LIKE, COMMENT, SHARE . . .
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN DI LAHAN MARGINAL
ACARA 2 PEMUPUKAN
TANAH MARGINAL
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Usaha
untuk menigkatkan produksi pertanian
dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas lahan dan perluasan areal.
Perluasan areal merupakan factor dominan bagi pertumbuhan produksi tanaman
pangan dan hortikultura. Prluasan areal ke lahan-lahan marginal untuk
peningkatan tanaman tersebut mulai banyak dipilih. Lahan pasir pantai merupakan
salah satu lahan marginal yang banyak dipilij karena berpotensi dan telah
berhasil untuk pengembangan produksi pertanian.
Pemupukan
merupakan tindakan budidaya pertanian yang bertujuan menambah kebutuhan hara
bagi tanaman, sehingga tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik. Banyaknya hara yang harus ditambahkan untuk memenuhi kecukupan hara bagi
tanaman tersebut, dapat didasarkan atas analisis jaringan tanaman dan atau anlisis tanah.
Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang
memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan
untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat
diatasi dengan masukan, atau biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang
berarti budidaya pertanian di lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan.
Ketertinggalan pembangunan pertanian di daerah marginal hampir dijumpai di
semua sektor, baik biofisik, infrastruktur, kelembagaan usahatani maupun akses
informasi untuk petani miskin yang kurang mendapat perhatian.
B.
Tujuan
Praktikum
pemupukan tanah marginal bertujuan:
1. Mempelajari
cara pemupukan pada tanah marginal.
2. Mengetahui
pengaruh pemupukan hara N, P, dan K pada tanah pasir pantai terhadap
pertumbuhan tanaman.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Salah
satu yang termasuk ke dalam lahan marginal adalah lahan pasir. Selama ini
penanganan lahan pasir masih relatif kurang. Karakter wilayah pantai ke arah
daratan sebagai berikut: gumuk pasir (dunes)
berkisar antara 20-5—m terdiri atas pasir kasar, bukit pasir (sand ridge) antara 500-1000 m tersusun
atas pasir kasar-sedang, lagoon berkisar antara 1000-2500 m, dan perkampungan
terletak sekitar >2500 m dari garis pantai ke arah pedalaman. Tekstur bahan
penyusun tanah umumnya makin halus ke arah pedalaman. Bahan-bahan tersebut
terutama berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung berapi (Siradz dan Kabirun, 2007).
Kendala
utama yang dimiliki lahan pasir pantai apabila akan dikembangkan untuk tanaman
pangan dan hortikultura adalah sifst-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah
yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman (Tim FP-UGM, 2002). Lahan pasir
pantai merupakan lahan marginal yang antara laindicirikan oleh tekstur pasiran
dengan kandungan hara rendah (Kartonegoro, 2003). Tindakan pemupukan yang tepat
diperlukan agar lahan pasir dapat digunakan untuk pengembanagan produksi
pertanian.
Pupuk
kandang merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang sumbernya mudah
didapat dan cukup tersedia. Pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro
seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga
mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca),magnesium (Mg), dan mangan (Mn)
yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam
tanah, karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan
merupakan gudang makanan bagi tanaman (Andayani dan La Sarido, 2013).
Ditambahkan lagi oleh Marsono (2004) dan Samekto (2006) bahwa pemberian pupuk
organik dapat mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan
akar lebih baik, meningkatkan serap dan daya pegang tanah terhadap air serta
memperbaiki kehidupan organisme dalam tanah, sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan selanjutnya dapat memperbaiki produksi.
Lahan pasir pantai merupakan lahan bermasalah kedua setelah tanah
masam, dimana lahan marginal pasiran pantai sangat potensial untuk dimanfaatkan
menjadi lahan budidaya yang produktif terutama untuk budidaya tanaman
hortikultura. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang 60% luas
wilayahnya berupa perairan, sehingga di seluruh Indonesia terdapat kesediaan
lahan pasir pantai yang sangat luas yang bisa dimanfaatkan untuk sector salah
satu lahan alternatif pertaniaan seperti. Padi, Cabei, Melon, Buah Naga, Bawang
Merah, Kubis (Saputro, T. E., 2015).
