih varietas yang
cocok dengan kondisi lingkungan (Budi, 2007). Macam varietas yang digunakan
perlu disesuaikan dengan tujuan pertanaman, kondisi iklim (ketersediaan air)
dan tanah.
Lahan pasir pantai
merupakan lahan marjinal dengan ciri-ciri antara lain: tekstur pasiran,
struktur lepas-lepas, kandungan hara rendah, kemampuan menukar kation rendah,
daya menyimpan air rendah, suhu tanah di siang hari sangat tinggi, kecepatan
angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan sifat-sifat tanah dan
lingkungan mikro sangat diperlukan, antara lain misalnya dengan penyiraman yang
teratur, penggunaan mulsa penutup tanah, penggunaan pemecah angin (wind breaker), penggunaan bahan pembenah
tanah (marling), penggunaan lapisan
kedap, dan pemberian pupuk (baik organik maupun anorganik) (Siradz dan Kabirun,
2007). Hasil penelitian Partoyo (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan nilai
indeks kualitas tanah, perlakuan penambahan tanah lempung dan pupuk kandang
dapat memperbaiki kualitas tanah.
Pemanfaatan lahan marginal
di sebagian besar wilayah Indonesia memiliki masalah tersendiri dalam hal
pencapaian produktivitas pertanian yang optimal. Lahan marginal umumnya
merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut. Ultisol merupakan
salah satu tanah marginal yang dapat direkayasa sebagai lahan budidaya
pertanian. Luas Ultisol mencapai 45,9 juta ha atau 24,3 % dari daratan
Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Papua, Sulawesi,
Jawa dan Nusa Tenggara. Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai
dari datar hingga bergunung (Prasetyo & Suriadikarta, 2006).
Upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut di atas telah dilakukan pencarian alternatif oleh
peneliti sebelumnya dengan penggunaan biochar (Lehmann & Joseph, 2009).
Biochar adalah produk pirolisis, yaitu pembakaran biomasa pada kondisi rendah
oksigen atau tanpa oksigen. Biochar merupakan 3 senyawa karbon yang relatif
stabil, lebih stabil dari bahan organik, disamping itu, biochar memiliki
afinitas yang tinggi terhadap kation. Karakteristik khas ini yang menyebabkan
biochar akan sangat bermanfaat untuk mengurangi laju degradasi tanah. Hasil
penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa biochar meningkatkan ketersediaan
hara dalam jangka panjang (Glaser et al., 2002; Lehmann, 2007; Lehmann &
Joseph, 2009; Major et al., 2009).
III.
METODE
PAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan adalah tanah pasir pantai, bokashi, bahan pupuk (Urea, KCl,
TSP), bibit/benih tanaman (kangkung), pestisida (fungisida dan insektisida),
dan air siraman. Alat yang dipergunakan dalam praktikum perlakuan pembenah
tanah pada lahan marginal antara lain: screen
house, polybag, timbangan, ember, dan alat pengamatan (seperti: penggaris, timbangan
elektrik, alat tulis, dll.).
B.
Prosedur
Kerja
1. Tanah
pasir pantai disiapkan dan ditimbang sebanyak 5 kg per polybag.
2. Polybag
disusun dan diberi label dengan perlakuan siacak kelompok (RAKL), dengan 3 kali
ulangan.
3. Pada
perlakuan P1 dan P2 diberi bokashi, kemudian diaduk hingga homogen. (P1= 32 gr,
P2= 64 gr).
4. Masing-masing
polybag disiram hingga kapasitas lapang.
5. Kemudian,
benih kangkung ditanam 5 benih per polybag.
6. Benih
diamati dan dipelihara. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali, sedangkan pemeliharaan
dilakukan setiap hari selama 26 hari.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
(terlampir)
B.
Pembahasan
Beberapa
kelebihan lahan pasir pantai untuk lahan pertanian yakni: luas, datar, jarang
banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal (Yuwono,
2009). Namun, rendahnya kandungan bahan organik mempengaruhi kondisi agregat
tanah sehingga struktur tanah lepas-lepas. Pemberian bahan organik (pupuk
kandang) merupakan salah satu cara dalam upaya meningkatkan kualitas lahan
tersebut (Sanchez, 1992). Bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah baik
secara fisik, kimia dan biologi. Bahan organik merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme tanah sehingga populasi mikroorganisme meningkat, yang
selanjutnya mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara (Buckman & Brady,
1982; Widiana, 1994). Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang memperbaiki struktur
tanah, kemantapan agregat tanah, daya menahan air, permeabilitas, pengharaan,
aerasi dan perkembangan akar (Rajiman, 2011). Pupuk kandang sapi merupakan
sumber bahan organik yang mengandung nitrogen (N) 1,05%, fosfor (P) 0,5%,
kalium (K) 0,73%, Mg 0,13%, Ca 0,11%, dan Fe 7569 ppm, pH 6,5 (Musofie, 2008).
Dalam perombakan bahan organik akan dilepas mineralmineral hara tanaman N, P,
K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro dalam jumlah yang relatif kecil (Rosmarkam
dan Yuwono, 2002).
Pembenahan tanah adalah bahan alami atau sintetik mineral
atau organik untuk menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan
rehabilitasi lahan salah satunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah
(sifat fisik, kimia dan biologi tanah). Pemulihan sifat tanah dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai bahan amlioran (pembenah tanah), salah satunya
adalah biochar atau arang (Maftuhah, 2009).
Pembenah tanah (soil conditioner) berfungsi menambahkan nutrisi, memperkaya tanah,
dan memungkinkan tanaman untuk tumbuh lebih besar dan kuat. Pemebenah tanah
dapat digunakan untuk meningkatkan retensi air pada tanah kering, tanah kasar
yang tidak menahan air dengan baik, dan ditambahkan untuk menyesuaikan pH tanah
agar memenuhi kebutuhan tanaman tertentu atau untuk membuat tanah sangat asam atau alkali agar
lebih bermanfaat. Beberapa contoh pembenah tanah meliputi bonemeal, gambut, kapur, bloodmeal,
teh kompos, pupuk kimia, dan sphagnum
humus. Banyak pembenah tanah datang dalam bentuk produk organik bersertifikat.
Beberapa pembenah tanah bekerja masuk ke dalam tanah dan diserap akar tanaman
(Smith, 2010).
Pembenah
tanah yang dapat dimanfaatkan di lahan pasir pantai antara lain pupuk kandang,
blontong, tanah grumusol, lumpur sungai dan limbah karbit. Tanah grumusol dan
lumpur sungai merupakan tanah yang didominasi fraksi lempung lebih dari 40%.
Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari sisa bahan makanan ternak yng
bercampur dengan kotorannya, baik dalam bentuk vair atau padat. Ppuk kandang
akan menghasilkan humus yang berperanan penting dalam menentukan penyediaan
hara dan air bagi tanaman. Blotong merupakan salah satu limbah padat pabrik
gula yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu. Sifat blotong yang mendukung
perbaikan sifat tanah antara lain daya menahan air tinggi, berat volume rendah,
porous, KPK tinggi (Muhammad et al., 2003).
Konsep penggunaan bahan pembenah tanah
adalah (Dariah, 2007):
a.
Pemantapan agregat tanah
untuk mencegah erosi dan pencemaran.
b.
Mengubah sifat hidropobik
atau hidrofilik sehingga mengubah kapasitas tanah menahan air (water holding capasity).
c.
Meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah.
d.
Beberapa bahan pembenah
tanah juga mampu menyuplai unsur hara tertentu meskipun jumlahnya relatif kecil
dan seringkali tidak semua unsur hara terkandung dalam bahan pembenah tanah dan
dapat segera digunakan untuk tanaman.
Kemampuan
tanah dalam menyimpan air akan mempengaruhi kelembaban tanah untuk menjamin
suplai nutrient untuk pertumbuhan tanaman. Kemampuan ini sangat krusial dalam
efisiensi penggunaan air (Saleth dkk., 2009). Salah satu syarat pemilihan
pembenah tanah adalah berdasarkan pada kemampuan menyimpan air (Amarshadi and
Ismael, 2014). Ketersediaan air dalam tanah akan menjamin keadaan lingkungan
yang lebih baik bagi akar, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Davies
dkk., 2004).
EM
Bokashi adalah pupuk kompos organik yang diproses secara teknologi terkini dari
bahan-bahan pupuk kandang murni, dedak padi, arang sekam padi dan molase
melalui fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme bermanfaat dari teknologi
EM, sehingga menghasilkan pupuk yang bermutu tinggi, tidak bau, tidak berbahaya
dan ramah lingkungan (bukan racun dan obat-obatan kimia). Pupuk ini dapat
menyehatkan tanaman/menyuburkan tanaman, menggemukkan tanah dan meningkatkan
tersedianya unsur hara tanaman (Astirin & Sutiman, 2006).
Pupuk
organik bokashi memiliki keunggulan dan mafaat, yaiu meningkatkan populasi,
keragaman, dan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan, menekan
perkembangan pathogen yang ada di dalam tanah, mengandung unsur hara makro (N,
P, dan K) dan unsur mikro seperti: Ca, Mg, B, S, dan lain-lain, menetralkan
pHtanah, menambah kandungan humus tanah, meningkatkan kesuburan dan produksi
tanaman (Nasir, 2008). Menurut Nasir (2008) penggunaan bokashi EMsecara rinci
berpengaruh terhadap: a. peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman, b. aktivitas
hama dan paenyakit dapat ditekan, c. peningkatan aktivitas mikroorganisme
indogenus yang menguntungkan, d. fiksasi nitrogen, e. mengurangi kebutuhan
pupuk dan pestisida kimia.
Menurut
Dahlan dan Kaharuddin (2007) perlakuan bokashi memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, berat basah pipilan dan berat kering tanaman kangkung
terhadap pasir pantai. Jumlah penggunaan pupuk bokashi cenderung memberikan
hasil meningkat sesuai dengan peningkatan dosis yang digunakan. Ketersediaan
struktur tanah, tata udara, dan hara dalam tanah yang baik sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap
unsur hara.
Bokashi memiliki keunggulan dibandingkan produk sejenis,
keunggulannya adalah kandungan unsur haranya relatif tinggi dan kompleks, mudah
diserap perakaran tanaman dan proses pembuatannya lebih mudah dan lebih cepat.
Kandungan senyawa organik bokashi berupa gula, alkohol, asam amino, protein,
karbohidrat, dan senyawa lain (Wididana, 1999 dalam Anitasari, et al.
2015). Bokashi digunakan sebagai pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah,
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Anitasari, et al. 2015).
Bokashi
memiliki peranan penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan
biologis. Penambahan bokashi dalam tanah dapat memperbaiki struktur, tekstur,
dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki keadaan aerasi dan drainase serta
kemampuan daya serap tanah terhadap air. Pemupukan bokashi mengakibatkan tanah
yang strukturnya ringan berpasir menjadi lebih baik, daya ikat air menjadi
lebih tinggi dan tanah yang berat atau tanah liat menjadi lebih optimal dalam
mengikat air. Bokashi juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dari pupuk mineral oleh
tnaman (Murbandono, 2008).
Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan
kompos merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau
cair. Bahan organik dapat bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan secara fisik,
kimia dan biologi tanah. Pemberian pupuk dalam bentuk dan jumlah yang tepat
berperan penting untuk keberlanjutan sistem produksi kedelai (Marwoto, 2009).
Pupuk organik memiliki fungsi yang penting yaitu menggemburkan topsoil,
meningkatkan populasi dan aktifitas mikroorganisme, meningkatkan daya serap dan
daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah
(Sutedjo, 2008). Menurut Sutedjo (2008) pemberian bahan organik akan
menghasilkan anion dan kation yang akan mengurangi fiksasi sehingga unsur P
menjadi tersedia bagi tanaman. Fosfor berfungsi dalam pembentukan bunga dan
buah, serta meningkatkan produksi biji-bijian.
Bokashi sudah digunakan para petani dalam perbaikan tanah secara
tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan
persediaan unsur hara bagi tanaman. Keunggulan pengguanan teknologi EM4 adalah
pupuk organic (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relative singkat
dibandingkan dengan cara konvensional. EM4 mengandung Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp., ragi bakteri foto sintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah disekitar lahan
pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau
serbuk gergaji (Maruli, 2014).
Hasil penelitian Mustari (2004) menunjukkan bahwa kandungan hara
pada pupuk bokashi dari limbah tanaman dapat dijadikan pupuk organic karena
memiliki unsur hara tinggi, pupuk bokashi akan memberikan pengaruh yang baik
pada pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas tanaman jagung dan lainnya.
Meningkatnya kandungan unsur hara dan semakin netral tanah, akan memperbaiki
pertumbuhan dan peningkatan produktivitas tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa
pupuk bokashi dapat digunakan dalam usaha pengembangan usaha tani ramah
lingkungan, karena selain tidak menyebabkan pencemaran, limbah tanaman juga
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan tinggi tanaman kangkung
pemberian pembenah tanah terhadap pasir pantai menunjukkan pengaruh yang
signifikan dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pembenah tanah.
Pemberian pembenah tanah dengan dosis 32 gram/ 5 kg pasir rata-rata pengukuran
tinggi tanamannya adalah 20,09 cm (P1N0); 19,36 cm (P1N1); dan 17,86 cm (P1N2).
Pemberian pembenah tanah dengan dosis 64 gram/ 5 kg pasir rata-rata pengukuran
tinggi tanamannya adalah 25,03 cm (P2N0); 20,92 cm (P2N1); dan 13,57cm (P2N2).
Sedangkan untuk hasil rata-rata tinggi tanaman tanpa pembenah tanah adalah
16,16 cm; 13,76 cm; dan 9,116 cm. hal ini sesuai dengan penelitian
Dahlan dan Kaharuddin (2007) perlakuan bokashi memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman. Dampak penggunaan pupuk bokashi secara ekonomi adalah
dapat menghemat penggunaan biaya produksi pada usaha tani, memberikan nilai
guna bagi limbah pertanian, dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang
semuanya bermuara untuk meningkatkan keuntungan (Marsudi, 2011).
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Bokashi sebagai pembenah
tanah diberikan pada saat praktikum dengan cara mencampurkannya pada tanah
pasir dalam setiap polybag berlabel P1 (32 gram) dan P2 (64 gram).
2.
Berdasarkan hasil
analisis menyatakan penggunaan bokashi dengan dosis yang berbeda menunjukkan
hasil tidak berbeda nyata sehingga tidak terdapat perlakuan terbaik. Perlakuan
bokashi memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat basah pipilan
dan berat kering tanaman kangkung terhadap pasir pantai.
B.
Saran
Praktikum
harus dikerjakan dengan teliti dalam pengamatan dan perhitungan agar didapatkan
hasil yang valid. Perlu adanya pengujian yang lebih lanjut untuk melihat
pengaruh yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Almarshadi,
M.H.S. dan Ismail, S.M (2014): improving Light Textured Soil Properties by
water regime and soil amandements under Dry Land Conditions. Life Science
Journal 2014: 11(4).
Anitasari,
F. Rahayu Sawitri, & Agus Suprapto. 2015. Pengaruh Pupuk Organik dan
Dolomit pada Lahan Pantai terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai. The Second
University Research Coloquium. Universitas Tidar.
Astirin,
O. P. & Sutiman B. M., 2006. Polimorfisme Enzim Isositrat Dehidrogenase,
Laktat Dehidrogenase dan α-Glicerofosfat Dehidrogenase pada Udang Windu
(Penaeus monodon Fab.) Tahan Hidrogen Sulfida. Biodiversitas. Vol. 7(3): 203-207.
Buckman,
H.O. dan Brady, 1982. Ilmu tanah. Penerjemah : Soegiman. Bharata Karya Aksara,
Jakarta. hal. 131-191.
Budi,
L.S., 2007. Pengaruh cara tanam dan penggunaan varietas terhadap produktivitas
wijen. Buletin Agronomi 35(2): 135-141.
Davies,
L.C., Novais, J.M., Martins-Dias, S. (2004): Detoxification of olive mill
wastewater using superabsorbent polymers. Environmental Technology, 25, 89-100.
FAO.
1984. Fertilizer and Plant Nutrition Guide. United Nation. Rome.
Kastono,
D. 2007. Aplikasi model rekayasa lahan terpadu guna meningkatkan peningkatan
produksi hortikultura secara berkelanjutan di lahan pasir pantai. Jurnal Ilmu
Pertanian vol: 3. Desember 2007. hal 112-116.
Kertonegoro,
B.D. 2009. Peluang pengembangan agribisnis sayuran di lahan pasir pantai
Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta (Kasus Desa Bugel Kecamatan Panjatan).
Laxminarayana
K., and G.V. Subbaiah. 1995. Effect of ixing of Sandy Soil with Clay Vertisol
and Potassium on Yield and Nutriet Uptake by Groundnut. Ind. Soc. Soil. Sci.
Journal 43(4): 694-696.
Lehmann,
J. and S. Joseph., 2009. Biochar for Environmental Management Sciense and
Technology. Earthscan in the UK and USA.
Maftuhah,
I. 2009. Pengaruh berbagai bahan pembenah tanah terhadap sifat fisik tanah
latosol untuk budidaya tanaman sayuran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marsudi, E. 2011. Analisis Keuntungan Usaha Pengolahan Pupuk
Bokashi. Sains Riset. Vol. 1 No. 2.
Maruli, Tohodo Ary. 2014. Pengaruh Penambahan Dosis pupuk organic
dan macam Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Semi (Zea mays L.).
Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas Prtanian Universitas
Jember. Jember.
Marwoto. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Mathan,
K.K. and R. Natesan. 1993. Effect of Compaction on Yield and Nutriet Uptake in
Sandy Soils. Ind. Soc. Soil. Sci. Journal 4194): 765-767.
Muhammad,
H. S. Sabiham, A. Rachim dan H. Adijuwana. 2003. Pengaruh Pemberian Sulfur dan
Blotong terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah pada Tanah Inceptisol. J.
Hort. 13 (2): 95-104.
Murbandono.
2008. Membuat Kompos. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Mustari,
K. 2004. Pengunaan Pupuk Bokashi pada Tanaman Jagung dalam Rangka Mengembangkan
Usaha Tani Ramah Lingkungan. J. Agrivigor 4 (1) : 74-81. Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanudin.
Nasir,
2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi Padi
Palawijadan Sayuran. Dinas Pertanian dan Peternakan Pandeglang. Banten.
Partoyo
(2005) Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas
Yogyakarta. Ilmu Pertanian. Vol. 12
No.2, 2005 : 140 – 151.
Prasetyo,
B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi
pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia. J. Litbang Pertanian., 25 (2): 39 – 47.
Rajiman,
2010. Pemanfaatan bahan pembenah tanah lokal dalam upaya peningkatan produksi
benih bawang merah di lahan pasir pantai Kulon Progo. Disertasi FP-UGM
Yogyakarta.
Roesmarkam,
A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Sanchez,
P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Alih bahasa : Amir Hamzah.
Institut Teknologi Bandung. Bandung. 397 hal.
Saleth,
R.M., A.Inocencio. A. Noble dan S. Ruaysoongnern (2009). Economic games of
improving soil fertility and water holding capacity with clay applications: The
impact of soil remediation Research in north east Thailand. International water
management Institute Columbia. Srilangka.
Siradz,
SA. dan S. Kabirun (2007) Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai Dengan
Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 2
(2007) : 83-92.
Suryatini,
2015. Efektivitas Beberapa Bahan Pembenah Tanah untuk Peningkatan Produktivitas
Kacang Tanah di Lahan Marginal. Info Teknologi. BALITKABI. Litbang Pertanian.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Tola
F., Hamzah Dahlan., & Kaharuddin. 2007. Pengaruh penggunaan dosis pupuk
bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Jurnal
Agrisistem 3 (1): 1-8.
Yuwono,
N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingk., 9 (2): 137 – 141.
Wididana, G. N. 1999. Materi Pelatihan Pertanian Terpadu dengan
Teknologi EM4. Institut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar