iklan banner

Kamis, 16 November 2017

PEMUPUKAN TANAH MARGINAL

LIKE, COMMENT, SHARE . . .
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN DI LAHAN MARGINAL
ACARA 2 PEMUPUKAN TANAH MARGINAL
I.              PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Usaha     untuk menigkatkan produksi pertanian dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas lahan dan perluasan areal. Perluasan areal merupakan factor dominan bagi pertumbuhan produksi tanaman pangan dan hortikultura. Prluasan areal ke lahan-lahan marginal untuk peningkatan tanaman tersebut mulai banyak dipilih. Lahan pasir pantai merupakan salah satu lahan marginal yang banyak dipilij karena berpotensi dan telah berhasil untuk pengembangan produksi pertanian.
Pemupukan merupakan tindakan budidaya pertanian yang bertujuan menambah kebutuhan hara bagi tanaman, sehingga tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Banyaknya hara yang harus ditambahkan untuk memenuhi kecukupan hara bagi tanaman tersebut, dapat didasarkan atas analisis jaringan tanaman dan atau anlisis tanah.
Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan pembangunan pertanian di daerah marginal hampir dijumpai di semua sektor, baik biofisik, infrastruktur, kelembagaan usahatani maupun akses informasi untuk petani miskin yang kurang mendapat perhatian.
B.            Tujuan
Praktikum pemupukan tanah marginal bertujuan:
1.      Mempelajari cara pemupukan pada tanah marginal.
2.      Mengetahui pengaruh pemupukan hara N, P, dan K pada tanah pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu yang termasuk ke dalam lahan marginal adalah lahan pasir. Selama ini penanganan lahan pasir masih relatif kurang. Karakter wilayah pantai ke arah daratan sebagai berikut: gumuk pasir (dunes) berkisar antara 20-5—m terdiri atas pasir kasar, bukit pasir (sand ridge) antara 500-1000 m tersusun atas pasir kasar-sedang, lagoon berkisar antara 1000-2500 m, dan perkampungan terletak sekitar >2500 m dari garis pantai ke arah pedalaman. Tekstur bahan penyusun tanah umumnya makin halus ke arah pedalaman. Bahan-bahan tersebut terutama berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung berapi  (Siradz dan Kabirun, 2007).
Kendala utama yang dimiliki lahan pasir pantai apabila akan dikembangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah sifst-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman (Tim FP-UGM, 2002). Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang antara laindicirikan oleh tekstur pasiran dengan kandungan hara rendah (Kartonegoro, 2003). Tindakan pemupukan yang tepat diperlukan agar lahan pasir dapat digunakan untuk pengembanagan produksi pertanian.
Pupuk kandang merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang sumbernya mudah didapat dan cukup tersedia. Pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca),magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman (Andayani dan La Sarido, 2013). Ditambahkan lagi oleh Marsono (2004) dan Samekto (2006) bahwa pemberian pupuk organik dapat mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar lebih baik, meningkatkan serap dan daya pegang tanah terhadap air serta memperbaiki kehidupan organisme dalam tanah, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan selanjutnya dapat memperbaiki produksi.
Lahan pasir pantai merupakan lahan bermasalah kedua setelah tanah masam, dimana lahan marginal pasiran pantai sangat potensial untuk dimanfaatkan menjadi lahan budidaya yang produktif terutama untuk budidaya tanaman hortikultura. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang 60% luas wilayahnya berupa perairan, sehingga di seluruh Indonesia terdapat kesediaan lahan pasir pantai yang sangat luas yang bisa dimanfaatkan untuk sector salah satu lahan alternatif pertaniaan seperti. Padi, Cabei, Melon, Buah Naga, Bawang Merah, Kubis (Saputro, T. E., 2015).
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000). Mengatasi lahan marginal agar dapat dikondisikan sebagai lahan pertanian yang subur memerlukan motivasi, permodalan dan teknologi spesifik. Penerapan teknologi pengelolaan lahan pasir pantai ameliorasi dengan bahan ameliorant pupuk kandang, zeolit, lempung dan pupuk organik bertujuan untuk mencapai pengkodisian tanah sebagai syarat tumbuhnya tanaman untuk berproduksi secara optimal (Lestari, 2004 dan Sudiarjo, 2004).
Salah satu cara untuk mengatasi faktor pembatas dari lahan pasir pantai adalah dengan pemberian bahan organis melalui pemupukan. Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian bahan organik dapat dilakukan dengan mencampurkan bahan organik ke dalam tanah atau pemberian bahan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke lahan dalam kondisi sudah matang atau mentah. Pemberian bahan organik dalam kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman (Putri, 2011).
 III.        METODE PAKTIKUM
A.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanah pasir pantai, bokashi, bahan pupuk (Urea, KCl, TSP), bibit/benih tanaman (kangkung), pestisida (fungisida dan insektisida), dan air siraman. Alat yang dipergunakan dalam praktikum perlakuan pembenah tanah pada lahan marginal antara lain: screen house, polybag, timbangan, ember, dan alat pengamatan (seperti: penggaris, timbangan elektrik, alat tulis, dll.).

B.            Prosedur Kerja
1.    Tanah pasir pantai disiapkan dan ditimbang sebanyak 5 kg per polybag.
2.    Polybag disusun dan diberi label dengan perlakuan siacak kelompok (RAKL), dengan 3 kali ulangan.
3.    Pada perlakuan P1 dan P2 diberi bokashi, kemudian diaduk hingga homogen. (P1= 32 gr, P2= 64 gr).
4.    Masing-masing polybag disiram hingga kapasitas lapang.
5.    Kemudian, benih kangkung ditanam 5 benih per polybag.
6.    Benih diamati dan dipelihara. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali, sedangkan pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 26 hari.
7.    Pemupukan dilakukan 10 hari setelah tanam (hst).
8.    Pemupukan dilakukan dengan cara membenamkan pupuk kedalam tanah pasir pantai dengan dosis 13 gram per 5 kg pasir untuk polybag ber label N1 dan dosis 26 gram per 5 kg pasir untuk polybag ber label N2.



IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
(Terlampir)
B.       Pembahasan
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik yang jika ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah atau kesuburan tanah. Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir, ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi, pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya (Hasibuan, 2006).
Pemupukan juga sangat dibutuhkan untuk tanaman. Dalam pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ada tidaknya gangguan yang mengakibatkan ketidak seimbangan unsur hara di dalam tanah yang berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman sehingga pupuk yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah pupuk organik. Lahan pantai tanahnya cenderung berpasir sehingga memiliki sifat yang sangat porous dan tidak mampu menahan air lebih lama sehingga air tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk organik mampu meningkatkan daya simpan air menjadi lebih lama sehingga air dapat tertahan lebih lama pada zona perakaran, jika daya simpan air meningkat maka harus diatur dosis pemberian pupuk organik sehingga lahan pantai menjadi sesuai untuk pertumbuhan kedelai (Anitasari et al., 2015).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan gambaran kemampuan permukaan koloid tanah untuk mengadopsi berbagai kation dari proses pencucian. Tinggi rendahnya KTK ditentukan oleh kandungan dari tipe liat tanah serta kandungan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi secara sempurna. Peningkatan KTK tanah akan menaikkan nilai kesuburan tanah, demikian juga respon terhadap pemupukan. Dengan kata lain efisiensi pemupukan lebih tinggi pada tanah yang mempunyai KTK yang tinggi (Budi Santoso, 2006).
Pemberian pupuk dalam bentuk dan jumlah yang tepat berperan penting untuk keberlanjutan sistem produksi kedelai (Marwoto, 2009). Pupuk organik memiliki fungsi yang penting yaitu menggemburkan topsoil, meningkatkan populasi dan aktifitas mikroorganisme, meningkatkan daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutedjo, 2008).
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Menurut (Siti Rochani, 2007) pemupukan adalah usaha untuk menambah kesuburan tanah sehingga tanaman cepat berbunga dan berbuah.
Pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K yang berimbang memang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pembibitan karena ketiga unsur hara tersebut dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan daun, sehingga dapat meningkatkan diameter batang tanaman, pertambahan jumlah daun, tinggi tanaman dan total luas daun. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf et al. (2010) yang menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan unsur yang memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar.
Pemakaian pupuk buatan diusahakan seminimal mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemakaian pupuk buatan yang berlebihan tidak hanya dapat merusak lingkungan namun juga dapat merusak daerah perakaran tanaman sehingga dapat mengakibatkan kelayuan, pertumbuhan yang tidak optimal dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik et al. (2011) yang menyatakan bahwa pupuk buatan mempunyai kelemahan dibandingkan dengan pupuk alam, misalnya bila tidak dengan perhitungan, dosis pupuk yang berlebihan dapat merusak lingkungan terutama di daerah perakaran tanaman.
Pada Pupuk NPK terdapat unsur N yang berperan penting dalam pembentukan daun dan senyawa organik lainnya. Unsur N sangat di butuhkan pada saat tanaman masih muda dan dalam tahap pembentukan organ vegetatif tanaman. Dalam literatur Jamilin (2011) dikatakan bahwa Nitrogen di dalam tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai senyawa organik lainnya. Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.
Interaksi perlakuan antara bokashi dan pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tanaman. Oleh karena interaksiperlakuan pupuk majemuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter, maka tidak terjadi interaksi perlakuan di antara keduanya. Salah satu penyebabnya mungkin pengaplikasian dosis yang tidak sesuai (Yudo dan Fatah, 2014).
Menurut Rizwan (2010), kombinasi dari dua perlakuan tertentu tidak selamanya memberikan pengaruh yang baik pada tanaman. Kombinasi dari dua perlakuan dapat mendorong, menghambat atau sama sekali tidak memberikan respon terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kondisi tersebut terjadi karena respon terhadap pupuk yang diberikan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain sifat genetis dari tanaman dan kondisi iklim. Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri melainkan satu sama lain saling berkaitan.
Efendi (2011) mengemukakan bahwa pupuk juga dapat memperkaya unsur hara dalam tanah, pupuk yang diberikan dapat berupa organik maupun anorganik. Petani masih tetap bergantung pada pupuk anorganik diantaranya NPK phonska, pupuk NPK phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari unsur nitorgen(N), phospor (P), kalium (K) dan juga sulfur (S) sehingga petani tidak lagi menggunakan pupuk tunggal yang sering di campur dengan pupuk yang lainnya yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan, selain itu juga pupuk NPK phonska dapat menghemat biaya produksi karena kandungan hara yang terdapat dipupuk ini dapat memenuhi kandungan nutrisi hara yang diperlukan tanaman sehingga petani tidak perlu menambahkan pupuk yang lain, selain itu juga pupuk NPK phonska dapat memperkuat perkuat perakaran tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh ketika malai sudah berisi sehingga dapat berakibat pada penurunan hasil ta naman padi sawah.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur hara dalam tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu atau mati. Kekurangan unsur hara dalam tanah ini dapat diatasi dengan cara penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk. Menurut Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Nitrogen, fosfor dan kalium adalah tiga unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang tidak hanya mengandung dua unsur saja tapi tiga unsur sekaligus yang merupakan gabungan dari pupuk tunggal N, P dan K (Lingga 1998). Pupuk NPK (NitrogenPhosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20- 15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit 2002).
Fungsi nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Kecuali itu nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan lainnya (Lingga 1998). Tanaman yang kekurangan unsur hara Nitrogen akan berwarna hijau, daun bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat muda dan terlihat pula batangnya pendek dan lemah.
Unsur fosfor sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi. Gejala-gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003). Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda.
Unsur kalium berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan kekeringan. Salah satu fungsi spesifik unsur K adalah sebagai pengimbang atau penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi sukulen (awet muda) sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan mudah rontoknya bunga/buah/daun/cabang. Hal ini karena unsur K berfungsi meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah 2007).
Hadisuwito (2007 ) mengemukakan Fungsi unsur hara N yaitu membentuk protein dan klorofil, fungsi unsur P sebagai sumber energi yang membantu tanaman dalam perkembangan fase vegetatif, fungsi Ca untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan menguatkan batang, unsur K berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta fungsi dari unsur S membantu dalam pembentukan asam amino, dan membantu proses pertumbuhan lainnya. Pada beberapa daerah dosis dan penggunaan pupuk NPK phonska berbeda-beda dari 250kg/ha sampai dengan 300kg/ha tergantung kondisi tanah didaerah tersebut. Oleh karena itu pengaruh jumlah bibit serta dosis pupuk NPK phonska yang berbeda akan dikaji dalam penelitian ini.
Secara teori, pemberian pupuk memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan bibit dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bibit yang tidak diberi perlakuan pupuk memberikan hasil yang lebih baik. Ada faktor-faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain pupuk anorganik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan penyerapan air serta mineral (Daniel et al. 1987).
Praktikum Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal menggunakan pupuk anorganik berupa NPK mutiara. Dosis pupuk yang digunakan adalah 13 gram/ 5 kg pasir dan 26 gram/ 5 kg pasir. Pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada praktikum ini pemupukan dilakukan dengan membenam pupuk dalam polybag sesuai dengan dosisnya masing-masing. Pupuk NPK mutiara dibenam tidak berdekatan dengan tanaman. Kemudian pupuk ditutup dengan pasir, pemupukan dibenam tidak terlalu dalam juga tidak dangkal sehingga pupuk tidak mudah tercuci atau menguap.
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan diketahui bahwa pemberian pupuk NPK mutiara tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Rata-rata tinggi tanaman dengan pemberian pupuk NPK lebih rendah jika dibanding dengan kontrol. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Rauf et al. (2010) yang menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan unsur yang memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar. Terhambatnya tanaman kangkung pada praktikum yang dilakukan dapat terjadi karena beberapa factor. Salah satu factor penting adalah cara pemberian pupuk yang kurang tepat.
















V.           KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.        Pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada praktikum ini pemupukan dilakukan dengan membenam pupuk dalam polybag sesuai dengan dosisnya masing-masing. Pupuk NPK mutiara dibenam tidak berdekatan dengan tanaman. Kemudian pupuk ditutupdengan pasir, pemupukan dibenam tidak terlalu dalam juga tidak dangkal sehingga pupuk tidak mudah tercuci atau menguap.
2.        Pemberian pupuk NPK mutiara tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Rata-rata tinggi tanaman dengan pemberian pupuk NPK lebih rendah jika dibanding dengan kontrol.

B.       Saran
Praktikum harus dikerjakan dengan teliti dalam pengamatan dan perhitungan agar didapatkan hasil yang valid. Pemberian pupuk NPK ini harus diperhatikan, karena jika salah mengaplikasikannya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman.



DAFTAR PUSTAKA
Andayani dan La Sarido. 2013. Uji empat jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.). Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013
Anitasari, F. Rahayu Sawitri, & Agus Suprapto. 2015. Pengaruh Pupuk Organik dan Dolomit pada Lahan Pantai terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai. The Second University Research Coloquium. Universitas Tidar.
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, Hamidah, H., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Efendi S. 2011. Pengaruh Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan metode SRI ( the system of rice intensification). Skripsi.Fakultaspertanianuni versitasAndalas Padang.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.
Jamilin, 2011. Pengaruh Pemberian Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Skripsi. USU. Medan.
Kertonegoro, B.D., 2003. Pengembangan Budidaya Tanaman Sayuran dan Hortikultura pada Lahan Pasir Pantai: Sebuah Model Spesifik dari D.I. Yogyakarta. Agr.UMY XI (2): 67-75.
Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Marsono. 2004. Pupuk akar dan jenis aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Prapto, Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. Harian Suara Merdeka.
Putri, F. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Lembang. Bandung.
Rauf, A. W., Syamsuddin, T., Sri, R. S., 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.
Rizwan, M, 2010. ‘Evaluasi pupuk NPK dan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman KacangTanah (Arachis hypogaea L)’, Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 3, No. 2, hal. 422-430.
Rochani, Siti. 2007. Bercocok tanam  Rambutan. Azka Press. Bandung.
Samekto. R. 2006. Pupuk kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Santoso, Budi. 2006. Pemberdayaan Lahan Podsolik Merah Kuning Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) di Kalimantan Selatan. Perspektif Vol. 5 (1): 01-12.
Saputro, T. E., 2015. AGRICULTURE RESEARCH CENTER DI LAHAN PASIR PANTAI BARU YOGYAKARTA (dengan Pendekatan Green Architecture). Artikel Publikasi.Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Siradz, S.A., dan S. Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 7(2): 83-92.
Tim FP-UGM, 2002. Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pantai. Propinsi DIY Kerjasama FP-UGM dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. DIY, Tim FP-UGM, Yogyakarta. 118p.
Yudo, B.P. dan A. Fatah. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi dan Pupuk Majemuk NPK Phonska terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrifor 14(2): 141-148.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANTARAN HIDROLIK