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu,
dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air,
sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat
rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan
itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah
mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa
membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu
di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan
air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000). Mengatasi
lahan marginal agar dapat dikondisikan sebagai lahan pertanian yang subur
memerlukan motivasi, permodalan dan teknologi spesifik. Penerapan teknologi
pengelolaan lahan pasir pantai ameliorasi dengan bahan ameliorant pupuk
kandang, zeolit, lempung dan pupuk organik bertujuan untuk mencapai
pengkodisian tanah sebagai syarat tumbuhnya tanaman untuk berproduksi secara
optimal (Lestari, 2004 dan Sudiarjo, 2004).
Salah satu cara untuk mengatasi faktor pembatas dari
lahan pasir pantai adalah dengan pemberian bahan organis melalui pemupukan.
Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa pupuk
kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian bahan organik dapat
dilakukan dengan mencampurkan bahan organik ke dalam tanah atau pemberian bahan
organik di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke
lahan dalam kondisi sudah matang atau mentah. Pemberian bahan organik dalam
kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian sehingga dekomposisi bahan
organik mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara
bagi tanaman (Putri, 2011).
III.
METODE
PAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan
yang digunakan adalah tanah pasir pantai, bokashi, bahan pupuk (Urea, KCl,
TSP), bibit/benih tanaman (kangkung), pestisida (fungisida dan insektisida),
dan air siraman. Alat yang dipergunakan dalam praktikum perlakuan pembenah
tanah pada lahan marginal antara lain: screen
house, polybag, timbangan, ember, dan alat pengamatan (seperti: penggaris,
timbangan elektrik, alat tulis, dll.).
B.
Prosedur Kerja
1. Tanah
pasir pantai disiapkan dan ditimbang sebanyak 5 kg per polybag.
2. Polybag
disusun dan diberi label dengan perlakuan siacak kelompok (RAKL), dengan 3 kali
ulangan.
3. Pada
perlakuan P1 dan P2 diberi bokashi, kemudian diaduk hingga homogen. (P1= 32 gr,
P2= 64 gr).
4. Masing-masing
polybag disiram hingga kapasitas lapang.
5. Kemudian,
benih kangkung ditanam 5 benih per polybag.
6. Benih
diamati dan dipelihara. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali, sedangkan
pemeliharaan dilakukan setiap hari selama 26 hari.
7. Pemupukan
dilakukan 10 hari setelah tanam (hst).
8. Pemupukan
dilakukan dengan cara membenamkan pupuk kedalam tanah pasir pantai dengan dosis
13 gram per 5 kg pasir untuk polybag ber label N1 dan dosis 26 gram per 5 kg
pasir untuk polybag ber label N2.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
(Terlampir)
B.
Pembahasan
Pupuk
adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik yang jika
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah atau kesuburan tanah.
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain
seperti bahan kapur, bahan organik, pasir, ataupun tanah liat ke dalam tanah.
Jadi, pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya
(Hasibuan, 2006).
Pemupukan juga sangat dibutuhkan untuk tanaman. Dalam pemupukan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ada tidaknya gangguan yang
mengakibatkan ketidak seimbangan unsur hara di dalam tanah yang berpengaruh
terhadap penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman sehingga pupuk yang sesuai
untuk kondisi tersebut adalah pupuk organik. Lahan pantai tanahnya cenderung
berpasir sehingga memiliki sifat yang sangat porous dan tidak mampu menahan air
lebih lama sehingga air tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Pemberian
pupuk organik mampu meningkatkan daya simpan air menjadi lebih lama sehingga
air dapat tertahan lebih lama pada zona perakaran, jika daya simpan air
meningkat maka harus diatur dosis pemberian pupuk organik sehingga lahan pantai
menjadi sesuai untuk pertumbuhan kedelai (Anitasari et al., 2015).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan gambaran kemampuan permukaan
koloid tanah untuk mengadopsi berbagai kation dari proses pencucian. Tinggi
rendahnya KTK ditentukan oleh kandungan dari tipe liat tanah serta kandungan
bahan organik yang telah mengalami dekomposisi secara sempurna. Peningkatan KTK
tanah akan menaikkan nilai kesuburan tanah, demikian juga respon terhadap
pemupukan. Dengan kata lain efisiensi pemupukan lebih tinggi pada tanah yang
mempunyai KTK yang tinggi (Budi Santoso, 2006).
Pemberian pupuk dalam bentuk dan jumlah yang tepat berperan penting
untuk keberlanjutan sistem produksi kedelai (Marwoto, 2009). Pupuk organik
memiliki fungsi yang penting yaitu menggemburkan topsoil, meningkatkan populasi
dan aktifitas mikroorganisme, meningkatkan daya serap dan daya simpan air yang
keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutedjo, 2008).
Pemupukan adalah tindakan memberikan
tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung
dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki
tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Menurut (Siti Rochani,
2007) pemupukan adalah usaha untuk menambah kesuburan tanah sehingga tanaman
cepat berbunga dan berbuah.
Pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K yang berimbang
memang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pembibitan karena ketiga unsur hara
tersebut dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang,
dan daun, sehingga dapat meningkatkan diameter batang tanaman, pertambahan
jumlah daun, tinggi tanaman dan total luas daun. Hal ini sesuai dengan
literatur Rauf et al. (2010) yang menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan
unsur yang memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang
dan daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar.
Pemakaian pupuk buatan diusahakan seminimal mungkin untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Pemakaian pupuk buatan yang berlebihan tidak hanya
dapat merusak lingkungan namun juga dapat merusak daerah perakaran tanaman
sehingga dapat mengakibatkan kelayuan, pertumbuhan yang tidak optimal dan
sebagainya. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik et al. (2011) yang menyatakan
bahwa pupuk buatan mempunyai kelemahan dibandingkan dengan pupuk alam, misalnya
bila tidak dengan perhitungan, dosis pupuk yang berlebihan dapat merusak
lingkungan terutama di daerah perakaran tanaman.
Pada Pupuk NPK terdapat unsur N yang berperan penting dalam
pembentukan daun dan senyawa organik lainnya. Unsur N sangat di butuhkan pada
saat tanaman masih muda dan dalam tahap pembentukan organ vegetatif tanaman.
Dalam literatur Jamilin (2011) dikatakan bahwa Nitrogen di dalam tanaman sangat
penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai senyawa organik
lainnya. Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.
Interaksi
perlakuan antara bokashi dan pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tanaman. Oleh karena interaksiperlakuan pupuk majemuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter, maka tidak terjadi interaksi
perlakuan di antara keduanya. Salah satu penyebabnya mungkin pengaplikasian
dosis yang tidak sesuai (Yudo dan Fatah, 2014).
Menurut Rizwan (2010), kombinasi dari dua perlakuan tertentu tidak
selamanya memberikan pengaruh yang baik pada tanaman. Kombinasi dari dua
perlakuan dapat mendorong, menghambat atau sama sekali tidak memberikan respon
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kondisi tersebut terjadi karena
respon terhadap pupuk yang diberikan sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain sifat genetis dari tanaman dan kondisi iklim. Faktor-faktor
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan satu sama lain saling berkaitan.
Efendi (2011) mengemukakan bahwa pupuk juga dapat memperkaya unsur
hara dalam tanah, pupuk yang diberikan dapat berupa organik maupun anorganik.
Petani masih tetap bergantung pada pupuk anorganik diantaranya NPK phonska,
pupuk NPK phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari unsur nitorgen(N),
phospor (P), kalium (K) dan juga sulfur (S) sehingga petani tidak lagi
menggunakan pupuk tunggal yang sering di campur dengan pupuk yang lainnya yang
dapat membuat tanaman menjadi keracunan, selain itu juga pupuk NPK phonska
dapat menghemat biaya produksi karena kandungan hara yang terdapat dipupuk ini
dapat memenuhi kandungan nutrisi hara yang diperlukan tanaman sehingga petani
tidak perlu menambahkan pupuk yang lain, selain itu juga pupuk NPK phonska
dapat memperkuat perkuat perakaran tanaman sehingga tanaman tidak mudah roboh
ketika malai sudah berisi sehingga dapat berakibat pada penurunan hasil ta
naman padi sawah.
Ketersediaan
unsur hara dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kekurangan
unsur hara dalam tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu atau
mati. Kekurangan unsur hara dalam tanah ini dapat diatasi dengan cara
penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk. Menurut Marsono dan Sigit (2002)
menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang
kurang bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Nitrogen, fosfor dan kalium adalah tiga unsur makro yang dibutuhkan oleh
tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang tidak hanya mengandung dua
unsur saja tapi tiga unsur sekaligus yang merupakan gabungan dari pupuk tunggal
N, P dan K (Lingga 1998). Pupuk NPK (NitrogenPhosphate-Kalium) merupakan pupuk
majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak
beredar adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20- 15. Tipe pupuk NPK tersebut juga
sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang
pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit 2002).
Fungsi
nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Kecuali itu nitrogen juga
berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam
proses fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan berbagai
persenyawaan lainnya (Lingga 1998). Tanaman yang kekurangan unsur hara Nitrogen
akan berwarna hijau, daun bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat
muda dan terlihat pula batangnya pendek dan lemah.
Unsur
fosfor sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan dasar protein,
memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan respirasi. Gejala-gejala
kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel
terganggu, daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat
jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003). Unsur fosfor bagi
tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan
tanaman muda.
Unsur
kalium berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat
jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan penyakit dan
kekeringan. Salah satu fungsi spesifik unsur K adalah sebagai pengimbang atau
penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi sukulen (awet muda)
sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan mudah rontoknya
bunga/buah/daun/cabang. Hal ini karena unsur K berfungsi meningkatkan sintesis
dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel
dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah 2007).
Hadisuwito (2007 ) mengemukakan Fungsi unsur hara N yaitu membentuk
protein dan klorofil, fungsi unsur P sebagai sumber energi yang membantu
tanaman dalam perkembangan fase vegetatif, fungsi Ca untuk mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan menguatkan batang, unsur K berfungsi dalam
pembentukan protein dan karbohidrat serta fungsi dari unsur S membantu dalam
pembentukan asam amino, dan membantu proses pertumbuhan lainnya. Pada beberapa
daerah dosis dan penggunaan pupuk NPK phonska berbeda-beda dari 250kg/ha sampai
dengan 300kg/ha tergantung kondisi tanah didaerah tersebut. Oleh karena itu
pengaruh jumlah bibit serta dosis pupuk NPK phonska yang berbeda akan dikaji
dalam penelitian ini.
Secara
teori, pemberian pupuk memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan
bibit dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Tetapi hasil penelitian
menunjukkan bibit yang tidak diberi perlakuan pupuk memberikan hasil yang lebih
baik. Ada faktor-faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain pupuk
anorganik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi
di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi,
translokasi dan penyerapan air serta mineral (Daniel et al. 1987).
Praktikum
Budidaya Tanaman pada Lahan Marginal menggunakan pupuk anorganik berupa NPK
mutiara. Dosis pupuk yang digunakan adalah 13 gram/ 5 kg pasir dan 26 gram/ 5
kg pasir. Pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara, pada praktikum ini
pemupukan dilakukan dengan membenam pupuk dalam polybag sesuai dengan dosisnya
masing-masing. Pupuk NPK mutiara dibenam tidak berdekatan dengan tanaman.
Kemudian pupuk ditutup dengan pasir, pemupukan dibenam tidak terlalu dalam juga
tidak dangkal sehingga pupuk tidak mudah tercuci atau menguap.
Berdasarkan
praktikum dan hasil pengamatan diketahui bahwa pemberian pupuk NPK mutiara
tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Rata-rata
tinggi tanaman dengan pemberian pupuk NPK lebih rendah jika dibanding dengan
kontrol. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Rauf et al. (2010) yang
menyatakan bahwa unsur N, P, dan K merupakan unsur yang memiliki peran utama
yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) serta peranan unsur K
yang merangsang pertumbuhan akar. Terhambatnya tanaman kangkung pada praktikum
yang dilakukan dapat terjadi karena beberapa factor. Salah satu factor penting
adalah cara pemberian pupuk yang kurang tepat.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum dan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pemupukan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, pada praktikum ini pemupukan dilakukan dengan membenam
pupuk dalam polybag sesuai dengan dosisnya masing-masing. Pupuk NPK mutiara
dibenam tidak berdekatan dengan tanaman. Kemudian pupuk ditutupdengan pasir, pemupukan
dibenam tidak terlalu dalam juga tidak dangkal sehingga pupuk tidak mudah
tercuci atau menguap.
2.
Pemberian pupuk NPK
mutiara tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman. Rata-rata tinggi tanaman dengan pemberian pupuk NPK lebih rendah jika
dibanding dengan kontrol.
B.
Saran
Praktikum
harus dikerjakan dengan teliti dalam pengamatan dan perhitungan agar didapatkan
hasil yang valid. Pemberian pupuk NPK ini harus diperhatikan, karena jika salah
mengaplikasikannya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Andayani dan La Sarido. 2013. Uji empat jenis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.).
Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013
Anitasari,
F. Rahayu Sawitri, & Agus Suprapto. 2015. Pengaruh Pupuk Organik dan
Dolomit pada Lahan Pantai terhadap pertumbuhan dan Hasil Kedelai. The Second
University Research Coloquium. Universitas Tidar.
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, Hamidah, H.,
2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Efendi S. 2011. Pengaruh Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan metode SRI ( the
system of rice intensification). Skripsi.Fakultaspertanianuni versitasAndalas
Padang.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Hanafiah
KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno
S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.
Jamilin, 2011. Pengaruh Pemberian Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays
L.). Skripsi. USU. Medan.
Kertonegoro,
B.D., 2003. Pengembangan Budidaya Tanaman Sayuran dan Hortikultura pada Lahan
Pasir Pantai: Sebuah Model Spesifik dari D.I. Yogyakarta. Agr.UMY XI (2):
67-75.
Lingga
P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono
dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Marsono. 2004. Pupuk akar dan jenis aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta
Prapto, Y., dkk. 2000. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur.
Harian Suara Merdeka.
Putri,
F. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai.
BBPP Lembang. Bandung.
Rauf, A. W., Syamsuddin, T., Sri, R. S., 2000. Peranan Pupuk NPK
pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.
Rizwan, M, 2010. ‘Evaluasi pupuk NPK dan pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman KacangTanah (Arachis hypogaea L)’, Ilmiah Abdi
Ilmu, Vol. 3, No. 2, hal. 422-430.
Rochani, Siti. 2007. Bercocok tanam
Rambutan. Azka Press. Bandung.
Samekto. R. 2006. Pupuk kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Santoso, Budi. 2006. Pemberdayaan Lahan Podsolik
Merah Kuning Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) di Kalimantan
Selatan. Perspektif Vol. 5 (1): 01-12.
Saputro, T. E., 2015. AGRICULTURE RESEARCH CENTER DI LAHAN
PASIR PANTAI BARU YOGYAKARTA (dengan Pendekatan Green Architecture). Artikel
Publikasi.Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Siradz,
S.A., dan S. Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai dengan
Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan 7(2): 83-92.
Tim FP-UGM, 2002. Aplikasi Unit Percontohan
Agribisnis Terpadu di Lahan Pantai. Propinsi DIY Kerjasama FP-UGM dengan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Prop. DIY, Tim FP-UGM, Yogyakarta. 118p.
Yudo,
B.P. dan A. Fatah. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi dan Pupuk Majemuk NPK
Phonska terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrifor 14(2): 141-148.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar